Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Indra Gunawan

Pandemi dan Mentoring Kebangsaan untuk Menjaga 'Rumah Besar' Indonesia

Eduaksi | Friday, 06 Aug 2021, 14:43 WIB
Arven Marta (Foto. Dok. Istimewa)

Oleh : Arven Marta

(Ketua HMI bidang Pertahanan Keamanan / Alumni Taplai LEMHANNAS RI )

Pandemi Covid-19 telah meluluhlantakan berbagai sendi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pandemi yang telah berlangsung hampir 2 tahun ini membuat seluruh elemen bangsa harus bersatu melawannya.

Sebab, seharusnya momentum pandemi ini dijadikan sebagai momentum bagi seluruh elemen bangsa untuk menjaga 'rumah besar' yang bernama Indonesia. Misalnya dengan selalu mematuhi protokol kesehatan, dengan ikut melakukan vaksinasi dan terlibat aktif dalam menyukseskan kebijakan, seperti kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Darurat (PPKM Darurat) di berbagai daerah.

Menjaga Rumah Besar Indonesia dari Pandemi

Sebagai sebuah negara yang hadir melalui proses panjang penyatuan antar suku bangsa yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, secara otomatis Indonesia merupakan 'rumah besar'. Rumah besar yang kemudian pada 17 Agustus 1945 dapat memproklamirkan kemerdekaan dari kungkungan penjajah.

17 Agustus 1945 pun menjadi momentum bagi Indonesia untuk menyatukan seluruh elemen suku bangsa yang kemudian dibingkai dalam konteks persatuan dan kesatuan. Untuk menegaskan hal tersebut, ada mantra Bhinneka Tunggal Ika yang secara harfiah mengandung makna biarpun berbeda tapi tetap satu.

Ibarat pada masa penjajahan dahulu, sekarang pandemi Covid-19 telah 'menjajah' rumah besar ini. Hasilnya dapat kita lihat banyak sendi kehidupan yang terhambat dibuatnya.

Tak hanya menjajah, pandemi juga telah mengakibatkan rumah ini menjadi kotor. Nah, sekarang adalah momentum bagi kita untuk membersihkannya kembali.

Memastikan bahwa rumah besar tidak kotor adalah tanggungjawab kita semua. Membersihkan kembali rumah besar yang sempat dikotori pun tugas seluruh element masyarakat.

Akan menjadi hal yang berat untuk tetap menjaga rumah besar jika seisi rumah tidak memiliki visi bersama. Visi bersama itu jelas, bahwasanya kita harus membersihkan rumah ini dari serbuan pandemi.

Membersihkan Rumah Besar dari Pandemi dengan Mentoring Kebangsaan

Dengan kemampuan dan kesungguhan kita bersama, saya optimis jika rumah besar ini masih bisa kita jaga. Menurut saya, ada satu hal yang paling penting, yakni mentoring kebangsaan perlu selalu kita lakukan.

Mentoring kebangsaan yang dimaksud adalah menggalakkan kembali pemikiran-pemikiran kebangsaan dari tokoh-tokoh bangsa. Misalnya, di internal Himpunan Mahasiswa Islam kita mengenal Nurcholish Madjid sebagai seorang pemikir kebangsaan.

Pemikiran kebangsaan perlu digalakkan ditengah pandemi yang masih mengotori. Disamping tetap menerapkan 3 T dan 5 M, pemikiran kebangsaan perlu dijadikan inspirasi bagi masyarakat untuk melawan pandemi.

Untuk mengejawantahkan hal tersebut, pemikiran kebangsaan dapat digali kembali melalui kegiatan mentoring kebangsaan. Tujuannya tak lain dan tak bukan adalah untuk menumbuhkan rasa nasionalisme.

Saat rasa nasionalisme telah bertumbuh ditengah masyarakat, maka disaat itu kita bisa bahu membahu dan bergandengan tangan untuk melawan pandemi. Soalnya, pandemi seperti yang telah saya tuliskan diawal, bahwasanya pandemi telah meluluhlantakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Disaat mentoring kebangsaan dan nasionalisme telah ditumbuhkan, maka disaat itu kita tidak akan ada lagi melihat beberapa kelompok ataupun oknum masyarakat yang melanggar prokes dan selalu nyinyir terhadap kebijakan pemerintah dalam upaya melawan pandemi, yang saya pikir kebijakan pemerintah sangat patut untuk kita dukung, misal vaksinasi serta PPKM.

Mentoring kebangsaan dapat dijadikan salah satu cara untuk lebih mencintai Indonesia secara rumah besar. Di harapkan mentoring kebangsaan dapat menjadi dialektika kebangsaan para pemuda untuk lebih mencintai Indonesia lagi. Indonesia bisa. Saatnya kita bersatu melawan Covid-19.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image