Berjalan Santai di Kawasan Cihampelas
Wisata | 2022-03-29 21:01:26Aku langsung menaiki sebuah angkutan kota di depan sebuah SPBU. Hari itu aku benar-benar ingin melangkahkan kakiku menuju sebuah tempat yang kurasa menarik. Ya, Cihampelas. Tentu semua orang sudah mengenal kawasan itu dan aku pun kali ini merasa perlu untuk mengunjunginya setelah sekian lama tak menyengaja diri untuk berkunjung ke tempat ini. Bukan untuk berbelanja pakaian atau celana jeans tetapi yang jelas aku ingin jalan-jalan saja tetapi kulakukan sendiri saja.
Setelah turun dari angkutan kota, aku butuh berjalan sekitar 500 meter melalui jalur trotoar sebelah kanan Jalan Cihampelas Kota Bandung. Sepuluh menit waktu yang kubutuhkan untuk mendapati fly over Pasupati yang melintasi jalan yang satu ini. Terdengar irama musik dengan lantunan suara pengamen yang suaranya bersaing dengan suara kendaraan. Aku pun memutuskan untuk menyeberang jalan dan di seberang jalan kulihat pohon-pohon yang begitu menyejukkan. Saat mataku melihat ke atas yang tertuju ke flyover, kulihat lalu lalang kendaraan dari arah Timur ke Barat begitupula sebaliknya.
Saat mataku melihat ke arah utara kulihat berdiri kokoh bangunan yang dikenal Teras Cihampelas. Bangunan mirip jembatan yang menutupi jalan sengaja dibangun untuk orang-orang yang ingin berjalan-jalan di atas jalanan Cihampelas, nongkrong dan juga menikmati makanan dan minuman yang dijual di teras tersebut. Namun sayang untuk tangga pertama aku mendapati pintunya terkunci hingga aku harus turun lagi. Sayang ketika aku turun, ternyata aku mendapati satu sisi kawasan yang sering dikunjungi oleh wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara tak luput dari sebuah pemandangan yang kurang sedap. Ada bagian dari jalan tersebut di samping bawah kiri dekat tangga yang tampak tak terperhatikan.
Aku menyangka jika Teras Cihampelas itu ditutup sementara. Tapi nyatanya tidak sebab sekira aku melangkah kurang lebih lima puluh meter ternyata ada orang turun dari tangga sambil memanggul karung. Aku pun menaiki tangga hingga di ujung tangga aku bisa melihat jelas apa yang ada di atas. Sayang suasana hening dan sepi dan yang pertama kali kulihat tak ada aktivitas karena kios-kios yang ada semuanya tutup tak memperlihatkan ada aktivitas yang terjadi waktu itu. Giliran selanjutnya aku melihat kursi-kursi ada di sana tetapi tak ada yang mendudukinya.tetapi di beberapa sudut dan kursi ada lukisan muralnya pula.
Pada Teras Cihampelas itu aku terus berjalan mengarah ke utara. Barulah kulihat beberapa orang yang sedang berfoto, dan tak lupa pula kulihat pula para petugas yang sedang menyiram tanaman serta bunga yang tersaji sepanjang teras itu. Tentu saja ketika aku berada di atas setidaknya aku bisa melihat bagian atas toko-toko jeans, toko oleh-oleh, kantor, hotel, kafe dan juga Cihampelas Walk, sebuah mall dengan konsep modern yang terkenal di Kota Bandung yang menawarkan pembelinya selain berbelanja juga bisa berwisata jalan-jalan di kawasan tersebut. Tapi kemudian aku melupakannya dan kembali berjalan.
Benar sekali, orang yang hadir termasuk aku sendiri dapat dihitung dengan jari. Ada sih satu dua kios buka. Aku justeru menduga jika siang hari sih dipastikan banyak orang berkujung ke Teras Cihampelas ini. Hal itu pun seiring terjadi dengan toko-toko yang baru mulai buka walaupun ada yang sudah buka. Padahal saat aku meluhat waktu di handphone jam menunjukkan pukul 09.30 WIB. Pagi menuju siang itu tampaknya untuk kawasan Cihampelas baru menggeliat. Saat aku melihat ke bawah tampak pula para karyawan dan karyawati toko pakaian jeans itu mulai berdatangan dan bersiap melayani pembeli.
Dua puluh menit tanpa terasa aku berjalan di Teras Cihampelas. Kemudian aku sengaja turun mengambil tangga sebelah kanan ujung. Ternyata perjalananku tak berhenti am[ai di sini karena aku masih penasaran untuk menyusuri jalanan Cihampelas bagian bawah yang tampak ramai oleh kendaraan yang mel9inta si di jalan tersebut. Aku sengaja berjalan di trotoar karena terus terang laju kendaraan terbilang cepat karena kondisi lancer. Biarpun agak sedikit lengang namun suasana jalan tersebut sedikit mulai menggeliat walaupun belum dapat dikatakan ramai.
Aku berjalan dari utara ke selatan jalan Cihampelas ini. Terasa udara pagi menuju siang itu masih terasa segar walaupun sudah banyak kendaraan melintas di kawasan tersebut. Saat itu memang masih diberlakukan PPKM Level 3 di Kota Bandung namun hal itu tak menyurutkan langkahku untuk berwisata di kawasan yang sudah terkenal seantero Nusantara ini. Memang harus diakui, saat itu hanya beberapa toko yang baru buka dan pedagang tape atau peuyeum pun baru saja menggelar dagangannya. Ada sekitar tiga orang yang berjualan di sana.
Memang ada perbedaan kurasakan saat berkunjung ke kawasan ini saat weekend dibanding hari biasa terlebih waktunya pagi menuju siang. Benar suasana tak begitu ramai tetapi perjalanan yang kulakukan menyenangkan dan mulai mengeluarkan keringat. Tentu saja hal ini tak membuat kawasan ini menjadi hilang ciri khasnya. Cihampelas tetap menjadi kawasan primadona yang selalu dikunjungi. Mungkin kupikir aku salah memilih waktu saja sehingga belum banyak orang yang berkunjung ke kawasan itu.
Bagiku tak ada masalah walaupun kondisi saat itu belum ramai. Aku tak memiliki target apapun untuk perjalanan kali ini. Tetapi bagiku dengan melakukannya setidaknya ada memori yang dapat kurekam untuk dituliskan ketika sampai di rumah. Ketika aku sampai di ujung jalan Cihampelas aku tetap melihat para pengamen jalanan sedang bernyanyi dan kini menjadi dua grup di bagian utara dan bagian selatan. Mereka mengibur para pengendara yang melintas sekaligus mencari nafkah untuk kehidupan mereka.
Kemudian aku menyeberang jalan dan berada di bawah flyover Pasupati yang saat itu kudengar dentuman suara kendaraan yang melintas. Kupilih belok ke kiri menuju jalan Tamansari dan dengan menyusuri jalan tersebut aku yakin di ujung jalan aku akan menemukan Taman Film dan juga Taman Jomblo hingga akhirnya aku pun meninggalkan kawasan Cihampelas itu.***
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.