Tilapia, Hiburan Di Masa Pandemi
Guru Menulis | 2022-03-23 08:00:04Tawaran Pak Dukuh untuk memiliki kolam sewa disetujui Anto Jenggot sore itu. Perbincangan mereka berdua ditemani dua cangkir kopi dan gorengan pisang kepok di teras depan rumah Anto Jenggot. Mereka asyik membicarakan pernak-pernik peraturan perihal sewa-menyewa kolam. Anto Jenggot sepakat dengan aturan-aturan yang dijelaskan Pak Dukuh dan mulai minggu depan kolam akan digarap. Satu petak kolam disewa Rp440.000,00 per tahun, dengan perjanjian Anto siap mengikuti segala ketentuannya. Anto berencana memulai menggarap kolam bersama Lek Jadi, tetangganya yang sangat ahli dalam membuat kolam. Seminggu telah berlalu. Kolam berukuran 20 x 10 m2 pun telah siap diisi air dan didiamkan untuk beberapa hari. Setelah hampir seminggu didiamkan, kolam Anto telah siap ditebar benih ikan. Anto menggemari ikan tilapia merah atau ikan nila. Ia berusaha mencari ikan nila yang berkualitas, sampai akhirnya ia memperoleh ikan yang benar-benar bagus. Mungkin dua atau tiga bulan lagi sudah siap di panen. Anto sangat bersemangat memelihara ikan-ikannya. Tiap pagi dan sore ia memberi makan ikan dengan penuh kesabaran. Kadang hujan pun tak dihiraukan.
Tak terasa sudah hampir 2 bulan berjalan, masa panen pun hampir tiba. Ikan-ikan nila Anto telah siap dipanen. Kisaran harga nila merah cenderung stabil di pasaran. Biasanya satu kilogram dihargai Rp34.000,00 - Rp36.000,00. Namun, panen perdana bagi Anto saat ini mungkin akan menjadi panen yang menyedihkan. Apa sebab? Pandemi Covid-19 yang menggempur dunia sampai juga di negeri Zamrud Khatulistiwa ini. Dahsyatnya penyebaran Covid-19 seantero negeri membuat berbagai sektor terganggu. Tak terkecuali dunia pemasaran hasil pertanian dan peternakan. Restoran-restoran yang biasa buka sebelum Pandemi kini tutup untuk waktu yang entah sampai kapan. Kondisi ini pula ikut dirasakan Anto Jenggot. Biaya pemeliharaan ikan selama 3 bulan yang telah dikeluarkan akan menjadi beban tersendiri jika saat panen sulit dalam pemasaran.
Anto Jenggot akhirnya memutar otak, agar tidak menanggung rugi besar. Ikan-ikan nila di kolam Anto terbilang sangat bagus. Selain besar-besar dan kelihatan lincah juga sehat-sehat. hal tersebut disebabkan Anto betul-betul menjaga pakan dan aliran airya. Maklumlah, ikan nila sangat memerlukan air yang mengalir. Selama Pandemi, Anto Jenggot melakukan pekerjaannya dari rumah. Disela-sela kesibukannya bekerja, ia urus kolamnya. Ide-idenya pun muncul seiring dengan sistem WfO dan WfH. Ia memosting foto dan video ikannya melalui WA dan instagramnya. Alhasil, banyak kolega dan tetangganya yang berminat membeli ikan-ikan nilanya. Kesibukan Anto pun bertambah, yaitu memancing dan membersihkan ikan nila pesanan rekan-rekannya. Ketekunan dan kesabaran Anto berbuah manis. Tak terasa, ikan nila yang ia jual mencapai 200 kilo lebih dengan harga Rp32.000,00 per kilo. Hasil panen nila Anto Jenggot selain dijual juga dibagikan kepada tetangga dan saudaranya. terlebih pada masa Pandemi. Alhamdulillah bisa berbagi. Muncul dari lubuk hati Anto dari yang paling dalam. Berharap Pandemi Covid-19 segera berakhir.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.