Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rayya Zuria Alvenita

Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Generasi Z di Era Digital

Edukasi | 2025-11-20 21:36:23
Sumber: https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fwww.worldbank.org%2Fen%2Fwho-we-are%2Fnews%2Fcoronavirus-covid19&psig=AOvVaw2-VIW_hRt3y1XhzaiVWb3P&ust=1763557441797000&source=images&cd=vfe&opi=89978449&ved=0CBcQjRxqFwoTCMjbu9nh-5ADFQAAAAAdAAAAABAE

Pendahuluan

Guys, tau ga kalau media semakin berkembang seiring berjalannya waktu, bisa dikatakan hingga saat ini sedang ada perubahan besar-besaran pada level evolusi media. Dengan adanya internet dan semakin maju perkembangan internet, membawa evolusi media berubah semakin tajam sehingga berdampak pada perubahan lingkungan sosial masyarakat. Menurut Cahyono (2016) dengan adanya media sosial perubahan pada hubungan sosial sebagai perubahan mengenai keseimbangan pada lembaga kemasyarakatan, yang mempengaruhi sistem sosial, nilai, dan pola perilaku dalam fraksi masyarakat. Adanya pandemi covid membawa perubahan yang signifikan pada penggunaan media digital. Budaya konvensional semakin lama semakin bergeser hingga menjadi budaya digital. Ditambah dengan datangnya pandemi dengan kebijakan lockdown secara mandiri selama masa pandemi, sehingga memanfaatkan lebih banyak media digital sebagai media utama kebutuhan sehari-hari. Sebagai bagian dari Generasi Z yang menjadi penyintas pandemi, saya akan mengupas lebih lanjut mengenai topik ini.

Pandemi Covid-19

Pandemi Covid-19 adalah peristiwa menyebarnya penyakit korona atau dalam bahasa Ingrris Corona Virus Disease (Covid-19) di seluruh dunia untuk semua negara. Penyakit ini disebabkan oleh virus korona jenis baru yang diberi nama SARS-CoV-2. Wabah Covid-19 pertama kali dideteksi di Kota Wuhan, Hubei, Tiongkok pada tanggal 31 Desember 2019 yang kemudian ditetapkan sebagai pandemi oleh World Health Organization (WHO) pada tanggal 11 Maret 2020. Hingga 14 November 2020, lebih dari 53.281.350 orang (kasus) telah dilaporkan lebih dari 195 negara dan wilayah seluruh dunia, mengakibatkan lebih dari 1.301.021 orang meninggal dunia dan lebih dari 34.394.214 orang sembuh.

Generasi Z Secara Singkat

Generasi Z, atau yang dikenal juga sebagai Gen Z, merupakan mereka yang lahir diantara tahun 1996 – 2012. Mereka yang lahir pada tahun tersebut, rata-rata saat ini sudah menginjak remaja atau sedang duduk di bangku kuliah. Gen Z sendiri berasal dari kata ‘Zoomer’ karena mereka lahir dan tumbuh bersamaan dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat, sehingga mereka memiliki kesempatan untuk bisa mengikuti perkembangan teknologi dan internet secara dekat.

Sebagai Gen yang tumbuh erat dengan perkembangan teknologi membuat Gen Z terbiasa hidup di lingkungan yang serba cepat, dan dimudahkan dalam berbagai hal karena semua dapat diakses melalui smartphone. Di satu sisi Gen Z merupakan generasi yang tumbuh di era yang mana keluarga secara ekonomi rata-rata lebih stabil, sehingga Gen Z juga secara umum tumbuh di lingkungan yang cukup nyaman dan terpenuhi baik secara materi, serta secara Pendidikan. Secara pendidikan, Gen Z juga memiliki kesempatan untuk bisa sekolah di sekolah-sekolah pilihan atau sekolah favorit sesuai versinya masing-masing.

Di sisi lain, dikarenakan Gen Z hidup di zaman yang serba cepat, Gen Z cenderung kurang sabar dan kerap mengharapkan hasil yang instan. Secara kapasitas kognitif, gen Z cepat belajar. Namun kurang sabar dalam menjalani prosesnya, sehingga terkadang mereka mudah menyerah ketika dihadapkan pada kesulitan.

Pengertian Era Digital

Era digital adalah masa ketika teknologi informasi dan komunikasi memainkan peran sentral dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Ciri khas dari era ini adalah penggunaan perangkat digital seperti komputer, smartphone, dan internet untuk melakukan aktivitas harian. Informasi dapat diakses dengan cepat, komunikasi menjadi instan, dan batasan geografis hampir tak lagi menjadi halangan.

Era digital juga dikenal dengan istilah revolusi industri 4.0. Di masa ini, data menjadi aset utama. Banyak industri kini mengandalkan sistem otomatisasi, kecerdasan buatan (Al), dan teknologi cloud untuk menjalankan bisnisnya. Dengan kata lain, dunia telah berubah dari ekonomi berbasis fisik menjadi ekonomi berbasis data dan informasi. Perkembangan ini membawa banyak kemudahan, namun juga tantangan. Salah satunya adalah kesenjangan digital antara mereka yang memiliki akses dan kemampuan menggunakan teknologi, dengan mereka yang belum tersentuh digitalisasi.

Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Generasi Z di Era Digitalisasi

1. Ketergantungan terhadap Perangkat Elektronik dan Media Sosial

Pandemi Covid-19 meningkatkan ketergantungan Gen Z terhadap perangkat digital dan media sosial karena hampir seluruh aktivitas—belajar, bersosialisasi, hingga hiburan—beralih ke ranah daring. Menurut Pew Research Center (2022), 95% remaja memiliki akses ke smartphone, dan lebih dari 46% menyatakan bahwa mereka “hampir selalu online,” sebuah lonjakan yang dipicu oleh kebutuhan untuk tetap terhubung di tengah pembatasan sosial. Laporan Global Digital Report 2023 oleh We Are Social juga mencatat peningkatan signifikan waktu layar harian selama pandemi, memperlihatkan bagaimana kondisi tersebut memaksa Gen Z semakin bergantung pada teknologi untuk menggantikan interaksi dan rutinitas offline.

2. Sekolah dan Kuliah Secara Daring yang Memiliki Plus dan Minus

Perpindahan mendadak menuju pembelajaran daring selama pandemi berdampak besar bagi Gen Z yang masih bersekolah atau kuliah. UNESCO (2021) melaporkan bahwa lebih dari 1,6 miliar siswa terdampak penutupan sekolah, sehingga pembelajaran online menjadi solusi utama. Model ini memberikan keuntungan berupa fleksibilitas, akses materi digital, dan kemampuan belajar secara mandiri. Namun, The Brookings Institution (2020) menunjukkan bahwa pembelajaran jarak jauh juga memperbesar kesenjangan digital, menurunkan efektivitas pembelajaran bagi siswa dengan akses perangkat terbatas, serta mengurangi interaksi sosial yang penting bagi perkembangan emosional dan akademik Gen Z.

3. Peminat Online shop yang Meningkat Drastis

Pandemi mendorong perubahan perilaku konsumsi Gen Z, dengan meningkatnya minat terhadap belanja online sebagai akibat pembatasan aktivitas fisik. McKinsey & Company (2020) mencatat bahwa adopsi e-commerce melonjak pesat, mempercepat pertumbuhan industri tersebut hingga lima tahun lebih cepat dari perkiraan pra-pandemi. Di Indonesia, Statista (2023) melaporkan peningkatan nilai transaksi e-commerce dari Rp 266 triliun pada 2020 menjadi lebih dari Rp 400 triliun pada 2022. Kenaikan ini menunjukkan bahwa Gen Z semakin mengandalkan platform digital untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mulai dari fashion hingga kebutuhan akademik.

4. Kreativitas Tanpa Batas Secara Daring

Pandemi membuka peluang baru bagi Gen Z untuk mengekspresikan kreativitas secara daring karena banyaknya waktu yang dihabiskan di rumah dan meningkatnya penggunaan platform digital. Fenomena ini tercermin dalam pertumbuhan pesat “creator economy,” di mana menurut laporan Adobe Future of Creativity Study (2022), lebih dari 165 juta kreator baru muncul sejak awal pandemi, dengan sebagian besar berasal dari generasi muda. Platform seperti TikTok, YouTube, dan Instagram menjadi ruang utama bagi Gen Z untuk membuat konten, membangun personal branding, dan bahkan menghasilkan pendapatan selama masa krisis global.

5. Berkembangnya Arah Pilihan Pekerjaan

Pandemi mempercepat transformasi dunia kerja bagi Gen Z, mendorong mereka masuk ke pekerjaan fleksibel seperti remote work, freelance, dan pekerjaan berbasis digital. World Economic Forum (2021) melaporkan bahwa pandemi mempercepat adopsi kerja jarak jauh di berbagai sektor, membuka peluang bagi Gen Z untuk bekerja secara global tanpa batas geografis. Di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, platform e-commerce seperti Shopee dan TikTok Shop menciptakan lapangan kerja baru seperti host live streaming yang bertugas mempromosikan produk secara real-time. Menurut laporan Google, Temasek & Bain e-Conomy SEA 2022, pekerjaan digital semacam ini meningkat pesat selama pandemi karena lonjakan aktivitas belanja online dan kebutuhan bisnis untuk menjangkau konsumen melalui konten live.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image