Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Sutanto

True Story: Kembali Pulang

Curhat | Wednesday, 20 Oct 2021, 16:08 WIB

Masa isolasi di shelter aku lalui dengan perasaan senang hati tidak aku jadikan beban pikiran. Justru yang menjadi beban pikiran adalah istriku yang terpaksa beberapa hari sendirian di rumah, karena tak ada siapapun. Hisyam dan ibu masih di shelter beberapa hari setelah aku masuk, sedangkan Hanif telah kembali bekerja dan tinggal di kost.

Senyaman apapun di tempat lain lebih nyaman di rumah sendiri. Ketika aku dinyatakan boleh pulang, Selasa (23/3/2021) hati plong rasanya. Informasi kepulangan pasien disampaikan sekitar jam 08.30 usai olahraga pagi dan sarapan.

Sebagaimana saat sebelumnya, pemyampaian informasi tentang siapa yang pulang disampaikan pagi itu juga melalui grup WA.

Menurut beberapa orang sesama pasien, orang yang diperbolehkan pulang adalah yang sudah menjalani isolasi selama 10 hari dihitung dari saat di tes PCR.

Kalau hitungan pas 10 hari seharusnya aku pulang Senin (22/3/2021), tapi nyatanya mundur satu hari. Namun mengapa mesti aku permasalahkan?

Mungkin saja ada perubahan kebijakan, toh tidak pernah ada semacam penjelasan resmi berapa hari di shelter.

Begitu mendapat kepastian itu aku segera membereskan pakaian dan peralatan lain yang aku bawa dari rumah, aku cek segala sesuatunya agar tak ada yang ketinggalan. Setelah kurasa semuanya tak ada yang tertinggal aku segera turun ke halaman berpamitan kepada teman lain yang belum diperbolehkan pulang

Kebersamaan selama 10 hari cukup mendalam membekas dalam hati. Bersama dengan orang lain yang sama sekali belum kenal sebelumnya, akhirnya kurasakan bagai dengan saudara kandung. Merasa saling membutuhkan, saling merasakan penderitaan dan senasib sepenanggungan.

Beberapa sachet minuman, gula dan makanan tambahan yang masih tersisa sengaja aku tinggal di kamar, mungkin nanti ada yang membutuhkan.

Aku mengambil kunci motor, menuju tempat parkir untuk mengecek. Sudah beberapa hari motor tidak aku nyalakan, takutnya nanti macet. Jadi aku hidupkan dulu biar mesinnya panas sebagai persiapan untuk kembali pulang.

Sekitar jam 9 pagi aku meninggalkan kamar membawa tas dan peralatan lain dibantu oleh anakku Hisyam langsung menuju ke ruang penjagaan.

Oleh petugas aku diberi surat keterangan yang menyatakan bahwa aku sudah diperkenankan pulang dan sudah melaksanakan prosedur menjalani isolasi selama 14 hari dihitung sejak aku tes PCR di Puskesmas.

“Setelah pulang Bapak harus menjalani isolasi mandiri di rumah selama 4 hari. Setelah itu baru bebas untuk keluar dan beraktivitas seperti biasa,” pesan petugas yang yang memberikan surat kepadaku.

“Jadi sudah tidak ada PCR evaluasi ya mbak?” tanyaku

“Pemerintah tidak memfasilitasi untuk PCR evaluasi. Kalau mau tes dengan biaya mandiri,” sambung petugas.

“Untuk keterangan isolasi mandiri sebelum swab, siapa yang menerbitkan?” tanyaku lagi.

“Oh, kalau keterangan itu diterbitkan Puskesmas,” terang petugas.

Aku mengangguk tanda mengerti dan setelah mengucapkan terima kasih aku bergegas menuju ke sepeda motor. Tak lupa aku memberikan beberapa pesan kepada Hisyam agar bisa menjaga diri di shelter sampai waktu yang telah ditentukan boleh pulang.

Perjalanan sampai ke rumah memakan waktu sekitar 20 menit, istriku telah menyambut di depan pintu dengan senyum lega karena telah beberapa hari tidak ada teman di rumah dan kini bisa bersama-sama lagi.

Memenuhi anjuran aku tidak kemana-mana, tetap berada di rumah selama 4 hari pasca di shelter. Rutinitas yang aku lakukan tetap sama, melakukan olahraga ringan di rumah, melakukan senam dipandu youtube. Aku memilih senam PGRI dan senam aerobik durasi 30 menit. Usai mandi, makan dilanjutkan PJJ tiap serta menulis.

Selama masih di rumah aku gunakan untuk merekam lagu Madrasah Hijau menggunanakan ponsel, istriku sebagai vokalis dan kuiringi dengan organ.

Empat hari setelah aku berada di rumah, tepatnya Jumat (26/3/2021) Hisyam diperbolehkan pulang. Sedangkan ibu diperkenankan pulang, Minggu (28/3/2021).

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image