
Ketika Konten Target FYP Tanpa Tujuan Kesholihan Sosial
Eduaksi | 2025-03-30 07:30:43
Di zaman digital ini, media sosial telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Platform seperti TikTok, Instagram, facebook dan Twitter tidak hanya menawarkan hiburan, tetapi juga menciptakan peluang bagi pengguna untuk mengekspresikan diri. Namun, di balik kesenangan tersebut, ada fenomena yang perlu kita renungkan: konten yang ditargetkan untuk mencapai FYP (For You Page) tanpa tujuan kesholihan sosial.
Fenomena FYP dan Maknanya
FYP adalah fitur yang mempertemukan pengguna dengan konten yang dianggap relevan berdasarkan algoritma. Banyak kreator berlomba-lomba membuat konten menarik demi popularitas, sering kali mengedepankan sensasi ketimbang substansi. Dalam konteks ini, Allah SWT berfirman:
"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak memiliki pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya, pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya akan dimintai pertanggungjawaban." (QS. Al-Isra: 36)
Ayat ini menegaskan pentingnya pengetahuan dan pertanggungjawaban dalam setiap tindakan, termasuk dalam memilih konten yang kita konsumsi.
Kehampaan dalam Konten
Konten yang viral sering kali lebih fokus pada hiburan semata, tanpa mempertimbangkan dampak sosial. Tantangan ekstrem, prank, atau konten yang merendahkan orang lain cenderung mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:
"Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya; ia tidak boleh menzalimi dan tidak boleh menyerahkannya kepada musuh." (HR. Muslim)
Kita dituntut untuk memperlakukan satu sama lain dengan adil dan penuh kasih, bukan hanya dalam kehidupan nyata, tetapi juga dalam dunia maya.
Kesholihan Sosial dalam Konten
Kesholihan sosial berarti menciptakan dampak positif dalam masyarakat melalui konten yang kita buat atau konsumsi. Konten yang mengedukasi, menginspirasi, dan mendorong diskusi konstruktif adalah bentuk kesholihan sosial. Imam Al-Ghazali pernah mengatakan:
"Ilmu tanpa amal adalah ilmu yang tidak bermanfaat."
Kita semua memiliki tanggung jawab untuk menciptakan lingkungan digital yang lebih baik, di mana konten yang kita pilih tidak hanya menghibur, tetapi juga bermanfaat bagi orang lain.
Refleksi dan Tindakan
Sebagai pengguna media sosial, kita perlu lebih kritis dalam memilih konten yang kita ikuti. Apakah konten tersebut hanya untuk hiburan semata, ataukah ada nilai-nilai yang bisa kita ambil? Dalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman:
"Dan berpesan-pesanlah kamu kepada kebenaran dan berpesan-pesanlah kamu kepada kesabaran." (QS. Al-Asr: 3)
Kita harus mendorong kreator untuk menciptakan konten yang tidak hanya menarik, tetapi juga bermakna dan bermanfaat bagi masyarakat.
Fenomena konten yang ditargetkan untuk FYP tanpa tujuan kesholihan sosial adalah tantangan yang mesti kita hadapi bersama. Dengan mengadopsi nilai-nilai kesholihan dan bertanggung jawab dalam konsumsi konten, kita bisa berkontribusi untuk menciptakan ruang digital yang lebih positif. Mari kita berkomitmen untuk tidak hanya menjadi penonton pasif, tetapi juga agen perubahan yang aktif. Seperti yang diungkapkan oleh Umar bin Khattab:
"Hiduplah seolah-olah kamu akan mati besok, dan beramallah seolah-olah kamu akan hidup selamanya."
Mari kita gunakan media sosial sebagai alat untuk mendidik dan menginspirasi, bukan sekadar untuk mencari sensasi.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
Komentar
Gunakan Google Gunakan Facebook