Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nur Aulia Safitri

Membaca dan Menulis itu Bukan Hobi, Melainkan Kebutuhan

Sastra | Wednesday, 14 Sep 2022, 21:30 WIB

Saya menulis ini dengan menyatakan bahwa saya bukan orang yang suka membaca apalagi menulis, saya rasa kita perlu menyadari bahwa kita sebagai orang yang tidak punya kuasa ilmu apa-apa sudah seharusnya mencari dan menelusuri hal hal yang kita butuhkan.

Logikanya kalau makan adalah kebutuhan, sebisa mungkin kita akan menyediakan makanan sebelum kita pingsan akibat kelaparan. Contoh lain, kita membutuhkan kesehatan maka kita akan berolahraga sebelum kirta mendadak sakit kemudian sibuk berobat. Atau misal kita membutuhkan ketenangan hidup maka kita akan meningkatkan spiritualitas kita sebagai kebutuhan rohani

Semua itu sebagai bentuk antisipasi kita terhadap hal hal dengan kemungkinan buruk dimasa yang akan mendatang. Mungkin semua hal itu tidak dapat kita rasakan di hari ini, dua, tiga hari hingga seminggu kemudian. Namun semua itu akan kita rasakan saat yang diperlukan. Iya bukan ? Kita ambil cotoh spiritualitas diatas tadi kalau kita sudah menerapkan kebiasaan hidup dengan cara dekat dengan Tuhan, sudah menjadi paten bahwa kelak saat terjadi ketidakberdayaan terhadap batin kita maka akan dengan mudah mendamaikan diri, menyikapi dan menghadapi permasalahan- permasalahan hidup. Hingga pada akhirnya kita menemukan kesadaran tentang hakikat sebenarnya kita hidup

Kita hubungkan semua permisalan tersebut dengan kebutuhan kita akan membaca dan menulis. Jadi kita dalam hidup pasti memiliki sebuah atau berbuah buah mimpi. Itu pasti. Karena kita manusia yang selalu memiliki rasa keinginan untuk mendapatkan,memiliki, dan menguasai. Jadi, untuk mencapai semua mimpi itu kita harus membaca dan menulis ? Tapi mimpiku kan bukan menjadi Guru yang identik dengan pena beserta buku. Mimpiku bukan menjadi sastrawan atau ilmuan yang membumikan budaya literasi, seperti itu bukan ? Saya tidak ingin menjadi penulis karena saya tidak suka membaca. Kita analogikan membaca dan menulis dengan makan sebab makan seperti yang saya sebutkan adalah salah sau kebutuhan pokok. So, memangnya kebutuhan makan hanya untuk mereka yang jadi pengusaha, saudagar kaya, atau tuan muda banyak harta ? makan adalah kebutuhan mereka yang mengaku makhluk hidup. Entah konglomerat atau maaf mereka yang dianggap melarat, penulis atau kah petani, pengajar ataukah pedagang, ilmuwan ataukah pekerja kantoran, dan sastrawan ataukah kuli bangunan. Semua butuh makan. Mau menjadi apapun kita sudah menjadi keharusan kita sebagai manusia terlebih umat Islam menjadikan membaca dan menulis sebagai kebutuhan, apa yang Tuhan kita perintahkan pertama kli ? membaca bukan ? yang dicitpakan pertama pena bukan? Apakah secara kebetulan ? sebab kegiatan membaca itu bersanding dengan kemampuan menulis. Bukan karena membaca gandenganya pasti menulis, akan tetapi semakin seseorang banyak membaca maka akan semakin banyak dan luas referensi yang ia dapatkan dan tak kan kehabisan ide untuk menulis

Tentu saat kita sekolah mencari ilmu kita akan menemui proses membaca dan menulis adalah alat untuk mencapai pengetahuan. Sebagai manusia dari kecil kita tak pernah tau pengetahuan kemudian kita di sekolahkan secara formal pada esensisnya jika kita memahami kita sekolah untuk bisa tau dan tunduk. Misal kita belajar terkait etika sesama manusia yang hidup dengan beragam sifat,karakter, ras, agama dll itu. Saat bersamaan kita mengetahui bahwa kita harus saling memahami dan menghormati. Maka sudah tentu kita akan menjalankan kebaikan itu sebab apa ? kita tau bahwasanya mengolok-olok saudara itu sangat menyakitkan hati, menghina saudara itu akan menginjak-injak harga diri, membicarakan aib orang lain akan merusak kepercayaan dilain hari

Jadi pada intinya segala sesuatu yang ada inputnya maka output dan outcame pasti akan memberikan impikasi yang sebanding

Terimakasih anda telah membaca dan semoga bacaan ini tertulis dalam otak

Membaca adalah praktik menggunakan teks untuk memperoleh makna ( Johnson dan Pearson: 1978 )

Disini saya memahami bahwa saat kita membaca dan kita memperoleh makna maka makna makna itu dapat kita jadikan sebuah tulisan. Seperti saat ini saya membaca sebuah quotes yang kemudian saya jadikan judul essai ini. Saya membaca kemudian menuangkan apa makna yang dapat saya ambil

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image