Burnout dan Overthinking di Tengah Tekanan Media Sosial
Edukasi | 2025-12-28 19:40:17
Burnout dan overthinking di tengah tekanan media sosial semakin banyak dialami masyarakat saat ini. Tuntutan untuk selalu produktif, responsif, dan tampil baik di ruang digital membuat banyak orang merasa lelah secara mental, meskipun tidak selalu menyadari penyebabnya.
Burnout dan Overthinking dalam Kehidupan Digital.
Dalam kehidupan modern, individu dihadapkan pada berbagai tuntutan yang berjalan bersamaan. Produktivitas, pencapaian, dan kehadiran sosial menjadi standar yang seolah harus terus dipenuhi. Ketika seseorang merasa tidak mampu mengimbanginya, rasa bersalah kerap muncul. Akibatnya, kelelahan mental sering dianggap sebagai kelemahan personal, bukan sebagai sinyal bahwa seseorang sedang berada dalam tekanan.
Burnout merupakan salah satu bentuk kelelahan yang banyak dialami saat ini. Secara umum, burnout dipahami sebagai kondisi kelelahan fisik, mental, dan emosional akibat stres yang berlangsung dalam waktu lama. Awalnya, burnout banyak dibahas dalam konteks dunia kerja. Namun dalam praktiknya, kondisi ini juga dialami oleh pelajar, mahasiswa, serta individu yang aktif di ruang digital.
Burnout tidak selalu ditandai dengan gejala yang ekstrem. Menurunnya motivasi, perasaan jenuh, mudah lelah, serta munculnya sikap sinis terhadap rutinitas harian merupakan tanda-tanda yang sering diabaikan. Banyak orang tetap memaksakan diri untuk terus berjalan karena berhenti dianggap sebagai kemunduran atau kegagalan.
Kondisi tersebut kerap berjalan beriringan dengan overthinking. Overthinking adalah pola berpikir berulang terhadap suatu masalah tanpa menghasilkan penyelesaian yang jelas. Pikiran terus memutar kemungkinan terburuk, penilaian orang lain, atau kesalahan yang telah terjadi. Akibatnya, individu sulit merasa tenang meskipun secara fisik sedang beristirahat.
Fenomena burnout dan overthinking yang dipengaruhi oleh tekanan kehidupan digital menunjukkan bahwa isu kesehatan mental bukan lagi persoalan individual semata, melainkan tantangan sosial yang perlu mendapat perhatian bersama.
Dalam jangka panjang, overthinking dapat memengaruhi kualitas tidur, konsentrasi, dan kestabilan emosi. Beban mental yang terus menumpuk membuat seseorang merasa lelah bahkan sebelum memulai aktivitas. Ironisnya, semakin besar keinginan untuk mengendalikan segala hal, semakin sulit pula pikiran untuk berhenti.
Media sosial memiliki peran penting dalam memperkuat tekanan tersebut. Platform digital cenderung menampilkan potongan terbaik dari kehidupan seseorang, seperti pencapaian, kebahagiaan, dan keberhasilan. Proses panjang, kegagalan, serta kelelahan jarang terlihat. Akibatnya, banyak orang membandingkan kehidupan nyatanya dengan gambaran ideal yang ditampilkan di layar.
Selain itu, mekanisme validasi digital melalui jumlah suka, komentar, dan tayangan berpotensi memengaruhi cara individu menilai dirinya sendiri. Ketika respons yang diterima tidak sesuai harapan, muncul perasaan tidak cukup baik atau tertinggal. Tekanan ini sering kali berlangsung secara halus, tetapi berdampak nyata terhadap kesehatan mental.
Di tengah kondisi tersebut, literasi kesehatan mental menjadi semakin penting. Pemahaman yang baik membantu individu menyadari bahwa rasa lelah bukan selalu tanda kegagalan, melainkan respons manusiawi terhadap tekanan. Kesadaran ini juga mendorong sikap yang lebih empatik, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain.
Upaya menjaga kesehatan mental tidak selalu membutuhkan langkah besar. Memberi waktu istirahat tanpa rasa bersalah, membatasi konsumsi media sosial saat merasa kewalahan, serta berhenti membandingkan proses hidup sendiri dengan pencapaian orang lain merupakan langkah awal yang realistis. Mendengarkan sinyal tubuh dan pikiran menjadi bagian penting dari perawatan diri.
Apabila perasaan lelah, cemas, atau kosong berlangsung dalam waktu lama dan mulai mengganggu aktivitas sehari-hari, mencari bantuan profesional perlu dipandang sebagai langkah yang wajar. Bantuan tersebut bukan tanda kelemahan, melainkan bentuk tanggung jawab terhadap diri sendiri.
Burnout, overthinking, dan tekanan media sosial bukan hanya persoalan individu, tetapi juga refleksi dari cara hidup masyarakat modern. Dengan pemahaman yang lebih baik, keseimbangan antara produktivitas dan kesejahteraan psikologis dapat mulai dibangun secara lebih sehat.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
