Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ni Made Ayu Sumaningsih

Memanfaatkan MEDSOS dengan PjBLuntuk belajar IPA daring di kala pandemi

Guru Menulis | Tuesday, 28 Sep 2021, 17:30 WIB

Hampir dua tahun sudah pandemi melanda Indonesia tepatnya tanggal 2 Maret 2020. Bahkan menurut Emil, virus korona sudah masuk sebelum tanggal itu (https://www.republika.co.id/berita/qpd7of384/emil-menduga-covid-19-masuk-ke-indonesia-sebelum-2-maret). Semua sektor dari pariwisata hingga pendidikan mengalami penurunan aktivitas drastis. Berbagai peraturan pemerintah dari PSBB, PPKM, Swab antigen, dan vaksinasi gencar dilakukan di beberapa wilayah agar pandemi ini segera teratasi. Dunia pendidikan pun harus mengalami perubahan sistem dari luring menjadi istilah daring (dalam jaringan), syncronous dan asyncronous.

Mengajar daring adalah sebuah keadaan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya oleh saya, juga para siswa saya. Hal ini menjadi tantangan baru bagi kita semua di seluruh dunia, bukan hanya bagi para guru dan kepala sekolah, tapi juga dirasakan para siswa dan orang tua mereka. Banyak guru yang masih asing dengan teknologi harus dihadapkan untuk mengajar daring. Apalagi yang berada di daerah pedalaman 3T yang kesulitan dalam mengakses jaringan, tentu pembelajaran daring tidak efektif dilaksanakan. Sehingga tidak sedikit guru merasa kesulitan memberi tugas daring. Beberapa potret pelaksanaan daring oleh guru di sekolah saya hanya menggunakan aplikasi WA dan memfoto tugas yang ada di buku dan dikirim ke siswa. jika semua guru mengajar seperti itu, saya yakin keterampilan berpikir HOTs (High Order Thinking Skills) sulit tercapai malah kita akan tertinggal dalam pendidikan karena daring ini. Kejadian di lapangan, meskipun siswa sudah diberi kuota belajar oleh pemerintah, ternyata banyak juga siswa yang tidak aktif dalam diskusi daring melalui WA dan GC. Padahal pembelajaran abad 21 mengedepankan agar peserta didik memiliki kecakapan hidup seperti keterampilan berpikir, berkomunikasi, kreatif dan kolaboratif https://retizen.republika.co.id/posts/12411/pembelajaran-abad-21) sesuai dengan pendapat Dale. Menurutnya, proses belajar dapat berhasil dengan baik apabila siswa diajak untuk memanfaatkan semua alat inderanya (Dahar, 1996).

Semakin banyak alat indera yang digunakan untuk menerima dan mengolah informasi semakin besar kemungkinan informasi tersebut dipertahankan dalam ingatan. Seperti dikutip pada gambar cone experience. Berdasarkan diagram kerucut Dale, pembelajaran akan efektif bila melibatkan seluruh indra penglihatan, pendengaran, perasaan, penciuman, dan peraba. Ini dikenal dengan learning by doing dengan persentase 90%.

Sebagai guru yang ingin keluar dari zona nyaman pandemi, saya beropini untuk meningkatkan kualitas pembelajaran daring ini dengan memberikan proyek pembelajaran kepada peserta didik. Berbagai kendala saya hadapi sampai ingin putus asa mengajar daring. Hal-hal yang sebelumnya sangat mudah dilakukan tiba-tiba menjadi sulit, misalnya bagaimana melakukan pembelajaran praktik, melakukan pengujian, dan banyak lagi. Tapi banyak hal yang tadinya sulit menjadi mungkin dilakukan selama pembelajaran daring. Sebagai pengajar mata pelajaran IPA di SMP, saya harus kembali merombak semua RPP dan rencana praktikum. Beberapa praktikum tertunda bahkan dibatalkan, sedangkan yang bisa dilakukan terpaksa disesuaikan dengan kondisi keluarga siswa, finansial, dukungan keluarga, psikologis peserta didik, dan lain-lain. Contohnya, praktikum pengamatan sel dengan mikroskop dilakukan dengan menonton video melalui kanal Youtube. Kegiatan praktikum mengukur menggunakan alat ukur dilakukan dengan mengukur bahan apa pun menggunakan alat ukur yang ada di rumah dengan bukti foto dan video lalu dikirim melalui WA grup. Jika seluruh praktikum dilakukan dengan menonton, tentu terasa membosankan bagi peserta didik, lalu bagaimana dengan topik mitigasi bencana gunung merapi dan pembelajaran IPA lainnya?

Kegiatan inti pembelajaran diawali dengan orientasi masalah, penayangan artikel singkat mengenai mitigasi bencana https://www.youtube.com/watch?v=3YsNRBkui3k dilanjutkan dengan mengaitkan topik sebelumnya mengenai bencana banjir dan tanah longsor. Seluruh peserta didik antusias mendengarkan paparan. Mereka mengatakan penjelasan sesuai dengan kemampuan awal mereka. Paparan dilanjutkan dengan tujuan pembelajaran dan target yang harus mereka raih di akhir sesi, dan mengingatkan bahwa target pembelajaran ini adalah mereka mampu menganalisis membuat miniatur percobaan gunung merapi dengan bahan soda kue, cuka, plastisin atau tanah. Video harus mereka buat mulai dari persiapan bahan, langkah, dan hasil percobaan. Hasilnya dikirim melalui WA dan Google class room. Kegiatan selanjutnya adalah menyimpulkan hasil pembelajaran.

Secara umum, seluruh peserta didik antusias dengan model pembelajaran berbasis proyek, mereka juga tidak kesulitan memahami rubrik penilaian. Apalagi dengan dukungan keluarga mereka yang kondusif, suasana yang cukup sepi, jumlah peserta didik terbatas 4 orang, pembelajaran berbasis proyek memberikan pengalaman yang berarti. Beberapa hal yang tidak saya prediksi adalah cuaca mendung, kualitas koneksi internet yang berbeda-beda menyulitkan sambungan yang lancar, sehingga mempengaruhi motivasi dan kelancaran. Dengan perubahan lokasi kelas ke halaman rumah, membuat proses pengamatan yang peserta didik lakukan tidak dapat saya pantau dengan detil dan jelas, hal ini menyulitkan saya dalam melakukan penilaian otentik. Satu hal yang saya pelajari dari pembelajaran daring adalah, ternyata peserta didik saya punya ide yang kreatif menyikapi masalah cuaca. Kami belajar bersama-sama menghadapi keadaan yang berubah dan bersama-sama mencari solusinya. Rencana perbaikan di waktu yang akan datang untuk kelas daring adalah, memanfaatkan aplikasi untuk praktikum IPA, memantau cuaca terlebih dahulu, menyiapkan rencana cadangan jika sewaktu-waktu cuaca tidak mendukung atau hujan deras, meminta peserta didik menyiapkan kamera dan merekamnya. Untuk kegiatan praktikum asam basa, saya meminta siswa untuk membuat indikator bahan alami yang ada di sekitar mereka seperti kunyit dan bunga mawar lalu membuat videonya dengan aplikasi tik tok. Pembelajaran secara daring akan jadi potensi luar biasa di masa pasca pandemic Covid-19, di mana orang-orang memiliki pilihan lain dalam belajar, tidak hanya dilakukan di dalam ruangan kelas saja, tapi bisa dilakukan di mana saja, dengan peralatan apapun. Namun diperlukan kreativitas sang pengajar dan kesungguhan peserta didik dalam belajar, sehingga seluruh dunia sungguh-sungguh akan menjadi ruang kelas mereka.

Efektivitas pembelajaran daring menurut saya akan maksimal jika guru membuat desain media pembelajaran yang menarik perhatian peserta didik. Selama pandemi saya membuat beberapa video pembelajaran yang saya uploud di channel youtube saya dan menshare di grup WA untuk pembelajaran. Jadi saya menggunakan media pembelajaran youtube dari video sendiri karena banyak guru yang mengambil video dari youtube. Alangkah baiknya kita yang mengajar membuat video pembelajaran sendiri.

Di dalam pembelajaran, apakah itu pembelajaran konvensional yang berorientasi pada guru maupun pembelajaran yang berpusat pada siswa baik itu secara daring ataupun luring, sesungguhnya peran guru yaitu unik dan dapat dikatakan tidak tergantikan.

Guru sebagai pendidik memiliki peran penting dalam membimbing dan mengajar siswa. Di tangan guru lah, masa depan siswa. Simbolisasi karakter Guru dalam Jari Tangan (Abdul Aziz, 2012):

1. Jempol gafururahim (ibu jari yang paling istimewa, guru seperti ibu penuh kelembutan, cinta kaasih, jiwa pemaaf, natural, membuka kesempatan kepada murid untuk memperbaiki diri, memaafkan kesalahan, kelemahan, dan kekurangan murid) tidak ada hukuman/sanksi

2. Telunjuk azizurahim (berkuasa mengarahkan murid untuk aktif dan dinamis, menghidupkan pola pembelajaran yang inovatif)

3. Jari tengah albirurahim (adil, mengayomi, toleran, sabar). Menghilangkan istilah monster

4. Jari manis (berperilaku indah dan mulia)

5. Kelingking (bertobat dan mengkoreksi diri)

Guru harus bisa merekayasa suatu pengalaman belajar yang kreatif, berkesan, menyenangkan, dan mengaitkan dengan dunia nyata dan ilmu agama sehingga akhlak dan hasil belajar siswa dapat tercapai dengan baik, bermakna, dan bertahan lama dalam ingatan siswa.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image