Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nahla Dhias Santoso

Kenapa Kehidupan Sehari-hari Terasa Semakin Berat?

Gaya Hidup | 2025-12-30 13:41:55
Ilustrasi seseorang yang menjalani hidup dengan berat (Sumber: Freepik)

Dunia hari ini menuntut kita untuk selalu berlari. Informasi datang tanpa jeda, tren berganti dalam hitungan jam, dan media sosial memaksa kita mengonsumsi pencapaian orang lain setiap detik. Tanpa sadar, kita terjebak dalam jebakan komparasi; membandingkan "panggung depan" orang lain yang penuh cahaya dengan "dapur kotor" kehidupan kita yang penuh perjuangan. Hidup pun perlahan terasa seperti perlombaan tanpa garis finis yang menguras sisa-sisa energi waras kita.

Tekanan ini tidak lagi datang dari satu arah. Kita dikepung oleh tuntutan ekonomi yang kian sulit, ekspektasi keluarga, hingga standar sosial untuk selalu terlihat bahagia dan produktif. Kelelahan yang kita rasakan bukan sekadar capek fisik yang bisa sembuh dengan tidur delapan jam, melainkan kelelahan mental karena merasa "tidak pernah cukup" meski sudah bekerja mati-matian. Kita kehilangan kemampuan untuk benar-benar berhenti. Bahkan saat raga beristirahat, otak kita tetap bekerja mengolah notifikasi dan rasa cemas akan masa depan.

Namun, penting untuk disadari bahwa hidup terasa berat bukan karena kita lemah, melainkan karena beban yang kita panggul memang sudah melampaui batas manusiawi. Kita tidak harus selalu punya jawaban atas semua masalah, dan tidak semua hal harus dicapai detik ini juga.

Menerima bahwa lelah itu wajar adalah langkah awal untuk pulih. Di tengah dunia yang terobsesi dengan kecepatan, memilih untuk berjalan pelan atau sekadar mengambil jeda untuk bernapas adalah bentuk keberanian yang nyata.

Pada akhirnya, hidup bukan tentang siapa yang paling cepat sampai ke puncak, tapi tentang siapa yang mampu bertahan tanpa kehilangan jiwanya. Tidak apa-apa untuk melambat. Tidak apa-apa untuk merasa tidak baik-baik saja. Karena terkadang, bertahan melewati hari yang sulit dengan tetap menjadi manusia yang jujur adalah pencapaian terbesar yang bisa kita lakukan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image