Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ahmad Romadhon Abdillah, S.Pd.

Memperbaiki Fitrah Manusia Semula

Lomba | Wednesday, 22 Sep 2021, 13:29 WIB
www. republika.co.id

Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu (Q.S At-Taghabun : 11)

Hampir dua tahun berjalan pandemi covid melanda umat manusia. Berbagai nyawa telah banyak berguguran satu persatu. Kerugian menimpa ratusan perusahaan besar dan pedagang kecil, akibatnya masyarakat yang menganggur pun makin bertambah. Segala teori, upaya dan cara dilakukan sebagai langkah mencari titik terang agar bisa keluar dari cengkraman virus covid. Namun, sepertinya kuasa Tuhan belum berkehendak melepas hal ini.

Manusia disibukan dengan berbagai kebijakan mulai dari pemberlakukan pembatasan sosial, vaksinasi, sampai menjaga protokol kesehatan. Semua itu merupakan segelintir ikhtiar manusia untuk meredam laju perkembangan virus covid. Namun, masih sedikit manusia yang menyikapi secara irrasional dibalik musibah yang sedang terjadi. Akibatnya, banyak pandangan yang justru manusia cenderung lebih takut kepada serangan virus dibandingkan kepada Allah Swt. zat yang menciptakan virus tersebut.

Nilai-nilai esensial dibalik musibah banyak dilupakan sebagian manusia. Manusia jauh lebih tertarik mengambil nilai-nilai praktis. Akibatnya, terjadi segelintir orang memanfaatkan momentum pandemi untuk mencari materi diatas panderitaan orang lain, seperti bisnis vaksin, bisnis tes rapid dan swab, kesenjangan si kaya dan miskin dan korupsi dansos. Sungguh, nilai-nilai kemanusiaan masih jauh dari kehidupan manusia.

Padahal nilai-nilai esensial jauh lebih penting diambil manusia sebagai refleksi atas musibah yang melanda saat ini. Seperti, nilai agama sejauh mana manusia telah menjalankan aturan dan ketentuan yang telah digariskan oleh Allah Swt. nilai sosial, sudah berapa banyak manusia yang telah dibantu akibat pandemi, dan nilai alam, sudah sejauh manusia menjaga eksistem alam yang ada di bumi ini. Nilai-nilai inilah yang seharusnya diresapi oleh umat manusia dibalik musibah yang terjadi.

Datangnya musibah virus covid ini menjadi standarisasi penilaian umat manusia telah sejauh mana menjalankan ketentuan yang telah digariskan Allah Swt. Hadirnya pandemi covid ini menjadi pembersih dari segala sifat buruk yang menjiwai tubuh manusia. Sifat angkuh, kikir, serakah, dan rakus menjadi segelintir sifat buruk yang perlu dibersihkan. Sehingga, pasca pandemi covid berakhir melahirkan insan yang fitrah mau menjalankan fungsi dan perannya sebagai abdullah dan khalifatullah. Point inilah sebagian manusia melupakannya.

Sebagaimana Nabi Muhammad Saw menjelaskan bahwa dibalik musibah yang menimpa manusia, akan melahirkan insan yang mulia. “Hendaknya orang-orang muslim menjadi mulia dengan musibah yang menimpa mereka, sebagaimana musibah yang menimpaku (H.R Malik)”. Kutipan hadis tersebut memberikan pandangan kepada kita, bahwa musibah bukan sesuatu yang perlu disesali, melainkan perlu diambil nilai.

Mengambil nilai dibalik musibah yang terjadi bukanlah suatu perkara yang mudah, hanya mereka yang selalu sabar dan selalu berpegang pada tali agamanya. Sifat putus asa dan rasa khawatir terkadang menyelimuti manusia yang menyebabkan mereka mengambil jalur alternatif atau cara cepat untuk keluar dari kondisi kesulitan. Sehingga, banyak yang menghalalkan segala cara untuk bisa bertahan hidup.

Oleh karena itu, tidak bijak rasanya ketika pandemi covid akan berakhir umat manusia merayakan dengan hura-hura tanpa makna. Sesuatu sikap yang bertolak belakang dengan nilai esensial dibalik musibah yang terjadi. Sebagaimana yang diungkapkan Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof Nasaruddin Umar, bahwa virus corona ini siapa tahu adalah utusan Tuhan yang membawa misi tertentu, mengajak kita untuk menjadi benar. Karena selama ini meungkin manusia telah melenceng dari rel yang benar”(Republika.co.id.). Semoga ketika pandemi berkahir tatanan kehidupan manusia jauh lebih baik baik dari aspek spiritual, perilaku, dan sosial. Sehingga, tercipta kehidupan masyarakat yang berkah, damai, adil dan makmur. Wallahu A’lamu Bi Al-Shawab .

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image