5 Profil Guru Masa Kini
Guru Menulis | 2022-03-31 20:23:31Guru adalah sosok yang penting dalam ranah pendidikan. Bahkan pada penerapan atau pergantian kurikulum, gurulah sebagai ujung tombak pelaksanaannya. Zaman silih berganti, perubahan merupakan hal yang pasti.
Pendidikan saat ini membutuhkan guru masa kini dengan profilnya yang bisa menyesuaikan zaman. Seperti apa profil guru yang dibutuhkan pendidikan masa kini?
1. Guru Pembelajar
Seorang guru harus terus belajar. Setelah jadi guru, bukan berarti lantas berhenti belajar. Guru harus mau belajar sepanjang hayat. Itu tujuannya untuk meningkatkan kemampuan diri. Bukan hanya untuk kepentingan diri sendiri tapi agar pendidikan lebih maju lagi.
Apalagi zaman semakin berubah dan berkembang. Kalau tidak mau belajar, guru akan ketinggalan. Kita bisa bercermin dari pandemi Covid-19. Sebelum pandemi, tidak banyak guru yang kenal apalagi menggunakan zoom. Tapi saat pandemi guru bisa bahkan mahir menggunakan zoom.
Ke depan mungkin ada kebijakan-kebijakan baru yang harus dihadapi guru. Ada perubahan yang pasti terjadi. Tapi selama guru mau belajar, maka guru pasti bisa beradaptasi dengan perubahan itu.
2. Memahami
Seorang guru harus mampu memahami. Memahami siapa? Memahami siswa. Guru harus tahu setiap anak itu punya kebutuhan masing-masing. Idealnya guru mengajar sesuai kebutuhan masing-masing siswa.
Kita mengenal ada tiga gaya belajar yaitu visual, audio, dan kinestetik. Idealnya pula guru mengajar sesuai gaya mengajar masing-masing siswa.
Guru juga harus memahami siswa memiliki kecerdasan yang berbeda-beda. Kecerdasan bukan hanya dalam bidang akademik tetapi ada kecerdasan bahasa, musik, olahraga, seni, dan lainnya. Dalam hal ini guru harus mengenal 8 kecerdasan yang dicetuskan Howard Gardner.
Guru harus memahami bahwa kemampuan siswa juga berbeda-beda. Tidak bisa menyamaratakan kemampuan siswa. Sehingga, guru memberikan porsi pengajaran sesuai kemampuan siswa pula.
3. Berkolaborasi
Tanggung jawab seorang guru itu besar. Beban guru juga berat. Tapi hal itu bisa diringankan dan diatasi dengan berkolaborasi. Kalau mau maju kita harus berkolaborasi. Sebatang lidi tidak bisa dipakai untuk membersihkan halaman. Kalau lidi bergabung dengan lidi lainnya lalu menjadi sapu bisa dipakai untuk membersihkan halaman.
Guru harus mau dan mampu berkolaborasi dengan guru lain. Bahkan dengan guru yang secara usia dan pengalaman lebih muda darinya. Jangan malu. Walaupun belajar dari siswa. Misalnya belajar teknologi darinya.
Untuk bisa berkolaborasi kita harus merendahkan ego dan ‘mengosongkan gelas’. Menganggap bahwa semua ilmu itu berharga. Mementingkan apa yang disampaikan, bukan siapa yang menyampaikan.
4. Melek Teknologi
Kehidupan kita tidak bisa lepas dari teknologi. Begitu juga dengan pendidikan. Ilmu bersifat dinamis, karena itu, seorang guru penggerak harus melek teknologi. Teknologi akan memudahkan guru dalam melaksanakan tugasnya.
Guru A menjelaskan dengan metode ceramah. Guru B menjelaskan menggunakan slide power point, animasi, video, audio dan lainnya. Kalau kita sebagai murid kira kita akan lebih paham diajar oleh guru A atau guru B?
Technologi tidak akan menggantikan guru hebat, tapi teknologi di tangan guru yang hebat akan menjadi transformasional. (George Couros, Innovator's Mindset Book Author)
Banyak sarana untuk belajar teknologi. Guru bisa memanfaatkan media sosial seperti Facebook, Instagram, bahkan Tik tok. Kita juga bisa ikut berbagai webinar atau pelatihan daring baik berbayar maupun gratis. Banyak pelatihan gratis. Tinggal kita mau memanfaatkannya atau tidak.
5. Mahir Berkomunikasi
Komunikasi yang baik sangat mendukung peran guru. Guru harus bisa berkomunikasi yang baik. Dengan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti, memahami lawan bicara, dan lainnya. Juga dengan cara dan tempat yang tepat.
Bagaimana kalau guru belum memiliki komunikasi yang baik? Bagaimana mengatasi gugup saat berbicara didepan umum? Padahal guru kan kan harus sering berbicara di depan umum?
Guru harus mau belajar dan berlatih. Bisa dengan memanfaatkan YouTube sebagai latihan berbicara. Daripada hanya mendengarkan akun YouTube orang lain lebih baik kita sendiri mengisinya. Bisa juga dengan mengikuti pelatihan menjadi pembicara.
Ambillah kesempatan berbicara di depan umum. Misalnya saat ada rapat sekolah, rapat keluarga, atau saat tanya jawab dalam webinar. Kemampuan komunikasi harus diasah agar terbiasa dan lancar.
Guru harus bisa berkomunikasi dengan ringkas dan jelas. Hindari terlalu menceramahi atau mengatur siswa. Bahkan guru perlu punya kemampuan mendengar siswa. Banyak orang yang masalahnya selesai dengan bercerita kepada orang lain. Bisa jadi siswa kita punya masalah dari rumahnya. Dengan mendengarkan keluh kesahnya guru bisa membantu meringankan atau menyelesaikan masalahnya.
Peran guru itu banyak oleh dari pengajar, pendidik, pelatih, orang tua, sahabat, bahkan kyai. Tugas guru banyak sekali. Tapi, jangan dianggap sesuatu hal yang membebani. Nikmati dan jalani saja dengan baik dan rapi. Lakukan sekuat tenaga dan energi. Kuncinya guru harus suci hati.
Filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara kita kembali pelajari dan ingat lagi. Menjadi guru merupakan tugas mulia sekali. Guru menciptakan orang sukses seperti gubernur, menteri, presiden, bahkan yang lebih tinggi lagi.
#GuruMasaKini
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.