Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Tika Gusnita Sari

Maimunah binti al-Harits Radhiyallahu ‘Anha, Ummul Mukminin Terakhir

Agama | 2022-03-30 17:36:31
sumber : www.bing.com

Banyak orang menganggap bahwa perempuan itu makhluk yang lemah dan tidak berdaya. Contohnya peran seorang perempuan sangat dikucilkan pada zaman jahiliah. Namun berbeda dengan para shahabiyyah yang memberikan peran sangat penting dalam islam. Salah satunya adalah Maimunah binti Al-Harits Radhiyallahu ‘Anha

Maimunah binti Al-Harits Radhiyallahu‘Anha adalah istri terakhir Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang sangat mencintai beliau dengan tulus selama mengarungi bahtera rumah tangga. Dialah satu-satunya wanita yang dengan ikhlas menyerahkan dirinya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ketika keluarganya hidup dalam kebiasaan jahiliah. Allah Subahanahu Wata’ala telah menurunkan ayat yang berhubungan dengan dirinya:

وَامْرَاَةً مُّؤْمِنَةً اِنْ وَّهَبَتْ نَفْسَهَا لِلنَّبِيِّ اِنْ اَرَادَ النَّبِيُّ اَنْ يَّسْتَنْكِحَهَا خَالِصَةً لَّكَ مِنْ دُوْنِ الْمُؤْمِنِيْنَۗ

Artinya: Dan wanita mukmin yang menyerahkan dirinya kepada nabi kalau nabi mau mengawininya, sebagai pekhususan bagimu. Bukan untuk semua orang mukmin.(Qur’an Surah. Al-Ahzab: 50)

Ayat diatas menyatakan kesaksian Allah Subahanahu Wata’ala terhadap keikhlasan Maimunah Radhiyallahu‘Anha kepada Allah Subahanahu Wata’ala dan Rasul-Nya. Bagaimana mungkin Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menolak wanita yang dengan sukarela menyerahkan dirinya. Hal itu menandakan tingkat ketakwaan dan keimanan Maimunah Radhiyallahu‘Anha.

Setelah suaminya meninggal, Maimunah Radhiyallahu‘Anha dapat menyatakan keimanan dan kecintaannya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Sehingga dengan rasa bahagia dia menyerahkan dirinya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam untuk dinikahi. Setelah menikah dengan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam Maimunah Radhiyallahu‘Anha menjalani hari-hari dalam ketaatan dan kebahagiaan serta memperlakukan istri-istri beliau yang lain dengan baik dan penuh hormat dengan tujuan mendapatkan kerelaan hati mereka semata.Tentang Maimunah Radhiyallahu‘Anha, Aisyah Radhiyallahu‘Anha menjelaskan sebagai berikut. "Demi Allah Subahanahu Wata’ala, Maimunah Radhiyallahu‘Anha adalah wanita yang baik kepada kami dan selalu menjaga silaturahmi diantara kami."

Beberapa riwayat juga mengatakan bahwa Maimunah Radhiyallahu‘Anha adalah seorang wanita pemberani dan berjiwa tegar. Hadist Ibnu Sa'ad menyebutkan, dari Yazid bin Al-Asham, dia berkata, "Pada suatu hari, seorang laki-laki kerabat Maimunah Radhiyallahu‘Anha datang kepadanya. Dari laki-laki tersebut tercium bau minuman keras. Lantas Maimunah Radhiyallahu‘Anha berkata dalam keadaan marah, 'Demi Allah Subahanahu Wata’ala, mengapa engkau tidak keluar ke tengah-tengah kaum muslimin, lantas mereka akan mencambukmu?" atau dalam riwayat lain dia berkata," Engkau jangan datang lagi kepadaku setelah hari ini, selamanya. " Maimunah Radhiyallahu‘Anha kemudian menyuruh keluar dan kerabatnya itu pun keluar.

Selain memiliki kepribadian baik, dia juga seorang sahabat wanita yang memiliki semangat jihad fi sabilillah. Ada yang mengatakan bahwa Maimunah Radhiyallahu‘Anha adalah sahabat wanita pertama yang membentuk kelompok perempuan pemberi pertolongan kepada orang-orang terluka atau orang-orang yang berjihad.

Suatu hari ketika terjadi peperangan, Maimunah Radhiyallahu‘Anha pernah hampir terkena panah musuh saat membawakan air untuk para prajurit islam yang telah lemah. Jika bukan karena pertolongan Allah Subahanahu Wata’ala, hampir saja panah itu membunuhnya. Pengorbanan maimunah Radhiyallahu‘Anha yang tanpa batas dalam menegakkan agama Allah Subahanahu Wata’ala, tidak diragukan lagi dari harta, jiwa, dan raga. Dia layak dijadikan suri taulan bagi pemuda atau pemudi zaman sekarang.

Perlajaran yang dapat kita ambil dari kisah maimunah Radhiyallahu‘Anha

Banyak hikmah yang dapat kita teladani dari sosok seorang ummul mukminin Maimunah binti Harist Radhiyallahu‘Anha. Dialah wanita yang pemberani lagi tegas, dia juga tidak segan bersikap keras kepada para pelaku kemaksiatan walaupun dia seorang wanita akan tetapi semangatnya dalam menegakkan syariat islam tidak goyah sedikitpun. Dia juga mempunyai pemikiran dewasa, sangat teguh dalam pendirian, berperilaku baik, jujur, suka membantu dari sisi harta, jiwa dan raga karena dia seorang wanita yang selalu ingin mendekatkan diri kepada Allah Subahanahu Wata’ala.

Jika kita bandingkan keadaan zaman shahabiyyah dengan pemuda zaman sekarang sangat bertolak belakang, padahal di zaman modern ini semua serba canggih, melakukan sesuatu dengan mudah. Contohnya berjihad; berjihad tidak harus berperang apalagi zaman sekarang yang serba aman melakukan sesuatu. Bisa dengan menuntut ilmu, berdakwah, amar ma’ruf nahi mungkar dll. Akan tetapi, dengan kemudahan di zaman modern kebanyakan pemuda atau pemudi bersikap biasa saja seolah-olah maksiat itu adalah hal yang dianggap biasa, tidak melakukan kewajiban sebagaimana yang telah di ajarkan islam, melakukan kejahatan, bertindak kerusakan tanpa berfikir sebab akibat yang akan merusak masyarakat.

Referensi :

https://bincangsyariah.com/nisa/biografi-maimunah-binti-al-harits-istri-rasulullah/, diakses pada 03 maret 2022 Pukul 17.20 WIB

https://kisahkeluargadansahabatnabi.blogspot.com/p/maimunah-binti-harits-rha_8044.html, diakses pada 02 maret 2022 Pukul 14.02 WIB

https://kumparan.com/berita-hari-ini/kisah-istri-rasulullah-maimunah-binti-al-harits-salah-satu-ummahatul-muminin-1wcF4XtSkFz, diakses pada 02 maret 2022 Pukul 14.30 WIB

https://www.republika.co.id/berita/q44u0q430/maimunah-binti-alharits-ummul-mukminin-terakhir, diakses pada 03 maret 2022 Pukul 17.00 WIB

*Mahasiswi Angkatan III Prodi Komunikasi Penyiaran Islam STIBA Ar Raayah Sukabumi

**Tulisan Sebagai Pemenuhan Tugas Mata Kuliah Komunikasi Islam

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image