Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image dhul ikhsan

Makan Sahur Komplit, Minum Banyak, Tapi Badan Lemas saat Puasa, Kenapa?

Gaya Hidup | Saturday, 16 Apr 2022, 10:27 WIB
Ilustrasi. Sumber : Pexels/Ron Lach

Menu sahur di keluarga saya itu terbilang cukup komplit. Semenjak pukul 2 pagi, ibu sudah menyiapkan segala menu makanan. Mulai dari nasi, sayur, ayam, ikan, tempe, gorengan, telur dadar kesukaan saya, kolak sisa di kulkas, hingga minuman mineral dan beberapa jenis sirup, semua tersedia. Tidak pernah berubah semenjak acara sahur berupa sejarah 25 Nabi, hingga talk show kocak meramaikan dunia pertelevisian Indonesia.

Kebiasaan makan sahur keluarga kami begini : begitu masuk pukul setengah empat pagi, yang mulia administrator rumah membangunkan kami, anak-anaknya, untuk segera menyantap sahur. Begitu bangun, dan membasuh muka, biasanya kami mulai rewel mencari lauk favorit. Kegaduhan kadang terjadi saat kami bangun secara bersamaan, karena di momen seperti itulah persaingan mendapatkan lauk yang sama terjadi.

Strategi makan sahurpun cukup memiliki tahapan. Ibaratnya seperti menyimpan ransum ke dalam tas carrier demi suksesnya pendakian ke atas gunung. Bayangkan, perut ini adalah tas. Maka makanan-makanan utama yang berat-berat itu adalah yang paling pertama kali dijejalkan. Masuk kemudian makanan-makanan ringan, dan terakhir segala jenis minuman agar terhindar dari dehidrasi. Begitulah asumsinya strategi mempersiapkan puasa Ramadhan anti-lapar dan haus kami.

Maka ketika sahur, kami sekeluarga memulai dengan makan makanan berat. Beberapa saat kemudian, kami memakan sisa kolak atau gorengan yang tersedia. Lalu, menjelang masuk waktu imsak, kami minum air sebanyak-banyaknya dengan harapan siang nanti kita kuat menjalani puasa. Kebiasaan ini tidak pernah berubah semenjak masih menikmati layanan TV analog hingga beralih ke digital.

Sayangnya, strategi sahur semacam itu tidak cukup ampuh membuat kami baik-baik saja menjalani puasa. Serius! Apalagi kalau habis subuh tiduran. Dijamin, tenggorokan akan terasa kering. Berturut-turut kemudian badan mulai merasakan lemas. Mulai agak siangan, kepala terasa nyeri. Apalagi kalau kondisi lapar dan haus ini memasuki tahapan overthinking : Aktivitas malah makin terganggu. Sehingga ada rasa penasaran menghinggapi pikiran saya, kenapa hal itu bisa terjadi?

Sekiranya teknologi WiFi cepat dan internet stabil sudah dinikmati sedari dulu, pengetahuan kesehatan semacam ini sudah menjadi pengetahuan umum. Karena kondisi yang dirasakan badan saat berpuasa semacam ini adalah hal yang lumrah terjadi bagi metabolisme tubuh manusia. Banyak literasi kesehatan yang disusun oleh pakar kesehatan mengatakan demikian.

Makan Sahur dan Kadar Glukosa

Tubuh kita pada dasarnya membutuhkan energi untuk beraktivitas. Nah, untuk mendapatkan sumber energi, kita harus makan. Karena dari makanan itulah tubuh mendapatkan asupan glukosa, sebagai bahan bakar utama.

Glukosa yang diolah tubuh akan terkonsentrasi ke dalam darah, lalu diserap oleh sel-sel, dan jaringan-jaringan di dalam tubuh kita, demi mendukung berkegiatan sepanjang hari. Ketika glukosa yang dikonsumsi oleh mulut kita terlalu banyak, tubuh akan mengubahnya menjadi glikogen yang akan disimpan di dalam hati dan otot sebagai cadangan energi.

Nah, begitu memasuki puasa Ramadhan, asupan glukosa terhenti selama lebih dari 12 jam. Disaat itulah tubuh mengambil cadangan gula yang tersedia secara otomatis dari balik organ hati dan otot-otot kita. Efeknya, badan kita terasa lemas bahkan sampai mengalami nyeri kepala saat beraktivitas di saat berpuasa. Hal itu diakibatkan karena efek penyesuaian tubuh di kala berpuasa.

Jadi jangan kaget ketika cek gula darah saat puasa angkanya masih terbilang normal, padahal badan lemas dan kepala pusing. Bisa dibilang sangat jarang orang mengalami hipoglikemia di kala berpuasa, atau kadar gula rendah di bawah 70 mg/L. Semua hanya pola tentang pola hidup saja.

Dari zaman keluarga saya pakai internet rumah Speedy berganti IndiHome, ya pola makan sahurnya begitu-begitu aja. Tidak pernah berubah. Suka diawali dengan makan makanan berat, lanjut ke buah dan gorengan, serta diakhiri dengan minum yang banyak. Tapi perbedaannya, kalau dulu ekspektasi kami tidak lemas dan pusing di saat berpuasa, sekarang sudah bisa menerima keadaan sekiranya kondisi semacam itu terjadi di siang hari. Hal ini dikarenakan informasi kesehatan menjalani puasa Ramadhan yang didapat sudah cukup banyak.

Saran dari pakar kesehatan memang dianjurkan menghindari makan terlalu berlebihan dan berat-berat di saat sahur atau sesaat setelah azan maghrib berkumandang. Perilaku over-eating seperti itu membuat tubuh kita rentan menjadi lemas dan pusing saat beraktivitas puasa. Sirkulasi darah juga hanya terfokus pada saluran cerna, yang mengakibatkan tekanan darah di bagian tubuh yang lain, terutama ke otak, menjadi rendah.

Pada dasarnya, setiap orang punya pilihan masing-masing saat bersantap sahur. Mau pakai menu lengkap bisa, mau menu sederhana juga bisa. Seperti halnya keluarga kami yang tidak pernah kapok menyediakan berbagai macam menu makanan di kala sahur.

Intinya jangan khawatir kalau rasa lemas dan pusing tidak menunjukkan permasalahan kesehatan tubuh yang sesungguhnya saat puasa. Karena jangan khawatir. Tubuh kita memiliki cadangan glokogen yang cukup banyak agar kita bisa beraktivitas sepanjang siang. Sekiranya cadangan itu habis, masih ada cadangan lemak dan protein yang sewaktu-waktu bisa diubah menjadi glukosa.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image