5 Tips Menikmati Ibadah Ramadan, Iman Mantap Imun Kuat
Lomba | 2022-03-30 23:39:40Ramadan sebentar lagi tiba. Dalam hitungan hari, kita akan kedatangan tamu agung bulan Ramadan. Bulan yang sangat dinantikan oleh segenap umat islam. Ya, ramadan adalah bulan istimewa untuk meraih dan menebar segala kebaikan, rahmat, dan kasih sayang Allah Swt.
Bagi muslim yang faham, menikmati ibadah ramadan dengan benar pastinya akan meningkatkan iman dan sekaligus imun. Meningkatnya iman (mantap rohaninya) dan imun (sehat fisiknya) tentunya menjadi faktor utama untuk menjauhkan manusia dari segala macam keburukan dan penyakit (termasuk covid)
Maka sudah seharusnya kita bergembira menyambut bulan ramadan dan mengisi bulan yang penuh berkah ini dengan aktivitas yang baik dan bermanfaat untuk kita dan sesama manusia. Bergembira menyambut ramadhan akan membuat kita antusias dan bersiap maksimal meski masih dalam suasana pandemi covid-19.
Ibadah yang diidentikkan dengan bulan ramadan tentunya berpuasa. Secara ilmiah, manfaat berpuasa dengan kesehatan sudah banyak dibuktikan, termasuk meningkatkan kekebalan tubuh. “Berpuasalah, niscaya kalian akan sehat” (HR.Ath-Thabrani). Maka berpuasa bisa berperan penting untuk mempercepat berhentinya pandemi.
Aktivitas kebaikan sesuai sunnatullah (hukum alam) akan menarik kebaikan, dan yang memberi manfaat akan mendapat kebaikan dan manfaat yang lebih besar atau berlipat ganda. Maka jika umat islam sebagai mayoritas melaksanakan ibadah ramadan dengan semangat dan saling menebar manfaat pastinya akan memberikan kontribusi positif bagi negeri ini. Terutama dalam pengendalian pandemi dan memulihkan berbagai aspek kehidupan paska pandemi
Berpuasa merupakan ibadah spesial di bulan ramadan. Oleh karena itu perlu dilakukan dengan optimal untuk mencapai hasil maksimal. Ada 5 Tips untuk menikmati ibadah ramadan yang bisa kita lakukan agar iman semakin mantap dan imun semakin kuat
Pertama Berilmu, karena ibadah apapun yang dilakukan tanpa ilmu bisa jadi tidak bermanfaat dan tidak berpahala. Bahkan ibadah tanpa ilmu bisa menimbulkan kerusakan atau keburukan tidak hanya bagi pelakunya, juga bagi orang lain. Meskipun anda masih muda dan merasa kuat, tidak dibenarkan berpuasa melebihi durasi waktu yang ditentukan.
Orang yang berpuasa harus faham hal apa saja yang bisa membatalkan puasa dan menghilangkan pahala puasa. Jangan sampai berpuasa hanya karena sekedar menggugurkan kewajiban secara fisik tetapi tidak bernilai di sisi Allah Swt.
Maka sangat baik jika kita belajar kembali tata cara ibadah dan hukum fiqihnya sebelum memasuki bulan Ramadhan. Termasuk sunnah-sunnah nabi yang bisa kita tiru atau amalkan agar ibadah kita semakin bermakna. Bagi orang awam, agar tidak salah kaprah tentunya belajar yang benar tentang keagamaan melalui guru-guru atau ustad yang mumpuni. Pada awal ramadhan biasanya banyak masjid menggelar kajian-kajian tentang puasa dan ibadah ramadhan lainnya yang bisa kita ikuti.
Kedua Niat, adalah keinginan hati untuk melakukan suatu perbuatan atau amalan. Niat merupakan perkara atau hal yang amat penting dalam Islam. Niat akan membedakan suatu ibadah dengan kebiasaan juga membedakan tujuan kita dalam beribadah. “Sesungguhnya amalan itu tergantung niatnya dan seseorang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan” (HR Bukhari & Muslim)
Meluruskan niat di awal kegiatan ibadah akan membentengi kita dari keinginan lain seperti pujian manusia atau lainnya. Niat akan mengawal keikhlasan dalam melaksanakan ibadah.
Ketiga Beraktivitas, tidak mager alias malas gerak. Berpuasa bukan alasan untuk mengurangi atau tidak melakukan aktivitas harian seperti biasa. Terlebih jika aktivitas harian tersebut tidak ekstra menguras tenaga. Aktivitas harian pun bisa bernilai ibadah jika diniatkan dalam rangka ibadah. Bahkan tidurnya orang yang sedang berpuasa juga bernilai ibadah. Namun, bukan berarti aktivitas kita lebih banyak tidur loh.
Yang istimewa, ramadhan mampu mengatur aktivitas seorang mukmin agar kehidupannya benar-benar mencirikan orang yang beriman. Itu karena bulan ramadhan merupakan bulan tarbiyah (pendidikan). Berpuasa di bulan ramadhan menjadi ajang mendidik dan pembuktian setiap muslim yang beriman.
Aktivitas pembelajaran bagi orang yang berpuasa dimulai sejak bangun tidur. Waktu sahur mengajarkan kita agar bangun sebelum subuh. Selain makan sahur yang menjadi keberkahan, sangat dianjurkan kita beristigfar di waktu tersebut. “(yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur” (QS. Ali-Imran:17)
Keempat Muhasabah, jadikan bulan ramadan sebagai momentum untuk instropeksi. Makna puasa adalah menahan, maka termasuk instropeksi untuk kita adalah menahan diri dari amarah dan syahwat. Apakah sebelum bulan ramadhan kita terbiasa melampiaskan amarah dan memperturuti hawa nafsu. Maka saat berpuasa menjadi kesempatan yang baik untuk berhenti sejenak merenungi dan mengevaluasi prilaku kita.
Biasanya saat sedang berpuasa, kita bisa menahan amarah, tidak mau diajak ribut, tidak cepat tersinggung dan lainnya. Oleh karena itu ramadan menjadi momentum untuk melatih pengendalian diri dan membiasakan sikap pemaaf, berusaha memahami sebelum ingin difahami, berfikir win-win solution dan hal positif lainnya.
Kelima Beramal Sosial, sebagai manifestasi rasa empati dan solidaritas. Dengan perut yang kosong, puasa mengajarkan kita untuk merasakan langsung orang yang kelaparan. Dalam keadaan perut selalu kenyang tidak mungkin kita bisa benar-benar berempati dan merasakan penderitaan kaum dhuafa. Ramadan menjadi kesempatan banyak bersedekah dan berbagi “Tidaklah mukmin, orang yang kenyang, sementara tetangganya lapar sampai ke lambungnya." (HR.Bukhari)
Indikator keberhasilan dari ibadah ramadan adalah adanya perubahan nyata dari sikap dan perilaku kita sebelum dan sesudah ramadan. Apakah semakin baik dan ada perubahan positif?. Semoga kita disampaikan ke bulan ramadan dan bisa menikmati ibadahnya dengan suasana aman dan nyaman.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.