Memaknai Hari Sumpah Pemuda di Era Digital
Politik | 2021-10-28 14:13:46Sumpah Pemuda merupakan salah satu momentum yang menjadi tonggak sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sudah 93 tahun ia berlalu, dan selalu diperingati setiap tahunnya. Lantas apa relevansinya peringatan Sumpah Pemuda tersebut di era digital saat ini?
Memperingati hari Sumpah Pemuda yang tahun ini bertema "Bersatu, Bangkit dan Tumbuh", harus dimaknai sebagai sebuah upaya untuk kembali menggelorakan semangat persatuan dan kesatuan para pemuda dalam melawan segala bentuk "penjajahan", seperti kebodahan dan ketertinggalan dalam IPTEK.
Peran pemuda di era digital saat ini, salah satunya dapat dilakukan melalui berbagai aktivitas positif di media sosial. Gerakan digital para anak muda ini dapat menjadi satu indikasi baik bagaimana generasi mendatang dapat bersatu, bangkit dan tumbuh dengan cara yang khas.
Melalui media digital, para anak muda saat ini dapat membuat banyak hal yang produktif, kreatif, dan positif. Pada media sosial, seperti YouTube, Instagram, maupun tweter, mereka dapat menjadi seorang content creator yang mampu membuat video-video kreatif seperti ajakan untuk peduli terhadap lingkungan, pengembangan bakat kesenian, serta gerakan untuk peduli terhadap sesama.
Dengan mengambil semangat dan nilai-nilai Sumpah Pemuda, sudah seyogyanya para pemuda saat ini tidak larut pada ranah privasi dan kepentingan pribadi masing-masing. Mereka harus sudah berani keluar dari zona nyamannya menuju cakrawala berpikir yang lebih luas, yaitu untuk kemajuan bangsa dan negaranya.
Mereka harus bangkit dari segala belenggu ketidakberdayaan, termasuk segala dampak akibat pandemi saat ini. Ketangguhan dalam menghadapi segala situasi akan membuat mereka tumbuh menjadi calon-calon pemimpin di masa yang akan datang.
Untuk memiliki eksistensi positif di era digital saat ini, paling tidak mereka harus memiliki 2 hal, yaitu Kecakapan Digital (digital skills), dan Etika Digital (digital etics).
Kecakapan digital menjadi hal utama yang harus dimiliki para pemuda saat ini, agar mereka tidak gaptek (gagap teknologi) dan ketinggalam zaman. Bahkan lebih utama lagi, mereka tidak harus selalu sebagai pengguna sebuah aplikasi teknologi informatika, mereka harus sudah berpikir dan mampu menjadi seorang pencipta dari aplikasi teknologi tersebut.
Memiliki kompetensi dan kecakapan di bidang teknologi saja tidak cukup, harus dilengkapi dengan seperangkat pemahaman tentang etika dan moral dalam berkomunikasi di dunia digital. Dunia digital bukanlah sebuah hutan belantara yang tanpa ada aturan di dalamnya.
Sebagai seorang pemuda yang bertanggungjawab, mereka harus mampu memilih dan memilah konten mana yang akan berdampak positif dan konten mana yang berdampak negatif. Jangan sampai kecapan digital yang mereka miliki justru akan menghantarkan mereka pada masalah hukum hanya karena tidak diiringi oleh kesadaran etika dalam bermedia sosial.
Para pemuda saat ini harus terus tumbuh menjadi sosok yang dapat dibanggakan. Mereka harus dilindungi dari segala racun kehidupan. Dunia digital seperti pisau bermata dua, di satu sisi membawa berbagai dampak kemudahan dan kebaikan, namun di sisi lain dapat pula menghancurkan.
Dibutuhkan good Will dari para pihak yang berwenang untuk dapat melindungi para pemuda, khususnya para pelajar dari berbagai pengaruh negatif teknologi, seperti kecanduan games online dan pornografi. ***
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.