Jenis Alat Musik Tradisional Populer Hingga Mancanegara
Sejarah | 2022-04-14 05:29:39Kebudayaan Indonesia sudah dikenal dunia, seperti batik, adat istiadat hingga alat musik. Berikut jenis alat musik tradisional yang terkenal hingga mancanegara.
Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan budaya dan adat istiadat. Dilansir dari Kominfo, ada sekitar 478 suku bangsa di Indonesia dan masing-masing punya kebiasaan, norma, budaya hingga alat musik tradisional yang berbeda-beda.
Alat musik tradisional kerap kali dipakai pada acara adat tertentu. Setiap alat musik tersebut punya keunikan tersendiri dan beberapa budaya menganggap nya sebagai benda yang sakral. Jenisnya mulai dari alat musik pukul, tiup dan petik.
Berikut ini jenis alat musik tradisional yang populer hingga mancanegara.
Gong
Gong merupakan alat musik yang berasal dari Jawa Tengah. Bentuk gong seperti mangkuk besar yang diletakkan secara menggantung di bilah kayu yang punya ukiran menarik. Meski berasal dari Jawa, namun alat musik sejenis juga ditemukan di berbagai daerah dengan nama khasnya masing-masing, misalnya Babendhil, Bonang, Gandingan, Kempul dan masih banyak lagi.
Cara memainkan gong adalah dengan dipukul dengan tongkat yang ujungnya dilapisi lilitan kain/karet, lalu gong akan mengeluarkan suara berdengung atau suara yang mirip dengan namanya, gong / gung.
Gong biasa digunakan saat acara-acara adat atau kesenian daerah. Gong ini termasuk alat musik yang istimewa, karena selain biasa dijadikan sebagai alat musik pada penampilan lagu, melainkan juga untuk mengiringi penampilan kesenian cerita seperti wayang golek.
Pola gong umumnya dipukul pada saat tertentu, seperti pada klimaks cerita (sehingga menghasilkan suara yang besar) atau dengan tempo yang standar.
Kecapi
Kecapi adalah jenis alat musik kordofon atau alat musik dari suku Sunda. Alat musik ini digunakan untuk mengiringi lagu Sunda. Cara memainkannya adalah dengan cara dipetik seperti gitar.
Kecapi punya beragam bentuk, ada yang menyerupai gitar, namun ada juga yang bentuk kotak pipih, namun ada juga bentuk kecapi dengan kotak tebal.
Kecapi biasa dimainkan dengan teknik-teknik tertentu. Beberapa teknik tersebut diantaranya teknik dijambret, teknik sitreuk toel dan teknik dijeungkalan.
Angklung
Siapa yang tidak kenal angklung, alat musik yang berasal dari Jawa Barat ini sangat populer, hingga mancanegara. Bahkan angklung menjadi alat musik yang dipelajari di belahan dunia lain, seperti di kesenian sekolah / kampus atau tempat kesenian lain.
Angklung merupakan alat musik dari bilah bambu yang diletakkan bersusun secara bertingkat atau menyesuaikan dengan hasil suara yang diinginkan. Angklung ada yang berukuran kecil untuk jenis nada tertentu namun juga berukuran besar untuk tangga nada yang lebih lengkap.
Cara memainkan angklung atau menghasilkan suaranya, bisa dengan menggunakan teknik getar, teknik sentak atau teknik tengkep. Masing-masing cara bisa menghasilkan suara yang berbeda. Namun cara yang paling umum adalah dengan teknik karulung atau getar.
Sasando
Sasando adalah alat musik yang berasal dari Rote (Nusa Tenggara Timur). Alat ini dimainkan dengan cara digesek atau dipetik. Alat ini punya 2 jenis yaitu Sasando Gong dan Sasando Biola.
Sasando juga merupakan alat musik tradisional yang populer di mancanegara. Bahkan Sasando telah mendapat penghargaan dari UNESCO. Penghargaan Internasional ini dirasa sangat wajar disematkan, pasalnya Sasando memiliki bentuk dan suara yang unik.
Suara yang dihasilkan bisa menyerupai gitar, harpa, biola dan jenis alat musik dari senar lainnya. Sedangkan bentuknya berupa tabung bilah bambu sebagai tempat dudukan senar / string dan daun lontar yang disusun dengan indah yang difungsikan sebagai wadahnya.
Kolintang
Kolintang merupakan alat musik berupa kayu ringan yang disusun di atas rak kayu. Bahan kayu tersebut umumnya menggunakan pohon waru, pohon cempaka atau pohon wenuang. Jenis kayu tersebut dipilih karena punya sifat keras namun juga ringan.
Kolintang dimainkan dengan cara dipukul dengan stik kayu. Suara dari kolintang sendiri adalah nyaring, khas suara kayu. Namun dari deretan kayu tersebut punya tangga nada sehingga ketika dimainkan bisa terdengar merdu.
Sebagai warga Indonesia, sudah sepatutnya bangga akan kebudayaan yang ada. Terlebih alat musik tradisional Kolintang yang berasal dari Sulawesi Utara juga menyumbangkan rekor dunia di tahun 2009 dari pertunjukan Kolintang yang dimainkan oleh 1200 orang lebih secara harmonis.
Geso Geso
Geso-geso adalah alat musik yang berasal dari suku Toraja. Alat ini berbentuk seperti biola namun dengan tangkai / neck yang lebih panjang. Alat ini dibuat dari bahan tempurung kelapa dan diberi senar.
Geso geso dimainkan dengan cara menggesek layaknya biola, dengan tali khusus (beberapa sumber menyebutkan bahan tali dari bulu ekor kuda). Alat ini biasa digunakan saat ada acara daerah, upacara adat, acara panen kopi, acara syukuran dan acara tradisional Toraja lainnya.
Lalove
Lalove adalah alat musik seperti suling yang berasal dari Sulawesi Tengah. Alat musik satu ini terbuat dari bahan bambu atau rotan pilihan dari puncak tertinggi dan memiliki ukiran serta bentuk yang unik.
Lalove berbeda dengan jenis alat musik lain yang bisa dimainkan kapan saja dan acara apapun, namun Lalove hanya dimainkan pada saat ritual penyembuhan suku Kaili.
Suaranya Lalove dianggap sakral, akibat kisah zaman dulu pada saat legenda Sawerigading ingin meminang Ngilinayo raja wanita dari Kerajaan Sigi, harus mengadu ayam. Namun pada saat acara berlangsung, legenda Sawarigading meniupkan Lalove dengan suara merdu sehingga mengundang semua masyarakat sekitar, bahkan warga yang sedang sakit.
Lalove saat ini sudah ditetapkan sebagai warisan budaya oleh pemerintah Indonesia pada tahun 2019 lalu. Seiring waktu alat musik Lalove juga sudah banyak dimainkan untuk acara hiburan daerah.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.