Bahasa sebagai Alat Komunikasi, Berpikir, dan Simbol atau Tanda
Sastra | 2022-03-29 16:10:161. Definisi Bahasa Ronal Wardhaugh mengemukakan bahasa sebagai "a system of arbitrary vocal symbol used for human“ yang berarti bahasa merupakan sebuah sistem simbol bunyi arbitrer yang digunakan untuk manusia. Bloch dan Trager mengemukakan hal serupa, yaitu "Language is a system of arbitray vocal symbol by means of which a social group cooperates“ yang berarti bahasa merupakan suatu sistem simbol bunyi arbitrer yang digunakan suatu kelompok sosial untuk bekerja sama. Bahasa, menurut Pateda, merupakan deretan bunyi yang bersistem sebagai alat (instrumentalis) yang menggantikan individual dalam menyatakan sesuatu kepada lawan tutur dan akhirnya melahirkan kooperatif di antara penutur dan lawan tutur. Maksudnya, bahasa berperan sebagai pengganti bagi penutur untuk menyatakan gagasannya, yang kemudian ditanggapi oleh lawan tutur, sehingga terjalin komunikasi. Sementara menurut Chaer, bahasa adalah deretan bunyi yang bersistem, berbentuk lambang, bersifat arbitrer, bermakna, konvensional, unik, universal, produktif, bervariasi, dinamis, dan manusiawi, yang digunakan sebagi alat interaksi sosial, yang menggantikan individual dalam menyatakan sesuatu atau berekspresi kepada lawan tutur dalam suatu kelompok sosial dan berfungsi sebagai identitas penuturnya. Menurut Chaer juga, bisa dikatakan bahwa bahasa merupakan hak milik manusia sebagai insan yang mampu berkomunikasi dan karenanya manusia bisa berkembang dan bertahan hidup. • Berlambang Bahasa adalah bunyi yang dihasilkan oleh alat bicara manusia dan diwujudkan dalam bentuk lambang. Misalnya, bunyi "kucing“ dilambangkan dengan k-u-c-i-n-g. Lambang-lambang itu dapat kita mengerti maknanya jika lambang tersebut berada dalam kawasan bahasa yang kita kuasai. • Arbitrer Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang arbitrer, yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Bahasa disebut bersifat arbitrer karena tidak ada kaitan antara lambang, bunyi dan makna. • Bermakna Setiap lambang bahasa mempunyai makna. Misalnya, lambang bahasa yang berbunyi “kursi” mengandung makna "sesuatu yang dipakai sebagai tempat duduk”. Definisi lain tentang bahasa adalah sistem lambang atau simbol bunyi yang berkembang berdasarkan suatu aturan yang disepakati oleh pemakainya. 2. Fungsi Bahasa Manusia adalah mahkluk sosial yang perlu berinteraksi antar sesamanya untuk memenuhi beragam kebutuhan hidup. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia mengenal kebudayaan dan menciptakan berbagai bentuk ide, aktivitas, hingga artefak. Bahasa adalah salah satu faktor terpenting yang mempengaruhi kehidupan dan kebudayaan manusia, sebab ia merupakan alat komunikasi utama. Sebagai alat komunikasi, bahasa digunakan untuk menyampaikan maksud tertentu agar orang lain dapat memahaminya. Oleh karena itu, fungsi utama bahasa adalah untuk memenuhi kebutuhan komunikasi antar sesama manusia. • Bervariasi Fungsi lain dari bahasa adalah bahwa bahasa berperan dalam perkembangan kebudayaan. Salah satu faktornya adalah bahasa sebagai simbol kebudayaan etnik. Hal ini timbul dari adanya perbedaan dialek atau logat bahasa dari kelompok etnis yang berbeda, yang disebabkan oleh perbedaan geografis dan stratifikasi lingkungan sosial antar kelompok etnis dalam kehidupan masyarakat. Dikarenakan sifat arbitrernya, setiap kelompok masyarakat dapat membuat kata atau simbol sendiri sesuai kesepatakan mereka masing-masing. Itu pun sebabnya setiap kelompok masyarakat, etnis, atau bangsa memiliki bahasa mereka sendiri. 3. Citra Pikiran Bahasa sebagai citra pikiran bermakna bahwa bahasa terbentuk dari pikiran, atau bentuk bahasa (secara individual dan spontan) meniru atau mengikuti bentuk pikiran atau die. Jadi, bahasa adalah wujud dari die atau pikiran. Dengan demikian, melepaskan analisis bahasa dari analisis die adalah kesesatan. Artinya, tidak mungkin ada bahasa tanpa ada ide, begitupun sebaliknya. Kemampuan berbahasa seseorang dapat menunjukkan citra pikiran, yang artinya bobot intelektualitas atau kecerdasan kita dapat dilihat dari bahasa yang kita gunakan atau apa yang kita ucapkan dan tuliskan. • Manusiawi Kata “manusia” atau “human” tidak terlepas dari definisi bahasa, karena hanya manusia yang bisa berbahasa. Di antara makhluk hidup yang lain, hanya manusia yang berakal, diberi kemampuan berpikir dan berbahasa. Bahasa menjadi salah satu kemampuan manusia yang paling dasar dan merupakan ciri utama spesies Homo Sapiens. Tidak seperti binatang, manusia mampu berinteraksi antar sesamanya dengan saling bertukar informasi atau menyampaikan maksud tertentu melalui bahasa. Bahasa manusia sebetulnya sama dengan suara yang dihasilkan binatang. Misalnya, seekor kucing yang mengeong, berkomunikasi dengan teman-temannya atau lingkungannya. Begitupun seorang siswa berteriak di depan kelas, menyampaikan sesuatu kepada teman-temannya atau orang-orang di sekitarnya. Suara kucing dan teriakan siswa itu adalah bentuk komunikasi, karena keduanya berisikan sesuatu yang ingin disampaikan. Namun, suara kucing tidak bisa disebut bahasa, sedangkan teriakan siswa disebut bahasa. Oleh karena itu, seekor kucing bersuara, seorang siswa berbahasa. Benar bahwa sebagian hewan memiliki kemampuan membentuk simbol untuk berkomunikasi, menyampaikan pesan atau makna, bahkan pikiran dan perasaan. Seperti simpanse. Para peneliti menyebutnya sebagai hewan dengan kecerdasan tinggi. Namun itu bukan bahasa, karena ia tetap tidak bisa berbicara. Kecerdasannya tidak bisa dibandingkan dengan kecerdasan manusia. Kecerdasan tinggi itu hanya berlaku di antara hewan saja. Sepanjang sejarah, bahasa selalu menjadi salah satu topik pembicaraan manusia. Di mana ada manusia, di situ ada bahasa. Bahkan manusia membicarakan bahasa dengan bahasa pula. Tidak mungkin terjadi, orang membicarakan bahasa dengan matematika. Yang terjadi justru sebaliknya, orang membicarakan matematika dengan bahasa. Itu kehebatan manusia dan bahasa sekaligus. Bahasa pun menjadi pusat pemahaman dan kesalahpaham manusia. Maksudnya yaitu bahasa bisa membuat sesuatu yang tidak jelas menjadi jelas, tetapi sesuatu juga bisa menjadi tidak jelas dengan bahasa. Dari kesalahpahaman muncullah konflik sosial. Konflik pun akhirnya bisa reda setelah ada penjelasan menggunakan bahasa. • Unik dan Dinamis Maka tidak berlebihan jika para filsuf bahasa mengatakan bahwa keunikan manusia tidak terletak pada fisik dan pola pikirnya, tetapi pada bahasanya. Bahkan peradaban manusia bisa berkembang hanya melalui bahasa. Konfusius pernah mendapatkan pertanyaan, apa yang akan dia lakukan seandainya dia diberi kesempatan untuk memimpin negara. Dan jawabannya adalah "Membenahi bahasa“. Bahasa, menurut filsuf Cina ini, bukan sekadar cermin keteraturan berpikir, melainkan juga akan menentukan keteraturan atau bahkan ketidakteraturan masyarakat. Kepercayaan bahwa ada hubungan timbal-balik antara bahasa dan masyarakat itu pula yang kemudian melahirkan bidang kajian sosiolinguistik. Dalam kajian sosiolinguistik, konsep bahwa bahasa adalah alat untuk menyampaikan pesan dianggap terlalu sempit. Karena yang dibahas dalam sosiolinguistik adalah “who speaks what language to whom, when and to what end”. Artinya, "Siapa yang berbicara bahasa apa, kepada siapa, kapan, dan untuk tujuan apa“. Kendati manusia adalah pemilik sah bahasa, tidak berarti kita bisa menggunakan sebebas-bebasnya. Ada kapan dan di mananya seseorang menuturkan kata tertentu untuk maksud tertentu pula. Chaika berpendapat bahwa bahasa mewakili gambaran hakikat pengetahuan terdalam umat manusia, sehingga bahasa menjadi cermin masyarakat (language is a mirror of soicety). Masyarakat yang tidak stabil tergambar dengan sangat jelas pada bahasa yang digunakan masyarakat. Ada beberapa korpus bahasa Indonesia yang mencerminkan pola pikir bangsta menurut Dardowidjojo. Yang pertama yaitu gejala kontradiksi, seperti kasus "sumbangan wajib“ dan "cukup jelas sekali“. Kata "sumbangan“ dan "wajib“ memiliki makna yang kontradiktif. Sama halnya dengan "cukup“ dan "jelas sekali“. Kedua, pola pikir kita yang berpola juga dihinggapi gejala anomali. Ungkapan yang bersifat anomali, yang sengaja diciptakan secara sadar itu memang ada, tetapi ada juga ungkapan yang bersifat anomali, yang kita lontarkan tanpa kita sadari. Misalnya mengejar ketinggalan. Mengejar adalah perbuatan untuk mendapatkan apa yang kita kejar. Mengejar ketinggalan berarti hal yang ingin didapat adalah ketinggalan. Berbeda dengan mengejar bus atau cita-cita. Bahasa, menurut kesan yang dapat diambil, adalah salah satu pranata masyarakat paling berkuasa. Karena itu juga, bahasa merupakan salah satu sumber kekuasaan. Wittgenstein mengatakan, “The limits of my language mean the limit of my world”. Artinya, "Batas bahasa saya berarti batas dunia saya“. Itu dapat diinterpretasikan bahwa penguasaan kita tentang dunia ini dengan berbagai isinya tergantung sejauh mana penguasaan kita tentang bahasa. Maka, seseorang yang menguasai beberapa bahasa, memiliki pengetahuan yang luas yang ditulis dalam bahasa tersebut.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.