Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Putu Pipit Pricellia Eka Putri

PANDEMI : SANG KASAT MATA PEMUSNAH MIMPI KELAHIRAN PERMATA SEBUAH GENERASI

Lomba | Saturday, 25 Sep 2021, 20:50 WIB

Hampir dua tahun sudah pandemi Covid-19 menguasai Indonesia. Sejak kedatangannya pada awal tahun 2020, sejumlah sektor berhasil dihantam oleh virus tak kasat mata ini. Berbagai elemen masyarakat berbondong-bondong menerapkan protokol kesehatan dengan harapan tidak terpapar Covid-19. Meski demikian, tidak ada satupun yang mampu memprediksi, mengetahui, bahkan menghindari virus tersebut karena sifatnya yang kasat mata.

Sifat kasat mata yang melekat dalam Virus Corona menjadikan seseorang harus menjalani tes Covid-19 terlebih dahulu, guna mengetahui apakah orang bersangkutan benar-benar positif Covid-19 saat mengalami gejala-gejala serupa dengan penyakit tersebut, ataukah tidak. Syarat tersebut tidak hanya diterapkan untuk orang normal saja, namun hal yang sama juga diberlakukan kepada mereka ibu-ibu hamil yang hendak melahirkan anaknya. Hal ini tentu akan bersifat kontradiktif. Disatu sisi, melakukan rapid test sebelum melahirkan memiliki manfaat untuk melindungi tenaga kesehatan yang mendampingi sang ibu selama proses persalinan. Selain itu, tes dilakukan agar tenaga kesehatan dapat mengambil tindakan yang tepat saat hasil dari rapid test ibu yang akan melahirkan tersebut dinyatakan positif Covid-19.

Kendati memiliki sejumlah manfaat melakukan tes Covid-19 sebelum melahirkan, dari sisi lain justru memperlihatkan fakta yang mengiris hati. Pasalnya, uji tes Covid-19 pada ibu-ibu hamil sebelum melahirkan terindikasi menjadi komersialisasi. Hal ini dapat dilihat dari beberapa kejadian yang dialami ibu-ibu yang kehilangan calon buah hatinya karena dipersulit dengan adanya syarat harus melakukan tes Covid-19 sebelum melahirkan. Salah satu dari sekian contoh ibu tersebut bernama Gusti Ayu Arianti yang merupakan salah satu warga dari Kota Mataram. Ibu tersebut harus merelakan buah hatinya dengan sangat terpaksa akibat terlambat mendapat penanganan dari pihak rumah sakit. Keterlamabatan tersebut bukan tidak beralasan, namun terjadi karena petugas rumah sakit meminta agar dilakukan rapid test terlebih dahulu sebelum ibu itu mendapat pertolongan untuk proses persalinannya. Padahal, ketuban dari ibu yang bernasib malang ini sudah pecah dan tengah mengalami pendarahan hebat, namun pihak rumah sakit tetap mengutamakan hasil tes Covid-19 daripada nyawa sang ibu dan bayinya.

Kejadian mengenaskan yang terjadi pada beberapa ibu di negeri ini terjadi akibat ketidaktahuan ibu hamil untuk melakukan tes Covid-19 sebelum melahirkan. Sehingga, tragedi tersebut akan menimbulkan trauma dan berdampak pada ketakutan ibu-ibu hamil yang lainnya. Jika sudah dilanda ketakutan, maka stress pun akan muncul, sedangkan kita ketahui bersama bahwa ibu yang sedang mengandung tidak dianjurkan untuk berpikir secara berat apalagi sampai stress. Stress tentu akan mempengaruhi kondisi psikis ibu hamil dan calon bayi yang ada dalam kandungannya. Jangan sampai, ketidaktahuan dan ketakutan mengikuti rapid test untuk ibu hamil sebelum melahirkan menjadikan calon-calon permata generasi bangsa hilang satu persatu.

Seorang bayi yang sedang berada dalam kandungan ibu hamil merupakan tunas generasi yang diharapkan mampu melanjutkan perjuangan dan cita-cita penerus bangsa. Andai saja pandemi pergi, mungkin Indonesia tidak kehilangan calon-calon permata generasi bangsa yang unggul. Pandemi telah menjadi penyebab musnahnya kelahiran seorang anak akibat keterlambatan seseorang memenuhi syarat bahwa ia tidak mengidap Covid-19. Padahal, calon anak-anak tersebut merupakan harapan Indonesia mewujudkan tujuan Preambule UUD 1945 alinea keempat yaitu mencerdaskan kehidupan berbangsa.

Andai pandemi pergi, pasti ibu-ibu yang mengalami nasib malang tersebut kini tengah menimang putra-putrinya dalam dekapan kasih sayang. Mereka saat ini pasti tengah dilanda kebahagiaan luar biasa karena diberikan kesempatan untuk menjadi wanita sempurna, benar menjadi seorang ibu. Andai pandemi pergi, ibu-ibu itu pasti bisa menyaksikan bayinya tumbuh dari hari ke-hari, menyaksikan perkembangan dari tidak bisa bicara hingga mampu berceloteh ria, menyaksikan bayinya dari yang hanya mampu terlelap tidur hingga bisa merangkak kemudian beridiri.

Bahkan, mungkin mereka bisa menyaksikan kehidupan bayinya beranjak remaja lalu dewasa dan berhasil menorehkan prestasi untuk Indonesia. Pasti hal tersebut akan menjadi kebanggaan tersendiri bagi ibu yang selalu mendambakan kehadiran buah hatinya. Tapi, semua itu hanyalah pengandaian. Andai-andai yang belum bisa menjadi kenyataan. Karena kenyataan pahitnya adalah pandemi Covid-19 telah merenggut harapan ibu-ibu yang kehilangan bayinya karena keterlamabatan mengikuti rapid test dan telah memusnahkan kelahiran permata-permata sebuah generasi harapan bangsa.

Andai pandemi pergi hanya sebuah mimpi, karena sampai saat ini Covid-19 masih mengahantui ibu-ibu hamil dan calon permata sebuah generasi.

#LombaMenulisOpini

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image