Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ade Sudaryat

Belajar dari Khalid bin Walid, Tak Berhenti Mengabdi

Agama | Sunday, 03 Apr 2022, 18:53 WIB

Sebelum masuk Islam, Khalid bin Walid r.a. terkenal sebagai orang yang memahami strategi perang. Ia sangat piawai menunggang kuda dan bermain pedang. Setelah menjadi seorang muslim, ia menjadi pembela Allah dan Rasul-Nya. Ketika mengikuti peperangan Mu’tah, Khalid bin Walid r.a. masih menjadi seorang prajurit dibawah pimpinan tiga panglima besar Ja’far bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsah, dan Abdullah Ibnu Rawahah.

Perang Mu’tah yang diikutinya ini merupakan pembuka awal kecemerlangan karier keprajuritannya. Ketika tiga panglima besar dalam peperangan Mu’tah gugur, terjadi kekosongan panglima. Panji kebesaran Islam terjatuh, para prajurit kebingungan dan bergerak sendiri, tak ada yang memberi arahan dan komando.

Kondisi tersebut dirasakan pula oleh Khalid bin Walid r.a., namun ia tak berani memberikan solusi apa-apa, terlebih-lebih ia baru beberapa bulan masuk Islam. Ia menghargai orang-orang yang lebih senior daripadanya.

Tsabit segera mengambil bendera komando yang hampir terjatuh. “Ambillah bendera komando ini! Engkau lebih mengetahui strategi perang daripada aku.”

Demi Allah, aku tadi mengambilnya untuk kuberikan kepadamu.”

Khalid menjawab, “Tidak! Aku tidak akan mengambil bendera komando ini. Engkau lebih berhak mengambilnya. Engkau lebih tua dan pernah ikut di Perang Badar.”

Kemudian Tsabit berseru kepada seluruh pasukan Islam, “Setujukah kalian dipimpin Khalid?”

“Setuju!” Jawab mereka.

Khalid bin Walid, seorang panglima perang, sahabat Rasulullah saw yang gesit dan piawai mengatur strategi peperangan. Hari demi hari nama Khalid semakin dikenal. Ia selalu menang dalam setiap peperangan.

Waktu terus berlalu. Kebesaran Khalid bin Walid semakin terkenal, bahkan setelah Rasulullah saw wafat pun, namanya semakin bersinar. Namun, tatkala pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab r.a, ia diberhentikan dari jabatannya sebagai panglima perang. Jabatannya diganti oleh salah seorang bawahannya, namun ia tak berhenti berkarya, tak berhenti berbuat kebaikan.

Mendengar pemberhentian Khalid bin Walid dari jabatannya, para pendukungnya banyak yang menyarankan agar ia berhenti mengabdi di pemerintahan. Namun ia tidak mengikuti saran mereka, malahan ia berkata, “Aku berjuang, berkarya, berbuat kebaikan bukan karena Umar, bukan untuk Umar. Aku berjuang karena Allah. Demi kejayaan agama Allah. Sekalipun aku tak memiliki jabatan, bagiku panglima dan prajurit sama saja. Aku tak akan berhenti berjuang, tak akan berhenti berkarya, dan tak akan berhenti berbuat kebaikan.”

Sungguh indah kata-kata Khalid bin Walid r.a. Sungguh terpuji tindakan yang diambilnya. Tindakan yang mencerminkan kekokohan akidah, ketulusan pengabdian, dan keluhuran akhlaknya.

Selayaknya kita meneladani sikap para sahabat yang mulia. Mereka tak pernah berhenti berbuat kebaikan. Tak pernah mengenal kata pensiun dari berbuat kebaikan. Ia tetap berjuang dan berbuat kebaikan sekalipun dibalas dengan kejelekan. Mereka mengejar keridaan Allah, bukan keridaan manusia. Mereka rindu pahala dan pujian dari Allah, bukan pujian dari hamba-Nya.

Ketika kebaikan mereka dibalas dengan kejahatan, mereka begitu cepat memaafkannya, tanpa menunggu-nunggu mereka yang berbuat jahat memohon maaf kepada mereka, karena mereka yakin bahwa pemberian maaf merupakan kriteria dari ketinggian ketakwaan seorang hamba Allah. “Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal, tetapi barang­siapa memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya dari Allah. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang zalim.” (Q.S. Asy – Syuura :40).

Allah senantiasa menyiapkan balasan untuk orang-orang yang mampu berbuat kebaikan tanpa lagi menghiraukan balasan-balasan dari hamba-hamba- Nya. Allah sangat mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan kepada seluruh makhluk-Nya. Para malaikat pun mencintai, mendoakan hamba-hamba Allah yang berbuat kebaikan kepada seluruh makhluk Allah.

Ilustrasi : Khlaid bin Walid r.a. (sumber gambar : https://republika.co.id)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image