HEROISME GURU MERDEKA
Guru Menulis | 2022-03-31 22:51:50“Mendidik dan mengajar adalah proses memanusiakan manusia”
(Ki Hajar Dewantara)
Merdeka. Selalu ada energi luar biasa saat kita menyebut kata ini. Kata ini menjadi kata yang kini sering disebut berulang-ulang. Dibincangkan dalam forum resmi maupun sekedar bincang-bincang tidak resmi. Pada setiap kesempatan kata merdeka yang selalu digaungkan kini seperti menggemanya teriakan-teriakan slogan merdeka pada masa awal kemerdekaan. Sehingga kata merdeka akan selalu memunculkan percikan-percikan kecintaan akan negeri ini dalam suasana heroik. Tentunya heroisme merdeka kali ini dalam nuansa yang berbeda. Bukan sekedar heroisme seperti puisi-puisi bertema kepahlawanan yang menggetarkan. Nuansa merdeka kali ini telah memasuki ceruk-ceruk sekolah di kota dan perkampungan. Heroisme merdeka ini telah menjadikan dunia pendidikan sebagai dunia yang memerdekakan seluruh komponen warga sekolahnya.
Pada ranah pendidikan sekarang kata merdeka telah menjadi peluru yang akan menembus dinding dan sekat belenggu. Apakah sebelumnya dunia pendidikan kita adalah dunia yang membelenggu? Silahkan lakukan penilaian, namun tentunya jangan sampai salah menilai tanpa didukung data dan fakta. Terlepas dari terbelenggu atau memerdekakan, poin penting dalam menjalankan heroisme merdeka itu adalah peran dan kehadiran seorang guru. Guru yang seperti apa? Tentunya sejalan dengan nuansa merdeka sekarang, yaitu guru merdeka.
Memaknai Guru Merdeka
Guru merdeka sejalan dengan pendapat Mendikbudristek, Nadiem Makarim tentang merdeka belajar. Menurut beliau merdeka belajar diartikan bahwa sekolah, murid, dan guru memiliki kebebasan untuk berinovasi, belajar dengan mandiri dan kreatif. Memaknai guru merdeka sejalan dengan strategi mewujudkan merdeka belajar.
Guru merdeka dapat kita juga maknai sebagai guru yang mampu dengan segala kebebasannya menyampaikan segala kreatifitas dan kecerdasannya. Mereka senantiasa merefleksikan dan menyesuaikan pemikiran dan tingkah laku terhadap setiap perubahan yang terjadi. Saluran kebebasannya adalah menjadikan anak muridnya terasa menikmati proses pembelajaran yang diberikan dengan segala kreatifitasnya. Tidak terikat kaku pada hal yang bersifat administratif. Guru merdeka ketika berada di dalam kelas akan bebas memilih materi, metode, dan bahan ajar yang dapat membebaskan anak dalam mengeksplor imajinasi dan kreatifitas anak murid.
Guru merdeka selalu berusaha membebaskan dari berbagai belenggu untuk memajukan pendidikan. Belenggu akan penilaian kinerja yang kaku, cara menyikapi akan tugas dan waktu tambahan, proses melakukan inovasi, strategi penilaian pada siswa, serta belenggu dalam merangkul jiwa anak murid dengan sebebas-bebasnya. Mereka akan mengurai satu persatu sekat belenggu tersebut dengan semangat heroisme dan segenap keyakinannya.
Guru merdeka tetap perlu tatanan struktur dalam menyiapkan segala sesuatunya. Walaupun penekanan proses memerdekakan titik pentingnya, namun keterukuran capaian target pembelajaran tetap harus dilakukan. Namun tentunya dengan cara yang lebih praktis dengan memanfaatkan digitalisasi data capaian target belajar. Bila selama ini rancangan pembelajaran selalu digaung-gaungkan sebagai panduan awal guru yang harus berstandar menyesuaikan dengan aturan lembaga tertentu, maka guru merdeka menuangkan target capaian belajar pada hal esensi yang terukur namun sederhana.
Selain esensi definisi guru merdeka telah kita dapatkan, bagaimanakah guru merdeka yang mampu memerdekakan murid untuk meraih capaian kemerdekaan tertingginya?
1. Membebaskan pola pikir murid
Pola pikir bagi siapapun akan sangat mempengaruh proses tindakan. Ketika pola pikir akan sesuatu telah terbentuk, biasanya seseorang akan mengikuti dan melakukan sesuatu sesuai bentukan pola pikir tersebut. Guru merdeka masa kini yang telah dipenuhi dengan segala informasi terhadap perubahan paradigma pendidikan di negeri ini, sudah seharusnya menanamkan dan mengarahkan pada muridnya tentang makna merdeka dalam belajar. Tentunya bukan secara teoritis, namun secara contoh diri yang ada pada guru merdeka.
Guru merdeka mampu menampakkan tampilan dan cara seorang guru yang menyenangkan dan menempatkan kepentingkan murid sebagai koridor utama dalam merancang, melaksanakan, dan mengevalusi proses pembelajaran. Guru merdeka akan membangun keseimbangan cara kerja otak kiri, otak kanan, kestabilan emosi, dan potensi diri agar terjadi proses optimalisasi segala kecerdasan.
2. Membebaskan cara belajar murid
Pola konvensional pembelajaran dimana guru mengisi gelas kosong pemikiran murid sudah saatnya ditinggalkan. Anak murid sekarang dengan segala kelincahannya memerlukan kebebasan dalam menikmati cara belajarnya. Anak murid diperkenankan memilih cara yang diinginkannya. Guru merdeka akan terus memperbaharui metode mengajarnya sesuai zamannya. Guru merdeka akan terus belajar untuk mengikuti trend kekinian agar dapat memasuki dunia anak murid. Konten-konten kekinian yang guru merdeka sampaikan akan memberikan pilihan menarik bagi anak murid.
3. Membebaskan harapan murid
Anak murid memiliki harapan akan masa depannya. Bebaskan segala keinginan meraih capaian masa depan murid kita dengan menuangkan cita-citanya dengan penuh kesukacitaan. Guru merdeka akan menjadi orang terdekat dan yang menyenangkan sebagai tempat curhat dalam cerita apa saja termasuk cerita tentang harapan akan cita-cita masa depannya.
Guru merdeka bebas menentukan tujuan, cara dan refleksi belajar guna terus menerus melakukan pengembangan dirinya untuk mewujudkan visi misi sekolah. Guru merdeka dengan berbagai strateginya heroiknya bila dilaksanakan dengan sepenuh hati akan memunculkan perubahan pendidikan yang luar biasa. Secara pasti target capaian akan visi misi pendidikan di negeri ini akan dengan yakin diraih. Mari bersama menjadi guru merdeka.
Bambang Kariyawan Ys, Guru SMAS Cendana Mandau.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.