Taufiq Sentana
Google Tidak Sensitif terhadap Lebaran Kita, Kenapa?
Gaya Hidup | 2025-03-31 22:34:49
Tentu. Tulisan ini tidak akan memengaruhi keputusan Google. juga tidak menjadi perhatian besar di kanal influencer. Kita tahu kualitas google yang profesional dengan hegemoni kapitalistiknya, dan bagaimana google membagun citra publik.
Sehingga ia seakan paling dominan dan kuat (setidaknya di Indonesia) Namun, untuk satu kasus ini, saya ingin sakit hati secara kultural. Bahwa layar depan pencarian Google tidak sedikitpun menampilkan gambaran kegembiraan dunia Islam menyambut idul fitri.
Begitupun di Indonesia, (apalagi Aceh) dengan tradisi lebarannya. Ini termasuk tidak biasa untuk perusahaan sebesar Google, tim mereka mengabaikan momen budaya massa dan kearifan lokal masyarakat setempat (bahkan dunia).
Padahal, google sangat sensitif terhadap isu isu besar seperti lingkungan, perempuan, perkembangan sains, game, olahraga dan lainnya.
Gambaran kasus ini menjadi perspektif tersendiri tentang posisi Google terhadap warna budaya Islam (yang paling menentang LGBT misalnya), sehingga unsur Islam" (tema idulfitri) tidak layak menjadi tema penting dalam fitur pencarian Google.
Ini menyedihkan dan tidak menunjukkan rasa hormat dan solidaritas seperti yang mereka banggakan.
Atau ini karena hegemoni Google memang sudah mengakar, sehingga ketidaknyamanan kita tidak menjadi indikator yang penting bagi Google.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
Komentar
Gunakan Google Gunakan Facebook