Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Kiki Firmansyah

Sikap Nabi Menghadapi Manusia

Agama | Friday, 08 Apr 2022, 23:29 WIB
Nabi Muhammad Saw (Ilustrasi). Sumber:Republika.

Suatu ketika Rasulullah Saw bertemu dengan seorang Arab Badui. Laki-laki hitam yang tinggal di kaki gunung itu mengaku sudah memeluk agama Islam, dan sudah menunaikan ibadah.

Nabi Saw kemudian bertanya, “Jadi engkau beriman bahwa tidak ada Tuhan selain Allah”? “Ya, saya percaya!” jawab laki-laki itu. lalu Nabi Saw bertanya kembali, “Tahukah kamu di mana Allah berada? “Tahu!” jawabnya, “Di mana?” tanya Nabi Saw, “Di sana, di puncak gunung!, sahut Arab Badui itu tanpa ragu.

Mendengar jawaban laki-laki itu, Nabi Saw diam saja. Beliau tidak memberi komentar atau menyanggahnya untuk menjaga kehormatan laki-laki itu. dalam pandangan Rasul Saw, baru sebatas itulah tingkat pemahaman Arab Badui itu.

Ketika kota Makkah berhasil di taklukan, Nabi Saw beserta sepuluh ribu pasukan Islam memasuki kota itu dengan damai. Namun, kaum musyrikin Quraisy tetap saja merasa takut. Mereka bersembunyi di dalam rumah.

Di antara yang paling terpukul dengan persitiwa Fathu Makkah itu Adalah Abu Sufyan. Selaku bangsawan dan pemimpin Quraisy, ia biasa disanjung dan dihormati. Nama dan reputasinya tentu akan hancur bila ia harus keluar sebagai pecundang.

Rasul Saw adalah pemimpin yang arif dalam bersikap. Segera beliau mengeluarkan maklumat yang diumumkan kepada segenap penduduk Makkah: “Barangsiapa yang masuk Masjidil Haram, dia akan dilindungi. Dan barangsiapa yang masuk ke Rumah Abu Sufyan, dia akan dilindungi.”

Betapa bangganya Abu sufyan mendengar maklumat Nabi Saw itu. betapa tidak, rumahnya disamakan dengan kemuliaan masjidil Haram. Karena itu, ia tidak sampai kehilangan muka ketika kemudian memeluk agama Islam. Nabi Saw pun selalu bersikap santun dan lemah lembut kepadanya.

Kebanggaan Abu Sufyan kian bertambah,ketika Rasulullah Saw mengangkat putranya, Muawiyah, menjadi salah seorang pencatatat wahyu. Sejak itu, banyak kaum musyrikin Makkah yang berduyun-duyun menyatakan keislamannya. Tapi, seorang panglima Qurasiy, Sofwan bin Umayyah, tidak datang menghadap Nabi Saw. Maka Nabi Saw mengutus seseorang untuk memanggil Sofwan.

Ketikan panglima perang itu sudah berada di hadapannya. Nabi Saw bertanya, “Mengapa engkau tidak segera masuk Islam?”, “Berilah saya waktu satu minggu untuk berpikir,” pinta Sofwan. “Setelah itu akan saya putuskan, masuk Islam atau tidak.” Nabi Saw menjawab, “Jangan satu minggu.” Sofwan terkejut. “Apakah satu Minggugu terlalu lama?”, “Tidak,” sabda Nabi Saw. “Justru terlalu singkat. Kuberi engkau waktu dua bulan, apakah akan bersahadat atau tidak. Pikirkanlah dengan baik dan leluasa. Sebab agama Islam adalah Agama untuk orang-orang yang berakal dan menggunakannya untuk berpikir. Tidak ada agama bagii orang yang tidak ada agama bagi orang yang tidak mempunyai akal.”

Sumber: KH Abdurrahman Arroisi, 30 Kisah Teladan 2, PT. REMAJA Rosadakarya, Bandung.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image