Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Iqvi Nurhidayati

Diam-Diam Kita Sedang Lelah

Gaya Hidup | 2025-12-29 15:46:19

Lelah yang Tersembunyi

Dipagi hari kita bangun dengan senyum , melakukan semua aktivitas ada yang kuliah, kerja, bahkan menjadi ibu rumah tangga. semunya terlihat normal ,tapi hanya kita yang tahu ada beban berat yang kita bawa setiap hari. Rasanya seperti membawa koper yang penuh,Namun kita tetap harus menyeretnya kemana-mana.

Seperti mahasiswa yang sedang berjuang untuk menyelesaikan tugas akhir dengan berbagai tekanan, karyawan yang Lelah belum memenuhi target dengan menjaga hubungan baik dengan atasan, ibu rumah tangga yang Lelah mengurus keluarga dengan komentar orang tentang pekerjaannya tidak produktif, dll.

Terlalu Banyak Berpikir

Mungkin ini memang zaman yang lebih berat. Dulu, orang hidup lebih sederhana. Namun Sekarang? Kita dibombardir informasi dari mana-mana. Scroll media sosial lima menit saja, kita sudah dibuat iri dengan pencapaian orang lain, cemas dengan berita buruk, dan bingung harus jadi seperti apa.

Kita lelah membandingkan diri sendiri. Seperti Teman seangkatan sudah S2, kita masih stuck di pekerjaan yang sama. Tetangga baru beli mobil, kita masih naik motor butut. Saudara sudah nikah punya anak, kita masih single. Seolah-olah ada timeline hidup yang harus kita ikuti, dan kita merasa tertinggal.

Topeng yang Kita Pakai

Yang paling melelahkan adalah harus berpura-pura. Di kantor kita harus terlihat profesional meski hati sedang galau. Di rumah kita harus terlihat baik-baik saja agar keluarga tidak khawatir. Di media sosial kita posting foto-foto bahagia meski kenyataannya jauh dari itu.

"Gimana kabarmu?" "Alhamdulillah baik, kamu gimana?"

Padahal di dalam hati ada seribu keluhan yang ingin kita tumpahkan. Tapi kita takut. Takut dianggap lemah, takut membebani, takut tidak dipahami. Maka kita memilih diam.

Tidak Apa-Apa untuk Lelah

Kabar baiknya: lelah itu manusiawi. Artinya kita normal, kita sehat, kita masih punya hati yang merasakan. Bukan berarti kita gagal atau lemah. Justru lelah adalah bukti bahwa kita sudah berusaha keras.

Bayangkan ponsel yang baterainya habis. Apakah itu berarti ponselnya rusak? Tidak. Itu hanya perlu di-charge. Begitu juga kita. Kadang kita hanya butuh rehat, mengisi ulang energi, memberi waktu untuk diri sendiri.

Hal-Hal Kecil yang Bisa Membantu

Tidak perlu langkah besar untuk mengatasi kelelahan ini. Seperti melalui hal-hal yang kecil:

Izinkan diri kita merasakan lelah tanpa merasa bersalah. Tidak harus produktif setiap saat. Boleh rebahan tanpa merasa malas. Boleh menolak ajakan tanpa merasa jahat.

Bicaralah dengan seseorang yang kita percaya. Keluarga, sahabat, atau bahkan profesional. Kadang kita tidak butuh solusi, hanya butuh didengar.

Kurangi membandingkan diri dengan orang lain. Hidup bukan lomba lari. Masing-masing punya lintasan dan kecepatan sendiri.

Lakukan hal yang membuat hati senang. Entah itu menonton film, jalan-jalan, makan makanan favorit, atau sekadar tidur lebih lama di akhir pekan.

Kita Tidak Sendirian

Yang perlu kita ingat, kita tidak sendiri. Diluar sana, banyak orang yang merasakan hal yang sama. Mereka juga Lelah, mereka juga berjuang, mereka juga kadang menyerah. Semuanya mempunyai masalah dan tekanan tersendiri. Tapi merela tetap bertahan, satu demi satu mereka hadapi.

Diam-diam memang kita sedang Lelah. Tapi diam-diam juga, kita lebih kuat dari yang kita kira. Setiap hari yang berhasil kita lalui dan setiap masalah yang berhasil kita. hadapi, adalah bukti ketangguhan kita.

Jadi, tidak apa-apa untuk Lelah. Yang ter penting, jangan berhenti bergerak maju, pelan-pelan saja, sedikit demi sedikit, selangkah deni selangkah. Karena hidup bukan tentang seberapa cepat kita sampai, tapi tentang seberapa tulus kita menikmati perjalanannya.

Dan ingat, besok adalah hari yang baru. Hari yang membawa harapan baru, kesempatan baru, dan mungkin senyuman baru. Ada kalanya kita Lelah biarkan diri kita lelahh, nanti ketika waktunya tiba, kita akan bangikit lagi dan lebih kuat dati sebelumnya

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image