Momentum Kesehatan Dibalik Kisruh Minyak Goreng
Gaya Hidup | 2022-03-21 11:59:23Setelah pemerintah mencabut aturan harga eceran tertinggi Rp 14.000 per liter, perlahan namun pasti ketersediaan minyak goreng di pasaran mulai memenuhi etalase toko dan supermarket. Namun harganya jauh dari harapan ibu-ibu rumah tangga, melambung setinggi langit. Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional per 18 Maret 2022, harga rata-rata minyak goreng kemasan bermerek secara nasional mencapai Rp 22.100 per kg. Harga tertinggi berada di Baubau, Sulawesi Tenggara mencapai Rp 57.500 per kg.
Tentunya hal ini membuat ibu-ibu rumah tangga bertanya-tanya, kapan harga minyak goreng kemasan ini akan turun? Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan harga minyak goreng kemasan berpotensi mengalami penurunan, sesuai dengan mekanisme pasar yang berlaku. “Saya juga melihat ketersediaannya cukup. Nanti, jika merek minyak gorengnya makin banyak, harganya akan menurun sesuai dengan kompetisi dan leveling dari market mereka,” ujar Mendag dalam keterangannya, seperti dikutip Kompas.com, Minggu (20/3/2022). Mendag juga mengatakan bakal menggandeng berbagai pihak terkait, termasuk pelaku usaha ritel sebagai distributor agar menciptakan harga minyak goreng kemasan yang lebih murah.
Kisruh minyak goreng ini juga menyeret DPR untuk bertindak. Komisi VI DPR telah membentuk panitia kerja (panja) komoditas pangan untuk mengusut polemik kelangkaan minyak goreng. Panja akan segera bekerja pekan depan, seperti dikutip news.detik.com. Menurut anggota komisi VI DPR, persoalan minyak goreng yang terjadi saat ini memalukan. Hal ini lantaran minyak goreng yang sebelumnya langka mendadak melimpah setelah dibebaskannya DMO (domestic market obligation), DPO (market place obligation), HET (harga eceran tertinggi) dan PE (pungutan ekspor).
Tindakan sepihak menaikkan harga oleh produsen minyak goreng ini memang tidak boleh dibiarkan begitu saja, karena ini menyangkut kebutuhan masyarakat. Banyak orang yang tergantung hidupnya dari ketersediaan minyak goreng ini, sebut saja mereka yang memiliki usaha kuliner seperti penjual gorengan, rumah makan, usaha katering, dan lain sebagainya. Sebagai pembeli yang menurut pepatah lama adalah seorang raja, maka sudah selayaknya sang raja bertindak atas apa yang sudah terjadi. Pembeli atau konsumen sekarang ini memiliki momentum yang tepat untuk mengurangi kalau bisa menghilangkan kebiasaan menggunakan minyak goreng.
Demi kesehatan, mungkin itu alasan yang jitu untuk mengurangi konsumsi minyak goreng, disamping memang harganya yang selangit yang mencekik masyarakat ekonomi lemah. Minyak goreng secara kesehatan memang dapat dikatakan bahan makanan yang kurang sehat. Di dalam minyak goreng terdapat memiliki kandungan lemak tinggi, termasuk lemak jenuh, asam lemak tak jenuh tunggal dan tak jenuh ganda.
Mengutip dari lifestyle.kompas.com, mengonsumsi terlalu banyak lemak jenuh, yakni lebih dari 20 gram untuk wanita dan 30 gram untuk pria per hari, membuat tubuh memproduksi kolesterol dalam tubuh. Kondisi itu memicu meningkatnya risiko penyakit jantung. Sebagian besar uji coba terkontrol secara acak menunjukkan, minyak goreng memang meningkatkan kadar low density lipoprotein (LDL). LDL adalah kolesterol jahat yang berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit jantung dan stroke.
Meski begitu, minyak goreng juga meningkatkan kolesterol baik atau high density lipoprotein (HDL), yang yang membawa LDL menjauh dari aliran darah. Satu penjelasan mengapa makanan yang begitu tinggi lemak jenuh dapat meningkatkan kolesterol HDL adalah karena makanan itu mengandung asam laurat dalam jumlah yang relatif tinggi. Kandungan ini terbukti meningkatkan kadar HDL dalam darah jauh lebih banyak daripada LDL.
Melansir dari Archana's Kitchen, ada beberapa yang bisa dilakukan untuk mengurangi konsumsi minyak goreng saat memasak. Cara pertama mengurangi konsumsi minyak goreng adalah mengganti cara memasak dengan menggunakan oven. Menggunakan oven untuk memanggang adalah salah satu teknik terbaik untuk mengurangi minyak.
Kedua, memasak dengan cara dipanggang. Memanggang makanan menjadi salah satu cara yang bijak mengurangi konsumsi minyak goreng. Hal tersebut menghindari penggorengan dan merupakan pilihan yang lebih sehat untuk memanggang dengan beberapa tetes minyak goreng.
Ketiga, menggunakan wajan dangkal. Menggunakan wajan yang dangkal juga menjadi salah satu cara mengurangi konsumsi minyak goreng. Selain itu wajan juga membantu memasak makanan menjadi lebih cepat.
Keempat, memasak dengan cara dikukus. Memasak dengan cara dikukus adalah opsi lain mengurangi konsumsi minyak goreng. Memasak dengan cara kukus juga merupakan salah satu teknik di mana konsumsi minyak dapat dikurangi secara signifikan.
Dengan menerapkan beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi konsumsi minyak goreng seperti tersebut di atas, diharapkan meningkatkan kesehatan kita. Tentunya dalam jangka yang tidak terlalu lama, pukulan sang raja ini akan mempengaruhi harga minyak goreng di pasaran, karena semakin sedikit permintaan maka harga pun akan semakin menurun, sementara produksi minyak goreng jalan terus.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.