Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Aditya Tirta Lukmana

Suatu Hari Pandemi Pergi

Lomba | Saturday, 25 Sep 2021, 14:32 WIB

Pandemi, eksistensinya masih dapat kita rasakan sampai sekarang. Semenjak Covid-19 melanda seluruh dunia, keadaan dari lingkungan sekitar memaksa situasi menjadi suatu istilah yang dikenal dengan pandemi. Orang orang berbondong bondong memakai perlengkapan yang menunjang tubuh dari serangan virus corona, dari kepala sampai bawah dagu biasanya di balutkan alat kesehatan seperti facemask dan masker untuk mencegah dari menghirup udara yang mungkin terkontaminasi virus diluar rumah.

Pada akhir tahun 2019, virus Covid-19 pertama kali terdeteksi di daerah Wuhan, China. Dan pada juni 2021, sebanyak 178 juta kasus yang dikonfirmasi, dan 3,9 juta kematian terjadi. Teori-teori yang datang dari penelitin dan riset oleh para ilmuwan mulai bermunculan tentang bagaimana asal virus ini terjadi, ada yang mengemukakan bahwa virus tersebut “melompat” ke manusia dari hewan yang terinfeksi, teori lainnya diyakini bahwa virus berasal dari kebocoran dari fasilitas riset biologi utama di Institut Virologi Wuhan (WIV). Ilmuwan yang cukup berani mengemukakan teori yang mengatakan bahwa virus ini mungkin saja buatan manusia yang dimanfaatkan untuk penggunaan senjata biologis.

Teori yang dikemukakan diatas didukung oleh beberapa ilmuwan. Namun, ilmuwan yang berasal dari Austria, Jepang, Spanyol, Kanada, AS, dan Australia mengungkapkan teori yang menyatakan bahwa “kebocoran dari fasilitas laboratorium adalah kemungkinan yang tidak boleh diabaikan,” tulis para ilmuwan tersebut pada bulan maret 2021 lalu.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menerbangkan ilmuwan mereka ke China untuk menyelidiki asal-usul virus, namun kesempatan yang terjadi ini bisa dikatakan sia-sia karena kabarnya mereka tidak menarik kesimpulan apapun tentang penelitian bagaimana virus itu berasal, lebih lanjut mereka menghasilkan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban.

“Kita harus menganggap serius hipotesis tentang penyebaran virus secara alami dan kebocoran laboratorium sampai kita memiliki data yang cukup, dan penyelidikan yang tepat harus transparan, objektif, berdasarkan data, serta “tunduk pada pengawasan independen””. pungkas 18 ilmuwan terkemuka yang menulis di surat majalah science pada bulan mei 2021 lalu.

Tentu, ada hitam dan juga putih, warna yang dianalogikan sebagai pebedaan pendukungan pendapat pada opini ini dimaksudkan kepada peneliti dan ilmuwan yang menyeldiki asal usul SARS-CoV-2 atau virus Covid-19. Professor David Robertson, seorang ahli virus dari Universitas Glasgow, memiliki sebuah pandangan yaitu “bahkan jika institut di Wuhan terlibat, kita masih perlu tahu darimana virus itu berasal, dari mana mereka mendapatkannya. Tetapi virus yang mereka hadapi (sebelum pandemi) tidak cukup dekat dengan dengan SARS-COV-2 untuk menyebutnya sebagai asal virus (yang menyebabkan pandemi),” kata Prof Robertson.

Intinya professor menolak anggapan “teori asal usul virus alami dan kebocoran laboratorium seolah-olah hal itu setara”. Meskipun kedua skenario itu mungkin, penyebab alami lebih mungkin terjadi, dan berdasarkan petunjuk ilmiah yang tersedia, sebagian besar ilmuwan termasuk Prof Robertson saat ini lebih meyakini tentang penyebab alami.

Kutipan terakhir dari data penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan adalah, bahwa penyebab suatu penyakit dan asal virus bisa diidentifikasi setelah waktu yang berjalan lama, misalnya, asal kelelawar Sars tidak dikonfirmasi hingga 2017, setelah 15 tahun wabah itu menewaskan 800 orang.

Saat ini, masyarakat indonesia sedang mengalami dampak pandemi, disatu sisi para kaum pragmatis melakukan bisnis pada bidang dengan opsi yang dapat mereka pilih dengan suka cita, jika kaum masyarakat ekonomi menengah kebawah mengetahui kesuka citaan mereka, akan merasakan kemirisan karena sedikit opsi yang dapat mereka lakukan untuk menstabilkan keadaan ekonominya.

Andai pandemi pergi, orang-orang mungkin diberikan opsi yang setara pada tahap kehidupan sosialnya untuk mendapatkan kembali hak pekerjaan yang dulu dibebankan kepadanya. Pada hari ini rata rata lapangan pekerjaan memutus kesiapan karyawan mereka demi menciptakan sebuah “kenormalan baru” ditengah situasi penyebaran virus covid-19 ini.

Jadi kapan pandemi bisa berakhir di suatu negeri? Itu tergantung penduduk dan pengelolaan pemerintah di negeri tersebut. Terkadang ada suatu negara yang otorarisasi pemerintahannya sudah bagus dalam pengelolaan suatu masalah, tetapi masyarakatnya yang masih “nakal dan main main” dalam menghadapi masalah yang serius seperti penyebaran virus ini. Dan juga, walaupun masa di dalam gedung pemerintahan itu sedikit dibanding masyarakat negara, ada saja oknum pintar yang mengelola pengelolaan masalah ini dengan strategi yang dapat menguntungkan individu atau kelompok “Underground” nya. Pandemi akan berakhir hanya akan menjadi andai andai saja jika kedua elemen negara tersebut tidak saling berkomunikasi dan bekerja sama dengan baik, dan suatu hari nanti, pandemi akan pergi walaupun belum bisa terjelaskan dengan tepat kapan akan terjadi.

Aditya Tirta Lukmana (085719195101)

Mahasiswa KPI UIN Bandung 2019

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image