Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Khansa Naila

Dimensi tak Kasat dari Dunia Kesehatan: Empati, Etika, dan Nalar Manusia di Balik Praktik Medis

Eduaksi | 2025-11-07 07:28:26
Oleh: Khansa Naila

Bagi banyak orang, dunia kesehatan sering terlihat sebatas ruang periksa, stetoskop, dan resep obat. Padahal, di balik seragam putih yang dikenakan para tenaga medis, terdapat dimensi kemanusiaan yang jauh lebih kompleks dan sering kali tidak terlihat. Profesi di bidang ini bukan hanya tentang pengetahuan klinis, tetapi juga tentang bagaimana seseorang berpikir, berkomunikasi, dan mengambil keputusan di tengah tekanan yang tidak mudah dibayangkan.

Salah satu hal yang menarik dari hasil pengamatan lapangan di rumah sakit pendidikan di Surabaya adalah cara dokter umum di instalasi gawat darurat mengambil keputusan di tengah situasi mendesak. Setiap tindakan terlihat sederhana dari luar, tetapi sebenarnya melalui proses berpikir yang panjang — mulai dari menganalisis gejala, menimbang risiko, hingga menentukan prioritas pasien. Di balik ketenangan seorang dokter, ada beban tanggung jawab yang menuntut ketepatan dan empati dalam waktu yang bersamaan.

Komunikasi menjadi hal penting yang menentukan keberhasilan penanganan pasien. Cara dokter berbicara dapat memengaruhi bagaimana pasien memahami kondisi kesehatannya. Tidak cukup sekadar menjelaskan hasil pemeriksaan, tetapi juga bagaimana menyampaikannya agar tetap jujur, sopan, dan membangun kepercayaan. Ketepatan kata dan nada menjadi bagian dari etika yang tak tertulis, namun berdampak besar terhadap kenyamanan pasien dan keluarganya.

Meski terlihat kuat dan tegar, para tenaga medis juga manusia biasa yang berhadapan dengan rasa lelah, kehilangan, bahkan tekanan emosional. Ada kalanya mereka harus tetap profesional ketika menghadapi pasien yang tidak bisa diselamatkan. Mereka menahan emosi dan menjaga ketenangan agar tetap dapat menjalankan tugasnya dengan penuh tanggung jawab. Kekuatan ini bukan sekadar kemampuan fisik, tetapi juga kedewasaan dalam mengelola perasaan di tengah situasi sulit.

Namun, tidak jarang muncul prasangka dan penilaian keliru dari masyarakat. Masih ada yang menganggap tenaga medis bersikap dingin atau hanya berorientasi pada materi. Padahal, banyak di antara mereka menjalankan tugas dengan dedikasi tinggi, bahkan di bawah tekanan sistem kesehatan yang kompleks. Etika profesi membuat mereka tetap diam dan bekerja dengan tenang, meski sering kali hatinya ikut terluka.

Kemajuan teknologi kesehatan saat ini memang sangat membantu proses diagnosis dan pengobatan. Namun, teknologi tidak akan pernah menggantikan empati manusia. Mesin bisa membaca data, tetapi tidak dapat merasakan kekhawatiran pasien. Di sinilah letak peran manusia yang sesungguhnya — menghadirkan sisi kemanusiaan di tengah sistem yang semakin canggih.

Pada akhirnya, bekerja di bidang kesehatan bukan hanya soal keterampilan medis, melainkan juga tentang menjaga makna kemanusiaan. Dunia kesehatan membutuhkan keseimbangan antara ilmu dan nurani, antara profesionalisme dan empati. Di balik seragam putih itu, tersimpan dedikasi yang lahir dari niat untuk menolong, memahami, dan menghargai kehidupan dalam segala bentuknya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image