Sejarah Media Pembelajaran
Eduaksi | 2021-10-07 17:57:04A. SEJARAH PERKEMBANGAN MEDIA
Pada awal adanya pendidikan, guru merupakan sumber untuk mendapatkan informasi dan penjelasan. Namun dalam perkembangan selanjutnya munculah buku sebagai media dalam pembelajaran. Pada 1657 seorang tokoh bernama Johan Amos Comenius tercatat sebagai orang pertama yang menulis buku bergambar yang ditujukan untuk anak sekolah. Buku yang ditulis Johan Amos Comenius berjudul Orbis Sensualium Pictus (Dunia Tergambar) yang diterbitkan pertama kali pada tahun 1657. Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan zaman pendidik mulai menyadari akan pentingnya media atau sarana belajar yang dapat memberikan pengalaman belajar bagi peserta didik melalui semua indra terutama indra penglihatan dan pendengaran. Pada mulanya media hanya dianggap sebagai alat bantu mengajar (teaching aids).
Sebelum abad ke-20 alat bantu yang dipakai adalah alat bantu visual, misalnya model, objek dan alat-alat lain yang dapat memberikan pengalaman kongkrit, motivasi belajar serta mempertinggi daya serap atau retensi belajar. Namun setelah abad ke-20 mulai masuk teknologi audio. Alat bantu visual tadi kini dikombinasikan dengan audio untuk menambah konkrit materi yang diajarkan alat visual yang dilekapi dengan audio kita kenal dengan audio visual atau audio visual aids (AVA).
Untuk lebih memahami bagaimana peranan media dalam proses mendapatkan pengalaman belajar bagi peserta didik, Edgar Dale kemudian menggambarkannya dengan sebuah kerucut yang kemudian dinamakan Kerucut Pengalaman Edgar Dale (Edgar Dale cone of experience). Pada akhir tahun 1950 teori komunikasi mulai mempengaruhi penggunaan alat bantu audio visual, yang berguna sebagai penyalur pesan atau informasi belajar. Tahun 1960-1965 orang mulai memperhatikan bahwa siswa sebagai komponen yang penting dalam proses belajar mengajar. Pada saat itu teori tingkah-laku (behaviorism theory) dari B.F Skinner mulai mempengaruhi penggunaan media dalam pembelajaran. Dalam teorinya, mendidik adalah mengubah tingkah-laku siswa. Teori ini membantu dan mendorong diciptakannya media yang dapat mengubah tingkah-laku siswa sebagai hasil proses pembelajaran.
Pada tahun 1965-1970 pendekatan system (system approach) mulai memperlihatkan pengaruhnya dalam kegiatan pendidikan serta kegiatan pembelajaran. Pendekatan system ini mendorong penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran dan juga program pembelajaran harus direncanakan secara sistematis. Seiring dengan perkembangnya ilmu pengetahuan, media belajar juga berkembang untuk memenuhi kompetensi yang harus terpenuhi pada zaman ini, media pembelajaran semakin luas dan semakin interaktif. Penemuan teknologi seperti komputer adalah sebuah penemuan yang memungkinkan menghadirkan beberapa atau semua bentuk stimulasi di atas sehingga pembelajaran akan lebih optimal. Diatas merupakan sejarah singkat mengenai perkembangan media pembelajaran mulai dari yang konvensional sampai yang modern seperti sekarang ini.
(Sumber : Rohani, R. (2019). Media pembelajaran.)
B. SEJARAH TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Teknologi sudah ditemukan dan berkembang ribuan tahun yang lalu. Pada tahun 1951, teknologi pembelajaran di Indonesia sudah mulai berkembang. Teknologi pembelajaran yang awalnya digunakan sebagai salah satu cara untuk mengatasi permasalahan yang ada didalam pendidikan merupakan suatu solusi yang cukup tepat untuk menyelesaikan masalah yang ada. Media digunakan sebagai alat komunikasi guru dengan siswa untuk memperlancar kegiatan pembelajaran. Di dalam perkembangan teknologi pembelajaran digunakan untuk menciptakan kesantunan pada siswa. Untuk pertama kalinya di Amerika Serikat teknologi pembelajaran berkembang, dalam perkembangannya dapat ditinjau dari apa itu teknologi pembelajaran dan dengan membuat atau merumuskan suatu definisi tentang tekonolgi pembelajaran di mulai pada tahun - tahun terakhir.
Kemudian para ahli mulai menyusun dan merinci teknologi dalam pembelajaran secra sistematis. Awal berkembangnya teknologi pembelajaran yaitu pada tahun 1920, pengajaran secara visual merupakan media atau cara yang pertama kali digunakan. Pengajaran visual dapat dikatakan sebagai alat yang digunakan untuk memberikan sesuatu yang bersifat visualisasi terhadap siswa. Seiring dengan berjalannya waktu perkembangan juga semakin pesat, dan pada tahun berikutnya para ahli mengeluarkan pendapatnya tentang berbagai metode yang digunakan dalam teknologi pembelajaran. Salah satunya, metode ceramah yang merupakan metode utama dalam melakukan pembelajaran. Guru diharuskan untuk lebih aktif dalam memberikan suatu materi. Selanjutnya ada metode tanya jawab, siswa diharuskan lebih aktif dibandingkan guru. Pada metode ini guru hanya sebagai fasilitator untuk menjawab pertanyaan dari siswa. Kemudian yang terakhir terdapat metode penugasan yang merupakan kumpulan soal yang diberikan guru kepada siswa. Pada metode tersebut guru memanfaatkannya sebagai pengambilan nilai terhadap setiap siswa.
Di Yunani terdapat suatu golongan yang bernama Sofi. Golongan tersebut menyampaikan teknologi pembelajaran dengan berupaya agar masyarakat dapat memahami berbagai teknik dan cara dalam suatu pembelajaran yang ada disana. Selain itu dalam menyampaikan suatu bahan pembelajaran harus disampaikan secara singkat, padat, dan jelas. Setalah penyampaian bahan pembelajaran tersebut dilakukan suatu perdebatan tentang pembelajaran yang terkait, maka itulah disebut sebagai kegiatan belajar.
Di Amerika Serikat sejarah teknologi berkembang dari museum sekolah. Pada waktu itu ada seseorang yang merubah suatu ruangan yang ada di sekolah menjadi ruangan yang dipenuhi pameran visual dan di dalamnya terdapat gambar - gambar yang berkaitan dengan pelajaran. Selain gambar ada beberapa buku- buku pembelajaran yang dapat digunakan siswa hal itu tidak merubah guru sebagai sumber belajar. Tetapi hal tersebut bisa dinamakan sebagai media.
Pada tahun 1950-1995 terdapat pembaharuan dalam teknologi pembelajaran salah satunya dengan kemunculan komputer dalam pembelajaran. Pertama kalinya komputer digunakan dalam bidang pendidikan pada tahun 1980. Semua orang berusaha memanfaatkan komputer secara baik dan sistematis guna untuk mencapai tujuan dalam pembelajaran. Masyarakat umum sangat antusias dengan adanya komputer. Pada awal tahun 1983, penggunaan komputer yang dipakai untuk pembelajaran mencapai 40% dari beberapa sekolah dasar dan 75% dari beberapa sekolah menengah. Banyak guru yang sangat menyukai adanya keberadaan komputer pada saat itu karena komputer dapat melakukan beberapa fungsi seperti mengetahui informasi tentang perubahan dalam sistem pendidikan pada tahun tersebut.
Pada tahun 1990an komputer mempunyai dampak yang sangat besar terhadap pembelajaran di setiap sekolah. Salah satu dampak buruk yang sering terjadi di kalangan masyarakat yaitu kurangnya interaksi sosial terhadap sesama individu. Karena dapat menyebabkan masyarakat menjadi kecanduan. Pada saat ini sudah sangat banyak teknologi pembelajaran baru yang ada di Indonesia. Seperti: laptop, televisi, proyektor, dan sebagainya. Teknologi mempunyai sifat menguntungkan terhadap setiap orang karena yang sifatnya membantu dan mempermudah serta dapat membuat setiap orang akan merasakan kepuasan tersendiri dalam pencarian ilmu ataupun informasi tersebut.
Adanya teknoligi memang memudahkan manusia dalam segala hal, selain itu pengunaan teknologi juga dapat mempermudah dan dianggap praktis dalam setiap aktivitas, dalam kegiatan pendidikan sendiri adanya teknologi pembelajaran seperti media pembelajaran yang dapat membantu tenaga pendidik dalam mengajarkan materi yang ada selain itu media pembelajaran juga mempunyai beberapa tujuan yang positif untuk peserta didik, diantaranya adalah dapat membuat peserta didik lebih giat dan mempunyai daya tarik yang lebih dalam belajar, membuat peserta didik menjadi lebih semangat dalam memahami materi sehingga peserta didik akan lebih mudah menangkap materi yang diajarkan oleh guru.
(Sumber : Fitria, L. (2018). Sejarah Perkembangan Teknologi Pembelajaran. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.)
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.