Tindakan Gus Miftah Terhadap Penjual Es teh Tidak Mencerminkan Nilai Moral Pancasila Yang Baik
Agama | 2024-12-14 11:35:03Miftah Maulana Habiburrahman atau biasa dikenal dengan Gus Miftah lahir pada 5 Agustus 1981 adalah seorang pendakwah yang terkenal dan pimpinan pondok pesantren Ora Aji di Sleman, Yogyakarta. Gus Miftah baru-baru ini menjadi pusat perhatian publik setelah sebuah video pendek tersebar memperlihatkan dirinya menghina seorang penjual es teh yang bernama Sunhaji di Magelang disaat sela-sela dakwahnya. Dalam, video tersebut, Gus Miftah dengan nada bercanda mengucapkan “Es tehmu sih Akeh ra? Masih, yo kono didol gob*** (Es tehmu masih banyak nggak? Masih, ya sana dijual gob***). Jual dulu, nanti kalau belum laku ya udah, takdir". Ucapan ini memicu reaksi negatif dari kalangan masyarakat, yang merasa bahwa ia telah menghina dan merendahkan sang pedagang es teh tersebut. Banyak pihak berpendapat bahwa candaan Gus Miftah tidak pantas, terutama mengingat posisinya sebagai tokoh agama.
Peristiwa ini mengajak kita untuk memahami nilai-nilai Pancasila, khususnya sila kedua yang berbunyi “Kemanusiaan yang adil dan beradab". Sebagai seorang figur publik, Gus Miftah diharapkan dapat menunjukkan sikap yang merefleksikan penghormatan terhadap martabat setiap individu, terutama mereka yang berjuang untuk mencari nafkah secara halal, seperti penjual es teh yang bernama Sunhaji tersebut. Sila kedua Pancasila ini mengajarkan kita untuk menghormati hak dan martabat setiap manusia, tanpa terkecuali. Dan sila kelima, yang berbunyi "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia," juga mengingatkan kita akan pentingnya perhatian terhadap kesejahteraan semua masyarakat, termasuk mereka pekerja usaha kecil.
Setelah banyak nya yang mengkritik, kemudian Gus Miftah meminta maaf kepada Sunhaji penjual es teh dan masyarakat luas. Ia mengakui bahwa perkataannya merupakan sebuah kekhilafan dan menegaskan niatnya hanya untuk bercanda, tanpa maksud untuk merendahkan.
Dari kejadian ini memberikan Kita pelajaran berharga bahwa pentingnya bagi seorang tokoh agama atau publik dalam menjaga adab, etika, kata-kata dan tindakannya dalam berbicara agar senantiasa sejalan dengan nilai-nilai Pancasila, yang mengedepankan penghormatan terhadap martabat manusia, keadilan, dan persatuan
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.