Orator Muslimah Terbaik
Sejarah | 2022-03-23 19:19:30بسم الله الرحمن الرحيم
Apa yang terbersit didalam benak kita? Apakah seorang wanita yang disebut dengan public figure yang terkenal, atau suaranya yang banyak terdengar di radio, atau fotonya yang banyak terpampang dan sering muncul di televisi? Semua itu bukan tolak ukur bahkan tidak ada pada masa salaf, generasi terbaik umat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Jauh sebelum munculnya para wanita yang kini mengatasnamakan emansipasi wanita dalam dakwah, telah lahir seorang shahabiyyah Anshar yang pertama masuk Islam dan sangat luas keilmuannya. Wanita mulia tersebut adalah Asma’ binti Yazid bin Sakan bin Rafi’ bin Imri’il Qais bin Abdul Asyhal bin Haris Al-Anshariyah Al Ausiyyah Al Asyhaliyah Radhiyallahu ‘Anha, yang berbai’at kepada beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pada tahun pertama Hijriyah, yaitu dalam bai’at Aqabah.
Ibnu Abdil Barr Radhiyallahu ‘Anhu berkata bahwa Asma’ Radhiyallahu ‘Anha adalah seorang wanita yang cerdas dan turut aktif mendengar hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Lalu beliau Radhiyallahu ‘Anha sering bertanya mengenai persoalan-persoalan juga dipercaya oleh kaum muslimah sebagai wakil mereka yang menjadikan dia paham urusan agama. Maka dijulukilah beliau Radhiyallahu ‘Anha sebagai “Khatibah An-Nisa” (Sang Orator Wanita), juga Ahli Hadits Yang Mulia.
Mendengar pertanyaan tersebut, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menoleh kepada para sahabat dan bersabda, “Pernahkah kalian mendengar pertanyaan seorang wanita tentang agama yang lebih baik dari apa yang dia tanyakan?”
Para sahabat menjawab, “Benar, kami belum pernah mendengarnya ya, Rasulullah!”
Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Kembalilah wahai Asma’ dan beritahukan kepada para wanita yang berada di belakangmu, bahwa perlakuan baik salah seorang di antara mereka kepada suaminya, upayanya untuk mendapat keridhaan suaminya, dan ketundukkannya untuk senantiasa mentaati suami, itu semua dapat mengimbangi seluruh amal yang kamu sebutkan yang dikerjakan oleh kaum laki-laki.”
Maka kembalilah Asma’ Radhiyallahu ‘Anha sambil bertahlil dan bertakbir merasa gembira dengan apa yang disabdakan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. (Hadits Riwayat Muslim)
Kita lihat kebanyakan kaum wanita memang lebih sering berbicara, mengekspresikan hati, minat dan keinginan mereka melalui lisan, sehingga pengolahan kata mereka jauh lebih banyak dibandingkan kaum laki-laki.
Taufik Al-Hakim berkata: “Belum pernah aku temukan dua perempuan yang sedang duduk dan keduanya tidak berbicara. Aku pernah menyaksikan sekelompok wanita sedang berkumpul, saya heran bagaimana mereka saling menghadirkan bahan pembicaraan? Kadang saya merasa paling cerewet diantara kaum laki-laki, namun ketika saya bandingkan dengan kaum wanita ternyata saya paling pendiam diantara mereka”. (Mut’atul Hadits, Abdullah Ad Dawud, hal 72).
Maka dari itu wanita muslimah yang menjaga perkataannya dengan hal yang berfaidah seperti akhlaq nya Asma’ Radhiyallahu ‘Anha, dapat memiliki pengaruh yang besar dan kedudukan yang tinggi dalam Islam. Ketika seorang wanita berjalan di atas petunjuk Al-Qur’an dan sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, dia akan menjadi madrasah pertama yang membangun masyarakat shalih dan berpegang dengan keduanya akan menjauhkan kaum muslimah dari kesesatan dalam berbagai hal.
Namun, jauhnya mereka dari petunjuk Allah dan dari ajaran yang dibawa oleh para nabi dan rasul-Nya terjadilah kesesatan dan penyimpangan karenanya. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Aku tinggalkan pada kalian dua perkara, di mana kalian tidak akan tersesat selama berpegang dengan keduanya, yaitu Kitab Allah dan sunnahku.” (Diriwayatkan oleh Imam Malik dalam al-Muwaththa’ kitab Al-Qadar III)
Asma' binti Yazid Radhiyallahu ‘Anha meriwayatkan sekitar 81 hadits dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Asma’ pergi ke Syam, setelah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam wafat dan menjadi satu-satunya wanita yang menyampaikan hadits disana. Asma’ Radhiyallahu ‘Anha menetap di Damaskus dan meninggal di sana pada tahun 69 Hijriyah pada masa pemerintahan Abdul Malik bin Marwan, dan dikuburkan di pemakaman Bab As-Saghir.
Walaupun kematiannya Radhiyallahu ‘Anha telah lama berlalu, namun sosoknya dapat kita jadikan teladan di zaman dimana wanita menjadi fitnah yang paling besar. Maka sempurnalah seorang wanita atas ketaatannya.
Segala kebaikan adalah dengan mengikuti para kaum salaf, dan segala keburukan terdapat pada pemahaman yang diadakan oleh para kaum khalaf (belakangan). Allahu a’lam.
Semoga Allah menjadikan kita sebagai para wanita penghuni surga-Nya. Was Shalatu was salaamu ‘ala Rasulillah wa’ala alihi wa shahbihi wa man tabi’ahum biihsanin ilaa yaumiddin.
Referensi:
https://muslimah.or.id/167-sang-juru-bicara-kaum-wanita.html, diakses pada 04 Maret 2022 Pukul 16:54 WIB
https://www.republika.co.id/berita/lo7yhu/wanitawanita-teladan-asma-binti-yazid-bin-sakan-duta-kaum-muslimah, diakses pada 04 Maret 2022 Pukul 16:54 WIB
https://muslimah.or.id/14-kedudukan-wanita-dalam-islam.html, diakses pada 04 Maret 2022 Pukul 16:55 WIB
https://muslimah.or.id/11923-tidak-berlebih-lebihan-dalam-berbicara.html, diakses pada 04 Maret 2022 Pukul 17: 03 WIB
https://muslimah.or.id/14228-bergaul-mewarnai-atau-terwarnai-bag-2.html, diakses pada 04 Maret 2022 Pukul 16:55 WIB
*Tulisan Ini Merupakan Pemenuhan Mata Kuliah Komunikasi Dakwah
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.