Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ari Fitri Utami

Penerapan Nilai dan Peran Guru Penggerak

Guru Menulis | Tuesday, 14 Sep 2021, 23:35 WIB

Peran guru penggerak ada lima yakni: menjadi pemimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas praktisi, mendorong kolaborasi antar guru, menjadi coach bagi guru lain, dan mewujudkan kepemimpinan murid. Guru penggerak berfokus pada peran kepemimpinan pembelajaran agar mampu mendorong tumbuh kembang peserta didik secara holistik; aktif dan proaktif dalam mengembangkan pendidik lainnya untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik; serta menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila. Dalam memerankan perannya tetap berpijak pada 5 (lima) nilai guru penggerak yakni berpihak pada murid, mandiri, kolaboratif, reflektif dan inovatif.

Guru penggerak harus mandiri artinya mampu memunculkan motivasi dalam dirinya untuk membuat perubahan baik untuk perubahan lingkungan sekitar ataupun pada dirinya sendiri.

Reflektif artinya seorang guru penggerak mau melakukan evaluasi terhadap apa saja yang sudah baik serta apa saja yang perlu dikembangkan. Guru penggerak yang kolaboratif maknanya senantiasa mampu membangun hubungan kerja yang positif dengan siapapun, dimanapun dan kapanpun untuk kemajuan pendidikan terutama kemajuan sekolahnya. Inovatif artinya seorang guru penggerak mampu memunculkan ide-ide baru dan tepat guna sesuai perkembangan zaman dan sesuai dengan kebutuhan terutama pada dunia pendidikan. Berpihak pada murid artinya seorang guru penggerak harus mampu memberikan pembelajaran yang mengutamakan kepentingan perkembangan murid.

Peran dan nilai guru penggerak sangat sesuai dengan pemikiran pendidikan KI Hajar Dewantara (KHD), pahlawan nasional di bidang pendidikan. Salah satunya adalah semboyan “Ing ngarsa sung tuladha” yang artinya di depan memberi teladan. Guru diharapkan sebelum menanamkan karakter Profil Pelajar Pancasila, maka guru harus memberi teladan terlebih dahulu. Nilai berpihak pada anak juga sangat sesuai dengan filosofi KHD yang diharapkan guru menuntun bukan menuntut, melayani tanpa meminta pamrih.

Untuk menanamkan karakter/ budi pekerti yang baik pada siswa, guru dapat mengajarkan cara berpikir lambat dan cepat agar anak dapat memaknai pengetahuan ini menuju level aplikatif sesuai dengan disain yang dibuat, khususnya dalam membuat keputusan dengan lebih bijak. Jangan sampai karena berpikir cepat yang terkesan buru-buru akan ada efek negatif karena kurang perhitungan (Udi Samanhudi dalam Diskusi Elaborasi Pemahaman).

Saya adalah seorang guru kelas 2 yang mengajar pelajaran tematik kelas 2 dan Bahasa Jawa di SD Muhammadiyah Pakem sebagai salah satu calon guru penggerak angkatan 3 kabupaten Sleman merasa tergerak untuk menerapkan peran dan nilai guru penggerak. Salah satu pengalaman saya adalah menerapkan peran sebagai pemimpin pembelajaran dalam materi mendongeng Bahasa Jawa. Awalnya saya merasa prihatin dengan kemampuan berbahasa jawa anak-anak, lalu saya yang pernah berpengalaman mengikuti workshop dan lomba ingin mendongeng di depan murid saya.

Saya merencanakan strategi penguatan untuk menerapkan aksi nyata dalam berperan sebagai pemimpin pembelajaran. Masa pandemi tidak menyurutkan semangat untuk berkarya dalam membuat pembelajaran yang menarik. Saya buat video dongeng dengan ilustrasi gambar yang menarik, lalu diunggah di media sosial. Strategi penguatannya adalah berkolaborasi bersama murid dan orang tua agar anak mau mempelajari Bahasa Jawa. Saya memberikan penugasan kepada anak untuk mendongeng sederhana. Anak diberi berbagai pilihan untuk mengirim hasil tugas mendongeng, boleh dalam tulisan, infografis, format video, rekaman suara, aplikasi lainnya. Di sinilah letak berpihak pada murid, membuat wujud tugas berbeda, agar lebih menghargai perbedaan minat mereka. Selanjutnya, umpan balik hasil refleksi, dari hasil tugas yang dikirimkan.

Saya akan terus mengembangkan diri meningkatkan kualitas peran saya sebagai coach untuk guru lain, karena ilmu yang luar biasa akan lebih bermanfaat jika saya menyebarkan kepada lingkungan sekitar. Saya mencoba melakukan pengimbasan materi Pemikiran KHD kepada rekan sejawat di SD Muhammadiyah Pakem, instansi tempat saya bekerja dengan izin Ibu Kepala Sekolah dan Tim Wakil Kepala Sekolah. Sebelum saya sampaikan dalam forum tatap muka, saya sampaikan materi ke dalam grup percakapan teamwork sekolah terlebih dahulu, agar tidak menghabiskan banyak waktu selama rapat sekolah.

Saya menyadari penyelesaian modul di pendidikan guru penggerak ini sangat bergantung pada bagaimana saya menyelesaikan fase aksi nyata. Setelah mempelajari modul ini saya merasa tergerak hingga kemudian mengambil keputusan untuk bergerak hingga akhirnya memberanikan diri untuk menggerakkan lebih banyak pihak di lingkungan kerja demi meningkatkan kualitas layanan dan lingkungan belajar bagi murid-murid.Langkah berikutnya adalah saya akan mencoba untuk menggerakkan komunitas praktisi di bidang yang pernah saya pelajari dalam berbagai workshop ke grup Kelompok Kerja Guru (KKG) guru kelas 2 kapanewon (istilah kecamatan khusus untuk DIY) Pakem. Untuk mewujudkan hal ini saya memerlukan banyak tanggapan dan dukungan dari rekan sejawat baik di sekolah saya sendiri maupun sekolah di sekitar Pakem.

.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image