Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image M Alfaridzhi Ardinal

Jejak Langkah di Pasir Pantai

Sastra | 2024-12-15 23:32:46
Jejak Langkah di Pasir Pantai

Oleh Trafalgar D. Law

---
Jejak Langkah di Pasir Pantai
Matahari mulai terbenam di cakrawala, menebarkan warna jingga keemasan di langit. Laut bergelombang perlahan, membawa semilir angin yang membawa aroma asin khas pantai. Di pantai kecil yang tersembunyi dari hiruk-pikuk kota, seorang wanita bernama Alana duduk di atas batu besar, memandang ombak yang terus berkejaran.
Alana datang ke pantai itu setiap sore selama tiga bulan terakhir. Pantai ini adalah satu-satunya tempat di mana ia merasa bebas dari keruwetan hidupnya. Hidup di kota besar dengan pekerjaan yang terus menuntut lebih membuatnya merasa seperti kehilangan dirinya sendiri. Tapi di sini, di pantai ini, ia selalu merasa seolah menemukan bagian dirinya yang hilang.
Sore itu, saat angin membelai rambut panjangnya, Alana menyadari sesuatu yang tak biasa. Ada jejak langkah di pasir, membentang dari ujung tebing hingga mendekati tempat ia duduk. Jejak itu tampak baru, tapi anehnya tidak ada orang lain di pantai itu. Alana merasa penasaran dan memutuskan untuk mengikuti jejak tersebut.
Jejak itu membawanya melewati batu-batu besar yang jarang ia lewati sebelumnya. Setelah berjalan beberapa menit, ia menemukan seorang pria duduk di bawah pohon kelapa yang miring ke arah laut. Pria itu mengenakan kemeja putih kusut dan celana kain, dengan wajah yang tampak tenang meski lelah. Di tangannya ada selembar buku catatan kecil yang terbuka.
“Maaf, ini pantai yang cukup terpencil. Saya pikir tidak ada orang lain di sini,” sapa Alana dengan suara ragu.
Pria itu menoleh dan tersenyum tipis. “Pantai ini memang jarang dikunjungi. Tapi saya sering datang ke sini untuk mencari inspirasi.”
“Inspirasi?” Alana mengangkat alis.
“Saya penulis,” jawab pria itu, sambil menutup buku catatannya. “Nama saya Arga. Saya datang ke sini untuk menulis, karena di sini saya merasa bisa bernapas.”
Alana terdiam. Ia merasa aneh karena ucapan pria itu seperti menggambarkan perasaannya sendiri. “Saya juga sering ke sini, tapi bukan untuk menulis. Lebih untuk... melarikan diri.”
Arga mengangguk pelan, seolah mengerti. “Terkadang, kita memang butuh tempat seperti ini untuk mengingat bahwa hidup itu lebih dari sekadar tuntutan.”
Sejak pertemuan itu, Alana dan Arga mulai sering berbincang di pantai kecil tersebut. Mereka berbagi cerita tentang kehidupan masing-masing, tentang kebahagiaan dan rasa sakit yang pernah mereka alami. Arga menceritakan bagaimana ia merasa terjebak dalam dunia sastra yang sering kali penuh tuntutan untuk menulis demi pasar, bukan demi hati. Sementara Alana bercerita tentang pekerjaannya di perusahaan besar yang tak lagi memberinya makna.
Hari demi hari, percakapan mereka menjadi lebih dalam. Arga mulai menuliskan cerita-cerita baru yang terinspirasi dari Alana, sementara Alana mulai merasa menemukan ketenangan yang selama ini ia cari. Mereka berdua, tanpa sadar, menjadi pelipur lara satu sama lain.
Suatu sore, ketika matahari mulai terbenam, Alana menemukan sebuah amplop kecil di atas batu tempat ia biasa duduk. Amplop itu berisi sebuah cerita pendek yang ditulis tangan oleh Arga. Cerita itu berjudul Jejak Langkah di Pasir Pantai.
“Aku menulis ini untukmu,” tulis Arga dalam catatan kecil di akhir cerita. “Karena setiap jejak langkah yang kau tinggalkan di pantai ini telah membawa warna baru dalam hidupku.”
Alana tersenyum, menatap laut yang tenang di depannya. Untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, ia merasa hidupnya penuh makna. Di pantai kecil ini, ia menemukan jejak langkah baru—jejak langkah menuju kebahagiaan.

---

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image