Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Slamet Samsoerizal

BOLEH BUKBER TAPI JANGAN NGOBROL

Curhat | Tuesday, 05 Apr 2022, 11:12 WIB

Sehari jelang Ramadan, Mas Nakurat membaca grup WA dengan tersenyum. Grup yang anggotanya berusia 50 tahun lebih tersebut, menampilkan sebuah foto teman-temannya yang sedang makan bersama di sebuah restoran. Dengan teks yang bikin Mas Nakurat tersenyum tersebut, diberi keterangan: “Boleh Bukber tapi Jangan Ngobrol.”

Terbayang betapa sulitnya, warga netizen kita kalau bertemu dengan sahabatnya, hanya menyapa “Hai apa kabar?” Bersalaman, lalu ngobrol secukupnya. Mustahil terjadi.

sumber foto: dokumen pribadi

Pemandangan yang tampak, apalagi sua dengan sahabat lama. Lantas, mereka masuk dengan helat mau makan atau hanya minum-minum di Cafe “Kopi Tanpa Kenangan”. Lantas mulai buka topik pengantar: ”Kamu tinggal dimana sekarang? Sudah menikah? Berapa anakmu? Pasanganmu kerja dimana?” dan seterusnya. Seharian, dijamin tidak akan kehabisan topik.

Ngobrol itu Obral

Ngobrol itu obral. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika siapa pun yangterlibat obrolan, akan mengobral gagasan, obral topik yang sedang viral, obral jabatan, dan bisa pula obral kekayaan.

Prof. Dr. Suroso, M.Pd. yang baru saja dikukuhkan sebagai Guru Besar bidang Ilmu Pembelajaran Sastra Indonesia, menyatakan bangsa Indonesia saat ini didominasi budaya lisan.

"Orang dapat berlama-lama menonton televisi atau memutar CD dan DVD namun sedikit sekali waktu untuk membaca," katanya di Universitas Negeri Yogyakarta. Menyitir pendapat budayawan Prof. Teeuw, Soroso mengatakan, Bangsa Indonesia masih dalam tradisi kelisanan (orality) dan belum masuk pada tradisi keaksaraan (literacy).

Pengguna internet di Indonesia mencapai 132.711.367 orang. 50% di antaranya mengakses melalui telepon seluler (ponsel). Konten yang dikunjungi di antaranya Facebook dan hanya 6% yang mengunjungi mesin pencari google.

Pengunjung google ini, lebih rendah dibanding yang membuka akses situs porno (7,9%). Dengan banyaknya ke media sosial, imbuhnya, orang bisa terpengaruh dengan berita-berita hoaks yang tidak jarang berbenturan dengan nilai kemanusiaan disaat budaya membaca masih rendah.

Tradisi lisan merupakan salah satu kekuatan kultural yang ada di Indonesia. Perkembangan tradisi lisan juga ditandai dengan pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan komunikasi modern. Tradisi lisan juga mempunyai berbagai macam bentuk yang konkret. Melansir jurnal UNUD, dalam bentuk dan isinya yang kompleks, tradisi lisan tidak hanya mengandung cerita, mitos, legenda, dan dongeng, tetapi juga mengandung berbagai hal yang menyangkut hidup dan kehidupan komunitas pemiliknya.

Misalnya, kearifan lokal (local wisdom), sistem nilai, pengetahuan tradisional (local knowledge), sejarah, hukum, adat, pengobatan, sistem kepercayaan, religi, dan astrologi, serta berbagai hasil seni. Tradisi lisan diceritakan dari mulut ke mulut dan secara turun -temurun, dari satu generasi ke generasi berikutnya. Salah satu contoh perkembangan ini adalah cerita rakyat. Dalam hal tersebut, cerita rakyat selalu berkembang dari generasi ke generasi sehingga terjadi sedikit perbedaan di antara cerita-cerita yang diturunkan.

Dalam konteks Ramadan, Bukber (Bukapuasa bersama) sudah menunjukkan geliatnya. Restoran di mall sampai WTS (Warung Tengah Sawah) mulai ramai pada minggu pertama bulan suci ini.

Hal ini berkaitan dengan kebijaksanaan Pemerintah yang melonggarkan sejumlah aturan di bulan Ramadan. Tahun ini, warga boleh mengadakan Bukber, walau pun diharapkan tidak mengobrol.

Mas dokter Dicky Budiman Ahli epidemiologi dari Universitas Griffith Australia mengatakan pemerintah juga harus membuat sejumlah aturan terkait ibadah Ramadan. Menurutnya, ngobrol saat agenda buka bersama bisa saja dilakukan. Namun ada beberapa syarat agar kegiatan tersebut tidak menjadi sumber penularan COVID-19. Piye, Mas dokter teknisnya?

“Ketika makan saja orang membuka masker, dan itu tetap harus jaga jaraknya. Harus ada kesepakatan saat buka itu ketika semua sudah makan, tidak banyak bicara lagi," begitu saran Mas Dicky.

Sebagai catatan akhir, hal paling prinsip dari helat Bukber adalah mereka yang sedang saum, tidak meninggalkan solat magrib. Apalagi jika peserta bukber tidak memulai dengan salat magrib berjamaah terlebih dahulu.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image