Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Reviza Dwita Salsabilla

Bahasa Indonesia dan Jiwa Nasionalisme

Humaniora | 2025-12-12 08:20:15

Saat ini, tidak sedikit masyarakat Indonesia lebih sering menggunakan istilah bahasa asing untuk berkomunikasi dalam percakapan sehari-hari. Seperti contohnya yang lebih sering digunakan masyarakat Indonesia saat ini adalah bahasa Inggris. Hal ini bisa dilihat dengan seringnya sebuah iklan produk, nama sebuah usaha, bahkan istilah bahasa asing yang semakin sering digunakan di media sosial untuk setiap percakapan.

Fenomena seperti hal tersebut sebenarnya bukanlah sesuatu yang salah, tetapi dari fenomena itu menimbulkan pertanyaan: “apakah jika hal ini terus berlanjut, jiwa nasionalisme masyarakat Indonesia akan semakin memudar?”.

Bahasa Indonesia bukan hanya sekadar alat komunikasi, tetapi merupakan simbol persatuan bangsa Indonesia jauh sebelum Indonesia dinyatakan merdeka. Bagaimana usaha untuk membangkitkan jiwa nasionalisme tidak lepas dari cara kita memperlakukan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari.

Saat ini, bahasa Indonesia telah diakui oleh UNESCO sebagai bahasa dengan pertumbuhan penutur paling cepat berkembang. Hal ini akan sangat disayangkan apabila kita sebagai penutur asli tidak melihat bahasa Indonesia sebagai suatu hal yang pantas untuk dibanggakan. Ketika bahasa asing lebih dianggap bergengsi, disitulah nasionalisme linguistik mulai melemah.

Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar bukan berarti menutup diri untuk mempelajari bahasa asing. Bahasa asing penting untuk dikuasai untuk menghadapi situasi ketika sedang berdiplomasi, akademik, maupun ekonomi global. Namun, sangat perlu diingat untuk terus menjaga keseimbangan antara bahasa Indonesia dengan bahasa asing.

Tantangan terbesar dalam melestarikan bahasa Indonesia terletak dari cara bahasa Indonesia diajarkan di sekolah. Tidak sedikit anak Indonesia merasa bahwa ketika belajar bahasa Indonesia di sekolah sangat membosankan. Seharusnya, bahasa Indonesia yang diajarkan di sekolah membuat siswa/i bersemangat agar mereka semakin mencintai bahasa Indonesia dan semakin sering menggunakannya dalam percakapan sehari-hari.

Bahasa Indonesia tidak menuntut kita untuk selalu memujanya setinggi mungkin, tapi diharapkan untuk digunakan setiap harinya. Pada akhirnya, nasionalisme bukan tentang siapa yang selalu berbicara tentang cinta tanah air, tetapi siapa yang selalu menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa utama dalam berkomunikasi di segala situasi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image