Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rahmah Khairani

Tak Lelah Menggapai Kesempurnaan

Agama | 2024-09-08 17:18:38

Oleh : Aisyah Rahma Nst

KH. Hafidz Abdurrahman,MA menyebutkan dalam buku Nizham Fil Islam Pokok-Pokok Peraturan Hidup dalam Islam tanggung jawab yang besar mengharuskan pengemban dakwah untuk berkeinginan kuat meraih kesempurnaan, selalu mengkaji dan mencari kebenaran. Dan selalu mengaitkan antara pemikiran dan perbuatan untuk meraih tujuan. Dan inilah yang akan menjamin keberhasilan dan kontinuitas dakwah, dengan syarat semua itu dilakukan oleh para pengemban dakwah sebagai kewajiban dari Allah dan mereka melakukannya dengan gembira dan mengharap keridhaan dari-Nya bukan karena yang lain. Setiap kali melakukan apapun semuanya di tujukan untuk Allah SWT semata, dan ia sadar betul bahwa semua keberhasilah yan ia peroleh semata mata karena pertolongan Allah SWT dan taufik-Nya.

Seorang pengemban dakwah hendaklah menjadikan Rasulullah dan Para sahabat sebagai role model dalam aktivitas dakwah yang ia emban karena mereka adalah sosok-sosok sempurna, dan yang selalu berupaya untuk meraih kesempurnaan. Allah mengingatkan kepada Nabi dan para sahabat:

فَلَا تُزَكُّوٓا۟ أَنفُسَكُمْ ۖ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ ٱتَّقَىٰٓ

maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.

(TQS. An Najm : 32).

Karena itu para sahabat tidak pernah menganggap diri mereka suci dan sempurna tapi justru mereka berjuang dan berupaya untuk menyucikan diri mereka dan meraih kesempurnaan.

Para sahabat adalah orang-orang yang tidak Lelah dan terus menerus belajar, Nabi SAW. Juga tidak Lelah dalam mengajarkan islam kepada mereka. Para sahabat tidak Lelah dalam menggali seluruh kebaikan yang ada pada diri Nabi untuk mereka praktikkan dalam kehidupan mereka mulai dari perkara ibadah, kehidupan pribadi, keluarga, Masyarakat dan negara. Semua mereka peroleh dan pelajari dari Baginda Rasulullah SAW. Hidup mereka bagitu sempurna, hasil didikan manusia sempurna Nabi Muhammad SAW. Demikian pula halnya dengan para pengemban dakwah, peran yang mereka ambil dan beban yang mereka pikul dalam Pundak mereka tidaklah mudah. Karenanya sebagaimana para sahabat yang menjadikan kehidupan Rasulullah yang sempurna karena beliau selalu Allah jaga dengan wahyu sehingga beliau bersifat ma’sum baik dari dosa kecil maupun dosa besar, Menjadikan Rasulullah suri tauladan hal yang sama harus dilakukan pengemban dakwah.

Para pengemban dakwah adalah manusia biasa yang tidak mungkin mencapai drajat kesempurnaan sebagaimana yang dimiliki oleh Rasululullah SAW. Karena Rasulullah dijaga langsung oleh Allah dan jika Rasul berbuat kesalahan Allah yang akan segera menegur beliau dan memperbaiki kesalahan tersebut dengan turunnya wahyu. Namun dalam hal ini syaikh Taqiyuddin An-Nabhani dalam kitab nizhomul islam beliau menyampaikan bahwa para pengemban dakwah tentu tidak akan sanggup memikul beban tanggung jawab (dakwah) dan kewajiban-kewajibannya kecuali jika mereka menanamkan pada dirinya cita-cita untuk mengarah kepada jalan kesempurnaan.

Untuk mengingatkan bahwa dirinya adalah manusia biasa yang tidak luput dari dosa Abu bakar pernah berkata : “sesungguhnya Rasulullah telah dijaga dari semua dosa dan kesalahan dengan wahyu. Beliau selalu ditemani malaikat. Sedangkan aku, selalu ditemani syaitan yang selalu membujukku. Jika akum arah maka menjauhlah dariku agar aku tidak menderai rambut dan kulit kalian. Ingatlah, maka hendaknya kalian selalu menjagaku.

Para sahabat sangat sadar bahwa mereka tidak mak’sum sebagaimana Rasulullah, mereka tidak luput dari salah. Maka, merekapun saling menjaga, saling mengingatkan, karena cinta mereka kepada Allah SWT. Bahkan para sahabat mempunyai kebiasaan selalu melakukan muzakarah (saling mengingatkan), setelah majelis mereka dengan Rasulullah SAW. Dalam Riwayat lain Ibnu Abbas mempunyai alasan mengapa mereka selalu melakukan muzakarah, “iman itu seperti baju, jika kamu telah memakainya kamu pasti akan melepasnya. Jika kamu telah melepasnya kamu akan memakainya Kembali.”

Para pengemban dakwah semestinya menjadikan para sahabat sebagai contoh bagi mereka dalam Upaya meraih kesempurnaan sebagaimana misalnya yang dilakukan Ibnu Abbas dengan kecerdasannya yang luar biasa, ternyata tidak hanya berguru kepada satu orang sahabat. Bahkan hingga kepada tigapuluh sahabat dalam satu masalah. Kesungguhannya dalam mencari ilmu-pun tampak dari kesanggupannya untuk tidur di depan pintu rumah gurunya. Iapun selalu menjaga dirinya untuk selalu taat kepada Allah SWT. Ibnu Abbaspun tak pernah absen dalam salat tahajjud, baik ketika di rumah maupun bepergian. Semua itu tidak lain untuk menggapai kesempurnaan diri.

Hal yang sama hendaknya ada dalam setiap diri pengemban dkawah pengupayaan sekuat tenaga untuk mampu mengalahkan nafsu syahwat yang ada dalam dirinya dengan ketaatan kepada Allah SWT. Dan kerinduan dan kecintaan kepada Baginda Rasulullah SAW menjadi motor penggerak bagi semangat dakwah yang mereka punya, keinginan untuk bisa berjumpa dan berada di surga yang sama dengan Rasulullah SAW. Kecintaannya kepada nabi meniscayakan kecintaannya kepada orang-orang yang nabi cintai yakni ummatnya. Para pengemban dakwah menyampaikan dakwahnya pada ummatnya Rasulullah karena semata-mata cinta dan ingin Bersama-sama dalam ketakwaan dan mampu merasakan manisnya iman, namun sebelum mengajak kepada orang yang berada diluar dirinya hendaklah para pengemban dakwah mampu mengupayakan kesempurnaan dan bercita-cita untuk kesempurnaan itu ada pada dirinya.

Referensi :

https://tafsirweb.com/10146-surat-an-najm-ayat-32.html

Buku peraturan hidup dalam islam edisi mu’tamadah karya syaikh taqiyuddin an-nabhani

Buku nizham fil islam pokok peraturan hidup dalam islam karya KH.Hafidz Abdurrahman,MA.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image