Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Drajat, S.Pd.,M.M.

MENDADAK VIRAL

Guru Menulis | 2022-03-31 17:32:14

Suatu kebahagiaan tak terkira saat penulis berada di tengah-tengah peserta didik. Betapa tidak, canda tawa mereka mengalir tanpa beban. Paling asyik saat mereka bercerita pengalaman hidup atau bercengkrama antar mereka. Pemandangan lain yang paling berkesan saat mereka beristirahat. Sambil menikmati jajanan sekolah mereka ngobrol tentang dunia mereka bebas tanpa ada tekanan.

Upacara bendera dilaksanakan setiap hari Senin di SMPN 1 Cangkuang, Kab. Bandung (Foto : Dokumen penulis)

Belakangan penulis terkagetkan dengan perkembangan teknologi yang begitu tak terkendali. Dunia digital yang tidak bisa dihindari menjadi sesuatu banget. Betapa tidak, penulis yang bisa dikatakan Generasi X yang lahir pada periode 1961 - 1981, tergegap! Ada apa dengan dunia ini? Loncatan perkembangan internet mengubah kehidupan, termasuk dunia pendidikan. Mau tidak mau kita harus bisa mengimbangi, paling tidak jangan sampai kita ditinggalkan peserta didik alatan awam memanfaatkan teknologi. Malahan suatu ketika penulis menjadi model guru pembelajar berkolaborasi dengan mereka, bagaimana membuat pembelajaran yang menarik melalui video. Hasilnya luar biasa bagus, ternyata memang mereka lebih cerdas dalam berkreativitas.

Suatu ketika penulis mendengar kabar, percaya tidak percaya! Ada sebuah video mendadak viral di kalangan peserta didik. Tidak kurang dari 1.300 siswa mimiliki video tersebut, bahkan bisa jadi sudah menyebar di luar mereka. Dalam waktu sekejap video itu menyebar dengan cepat. Mereka marah dengan beredarnya video tersebut, kenapa ini terjadi? Bukankah dalam video itu adalah anak baik, tanpa cacad di mata mereka? Tetapi kenapa ini terjadi pada dia? Bukankah ini akan mencoreng nama baik sekolah? Begitulah pertanyaan yang muncul di antara mereka.

Lambat laun akhirnya menyebar di kalangan guru, termasuk wali kelasnya. Saat itu wali kelas kedatangan orang tua yang bersangkutan. Beliau menceritakan bagaimana asal muasal kejadian itu. Sambil meneteskan air mata dan tersedu-sedu, ibu ini mengatakan, bahwa video yang dibuat atas permintaan teman laki-lakinya sebagai tanda sayang kepadanya, dan berjanji tidak akan disebarkan. Ya, dalam video itu adegan anak perempuannya di kamar mandi telanjang setengah badan bagian atas. Namun, entah bagaimana tidak lama dari pembuatan video itu bisa tersebar begitu saja.

Kesedihan orang tua menjadi-jadi, yang selama ini anaknya dikenal anak baik, bahkan jarang gaul di masyarakat. Tapi kenapa ini terjadi? Malahan teman-temannya mengenal dia anak yang sholeha sekaligus guru ngaji di mushola. Demikian juga kedua orangtuanya guru ngaji di masyarakat. Lengkaplah sudah penderitaan mereka, ibarat sudah jatuh ketimpa tangga.

Curhatan orangtua tak bisa dibendung, bingung apa yang harus dilakukan? Demikian juga dengan wali kelas solusi apa yang paling tepat? Toh di kelasnya sendiri, anak itu sudah dikucilkan, dianggap bukan lagi bagian dari kelasnya, bahkan dari sekolahnya itu sendiri. Akibatnya, ia murung, tidak mau sekolah. Apa lagi keluar rumah dan ke sekolah, ia malu atas perbuatannya.

Penulis yang kebetulan diberi amanah sebagai wakasek kesiswaan mau tidak mau harus urun rembug, paling tidak memberikan ketenangan atas kejadian ini. Nasi sudah menjadi bubur, tinggal bagaimana meredam peserta didik tidak berlama-lama kecewa dan tidak mengucilkannya.

Tepat hari Senin, sekolah kami seperti biasa melaksanakan upaca bendera. Tentunya saat inilah yang paling tepat untuk menyampaikan berbagai informasi dan wejangan bagi peserta didik. Sehabis upacara mereka dipersilahkan duduk santai. Sementara penulis segera menyampaikan beberapa amanat, termasuk sebelum ke misi utama mengupas kejadian viralnya video, bercerita tentang menutupi aib saudara kita sendiri.

Penulis meminta mereka untuk mengambil HP mereka sendiri di kelasnya masing-masing dan secepatnya kembali ke lapangan. Lalu, penulis melanjutkan cerita arti sebuah persahabatan. Bukankah yang namanya sahabat tidak hanya saat suka? Justru persahabatan yang abadi adalah persahabatan di mana saat kita duka ada yang menemani dan memberikan motivasi, terlebih menutupi kekurangan atau aib teman kita sendiri. Sungguh bijaksana, jika kita memberikan ketengan, memberikan solusi kepada teman yang sedang dilanda musibah. Yang terjadi sudahlah terjadi, tinggal bagaimana ke depan lebih baik lagi.

Alhamdulillah peserta didik mendengarkan dengan baik apa yang penulis sampaikan, “Anak-anak yang bapak sayangi, kejadian ini menjadi pengalaman yang sangat berharga. Perlu kehati-hatian saat kita melakukan berbagai aktivitas, terlebih aktivitas pribadi yang sifatnya aurat tidak perlu untuk divideokan. Sebab, dengan sekejap video yang kita unggah maka tersebar begitu saja. Siapa yang rugi? Tentu tidak hanya kita sendiri, bisa jadi orang tua, bahkan sekolah ikut tercoreng.”

“Anak-anakku sekalian,” lanjut penulis. “Silahkan HP kalian keluarkan dan pegang. Sudah kalian pegang?”

“Sudahhh,” jawab mereka serentak.

“Ok, silahkan buka video teman kalian itu,” pinta penulis.

“Sudah dibuka Pak,” jawab mereka.

“Yu kita sama-sama mengucapkan bismillahirrahmaniirahim dan delet video tersebut,” ajak penulis.

“Alhamdulillah ,” suara gemuruh serentak di lapangan setelah mendelet video tersebut.

Begitulah pengalaman penulis yang tidak bisa dilupakan. Rasa haru dan bangga, terlebih mereka mau menerima kembali temannya itu beraktivitas seperti biasa, belajar bareng dan bersenda gurau tanpa beban. Demikian juga dengan keluarganya, kini bisa kembali tersenyum.

Sepenggal kisah ini menjadi pelajaran berharga bagi penulis, betapa dahsyatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terlebih internet. Dalam waktu sekejap informasi apapun begitu cepat sampai. Dan bagaimana jadinya jika guru tida bisa mengimbanginya. Paling tidak mau belajar, dan harus belajar jika kita tidak mau ditinggalkan oleh generasi sekarng. Sehingga kita akan semakin asyik sebagai guru masa kini berada di tengah-tengah peserta didik, bahkan berkolaborasi dengan mereka. Bukankah demikian?

#gurumasakini

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image