Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ali Efendi

Mengenal Ujian dari Sang Khalik

Agama | 2022-04-19 22:36:31
Sumber: LensaIndonesia

Kata ujian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI) berarti sesuatu yang dipakai untuk menguji mutu sesuatu (kepandaian, kemampuan, hasil belajar, dan sebagainya). Arti lain adalah cobaan atau musibah dari Tuhan (https://kbbi.web.id/uji).

Berdasarkan pengertian agama Islam, ujian merupakan cobaan yang diberikan kepada orang-orang beriman dan taat kepada Allah SWT. Sebagai mana firman Allah dalam Alquran yang artinya: “Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji?” (QS. Al-Ankabut: 2).

Setiap orang yang mengaku beriman kepada Allah pasti akan diuji dengan bentuk cobaan yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya. Kadar dan ukuran ujian yang diberikan kepada sesorang juga berbeda-beda, Allah yang mengukur cobaan kepada manusia dengan ukuran yang berat atau yang ringan.

Sering kita mendengar seseorang berkata merasa tidak kuat atas beban cobaan yang diberikan Allah kepada dirinya. Manusia senantiasa mengeluh terhadap cobaan yang diberikan, katanya terlalu berat cobaan yang diberikan kepadanya. Padahal beban berat atau ringan cobaan seseorang sesuai dengan ketentuan Allah sebagai mana firmanya:

Artinya: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya” (QS. Al-Baqarah: 286).

Sumber; Muslim.or.id

Dua Jenis Ujian Allah

Manusia dalam menjalani kehidupan diberikan pemahaman dan pilihan hidup dua macam yang senantiasa berpasangan seperti dua kutub yang berbeda-beda. Misalnya baik dan buruk, makruf dan munkar, kenikmatan dan musibah, salah dan benar, miskin dan kaya, serta pilihan lain yang berbeda. Keduanya senantiasa mengiringi setiap langkah manusia, dengan nurani dan nafsu manusia menjatuhkan pilihannya.

Dalam hidup manusia diberi kesempatan oleh Allah berbuat amal kebaikan dengan berusaha semampunya sebelum mengalami maut menjemput. Karena setiap yang bernyawa pasti akan mengalami peristiwa yang namanya mati. Maka dalam menjadi hidupnya manusia pasti diuji oleh Allah, yaitu ujian berupa keburukan (musibah) dan ujian berupa kebaikan (nikmat).

Kedua ujian tersebut sebagai cobaan dari Allah agar manusia ingat hanya kepada Sang Pencita dan hanya kepada Allah kita akan kembali. Sebagaimana firman Allah dalam Alquran:

Artinya: “Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami” (QS. Al-Anbiya: 35).

Berdasarkan penjelasan Alquran di atas, maka ada dua jenis ujian yang diberikan kepada Allah sebagai bentuk cobaan hidup, di antaranya sebagai berikut:

Pertama, yaitu ujian berupa keburukan. Bentuk ujiannya berupa musibah, seperti; bencana alam banjir, longsor, gunung meletus, gempa bumi, badai tsunami, putting beliung, wabah penyakit atau pendemi, kebakaran, kekeringan, kelaparan, ditinggal kerabatnya meninggal, kecelakaan, dan sebagainya.

Secara rinci bentuk ujian yang diberikan Allah sebagai berikut; artinya: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar” (QS. Al-Baqarah: 155).

Jadi Allah memberikan ujian berbentuk keburukan atau musibah yang dialami manusia, baik cobaan secara indvidu maupun kelompok (komunal). Tentu Allah memiliki tujuan dan kunci dalam menghadapi ujian tersebut.

Kedua, yaitu ujian berupa kenikmatan. Terkadang manusia mengira bahwa kenikmatan yang diberikan Allah bukan ujian. Justru ujian berupa kenikmatan lebih berat, terbukti dalam sejarah kemanusiaan sebagaimana diceritakan dalam Alquran. Seperti Qorun merupakan salah sosok sahabat Nabi Musa AS yang tidak lulus ijian dari Allah berupa kekayaan yang melimpah.

Dalam sejarah Nabi Muhammad, sahabat Rasulullah yang bernama Tsa’labah adalah salah satu sahabat yang miskin dan taat beribadah kepada Allah. Berkali-kali datang kepada Rasulullah agar diberikan nikmat berupa kekayaan, berkali-kali juga Rasulullah memberi peringatan dan menolak permintaannya. Tetapi tidak peduli yang disampaikan Rasullah, akhirnya diberi kaya raya tetapi dalam perjalan hidupnya tidak lulus.

Di Indonesia para pejabat yang tidak lulus dalam ujian yang diberikan Allah berupa kekayaan, jabatan, pangkat, dan kedudukan. Dengan kenikmatan yang diberikan banyak di antara mereka justru melakukan perbuatan yang melanggar hukum dengan memanfaatkan jabatannya untuk berbuat kemungkaran, seperti; korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).

Ujian berupa kenikmatan kelihatannya ringan karena berupa kesenangan dan kenikmatan di dunia, sebagai contoh banyak orang yang lupa ketika diberi nikmat sehat jasmani dan rohani tetapi dengan kesehatan yang diberikan oleh Allah tidak digunakan untuk kebaikan. Allah memberikan kekayaan yang cukup tetapi lupa untuk mengelurakan zakat, infak dan sadaqah.

Contoh ayat di bawah ini cobaan yang diberikan Allah yang dicintai oleh manusia, seperti harta benda dan anak sebagaimana firman Allah SWT yang artinya: “Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesunggunya di sisi Allah ada pahala yang besar” (QS. Al-Anfal: 28).

Dua jenis ujian yang diberikan oleh Allah kepada umat menusia dengan ketentuan dan ditetapkan. Maka manusia yang beriman harusnya sadar bahwa setelah mengaku beriman pasti akan diuji. Perlu diingat setiap ujian yang diberikan kepada manusia pasti ada kadar dan ukuran yang ditentukan oleh Allah. Semoga kita mampu mengahadapi ujian yang diberikan Allah dengan baik. Wallahu ‘alam bish-showab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image