Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image nurul sri

Jumlah Uang Dan Bi Rate Berpengaruh Terhadap Inflasi

Politik | Tuesday, 19 Jul 2022, 16:50 WIB

Inflasi merupakan salah satu indikator stabilitas perekonomian dan isu perekonomian yang selalu menjadi perhatian penting bagi negara Indonesia. Seluruh data kurs, jumlah uang beredar, BI rate dan ekspor bersih dengan jangka waktu 2006-2014. Variabel bebas adalah kurs, jumlah uang beredar, BI rate dan ekspar bersih sedangkan variabel terikat adalah inflasi. Jumlah uang beredar dan BI rate memiliki pengaruh yang signifikan terhadap inflasi di Indonesia. Kurs dan ekspor bersih tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap inflasi di Indonesia.

Dalam teori makro masalah ekonomi yang selalu dihadapi suatu negara adalah masalah pertumbuhan ekonomi, masalah ketidakstabilan kegiatan ekonomi, masalah pengangguran, masalah kenaikan harga harga ( inflasi ), dan masalah neraca perdagangan. Inflasi merupakan kenaikan harga umum yang berlaku dalam suatu perekonomian dari suatu periode ke periode lainnya dan inflasi merupakan salah satu indikator stabilitas perekonomian. Jika tingkat inflasi rendah dan stabil akan menjadi stimulator pertumbuhan ekonomi. Menurut pandangan monetaris penyebab utama inflasi adalah kelebihan penawaran uang dibandingkan yang diminta oleh masyarakat. Menurut Bank Indonesia uang beredar dapat didefinisikan dalam arti sempit (MI) dan dalam arti luas (M2). MI meliputi uang kartal yang dipegang masyarakat dan uang giral (giro berdenominasi Rupiah), sedangkan M2 meliputi M1, uang kuasi (mencakup tabungan, simpanan berjangka dalam

rupiah dan valas, serta giro dalam valuta asing), dan surat berharga yang

diterbitkan oleh sistem moneter yang dimiliki sektor swasta domestik dengan sisa jangka waktu sampai dengan satu tahun.

Golongan non monetaris yaitu keynesian tidak menyangkal pendapat pandangan monetaris tetapi menambah kan bahwa tanpa ekspansi uang beredar. Kelebihan permintaan agregat dapat saja terjadi jika terjadi kenaikan pengeluaran konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah atau ekspor bersih. Tingkat suku bunga merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan dapat mempengaruhi inflasi mendefinisikan suku bunga adalah biaya yang harus dibayar oleh peminjam atas. Pinjaman yang diterima dan merupakan imbalan bagi pemberi pinjaman, pada satu sisi akan efektif untuk mengurangi money suplly, tetapi di sisi lain akan meningkatkan suku bunga kredit untuk sektor riil. Oleh karena itu, tingkat suku bunga dapat memicu inflasi. Inflasi di Indonesia juga dipengaruhi oleh kenaikan harga komoditi impor (imported inflation) dan membengkaknya hutang luar negeri akibat dari terdepresiasinya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika dan mata uang asing lainnya. Akibatnya, untuk mengendalikan tekanan inflasi, maka terlebih dahulu harus dilakukan penstabilan nilai tukar rupiah terhadap valuta asing , khususnya dolar Amerika.

Ketidakstabilan nilai tukar ini akan mempengaruhi arus modal atau investasi dan pedagangan internasional. Indonesia sebagai negara yang banyak mengimpor bahan baku industri mengalami dampak dan ketidakstabilan kurs yang dapat dilihat dari melonjaknya biaya produksi sehingga menyebabkan harga barang barang milik Indonesia mengalami peningkatan. Dengan melemahnya rupiah, menyebabkan perekonomian Indonesia menjadi goyah dan dilanda krisis ekonomi dan kepercayaan terhadap mata uang dalam negeri. Dengan adanya lonjakan lonjakan drastis pada tingkat kurs. Produsen kesulitan untuk mendapatkan bahan baku, barang modal dan barang modal yang mempunyai kangdungan impor yang tinggi sehingga kemudian akan berdampak pada naiknya biaya untuk mengimpor barang untuk keperluan proses produksi sehingga akan mem pengaruhi tingkat harga domestik yang merupakan cerminan dari tingkat inflasi. Nilai tukar (kurs) juga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi inflasi di Indonesia. Faktor lain yang dapat menginflasi ditentukan oleh beberapa faktor yang akan menentukan kemampuan negara pengekspor. Keadaan ekonomi di negara negara lain, kebijakan proteksi di negara luar, dan kurs valuta asing. Variabel bebas antara lain kurs, jumlah uang beredar, BI rate, dan ekspor bersih yang diuji pengaruhnya terhadap variabel terikat inflasi.

Dapat disimpulkan bahwa variabel jumlah uang beredar dan BI Rate mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap laju inflasi di Indonesia. Sedangkan variabel lainnya yaitu, kurs dan ekspor bersih tidak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap inflasi di Indonesia dan menunjukan bahwa kurs, jumlah uang beredar, BI rate dan ekspor bersih mempunyai pengaruh terhadap inflasi di Indonesia. Pemerintah perlu berhati hati dalam menaikkan tingkat BI rate karena kenaikan BI rate akan memberikan pengaruh yang proporsional terhadap kenaikan inflasi di Indonesia dan pemerintah perlu memperhatikan (menaikkan) ekspor Indonesia, sehingga kenaikan nilai tukar bukan menjadi ancaman tetapi menjadi keuntungan bagi perekonomian Indonesia.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image