Tidur: Sebuah Jalan Menuju Kemerdekaan
Ekspresi | 2025-12-26 22:32:05
"Saya tidak gila tidur, tidur yang gila kepada saya" ucap seorang yang menolak jika dikatakan kebo karena keseringannya dalam tidur di segala hal, kondisi, dan lokasi—Penulis ini
Siapa di antara kalian yang serupa dengan saya? Menjadikan tidur bukan hanya sebagai kebutuhan, melainkan sebuah ketertarikan. Bagi saya, tidur merupakan hal yang memiliki nilai romansa. Ia mampu menenangkan hati dan pikiran yang lelah, serta menghasilkan sensasi nyaman saat bersamanya.
Tapi, saya sempat mengkhawatirkan keadaan ini. Saya takut, tidur akan membawa saya terlalu dalam pada keheningan. Sehingga saya lalai terhadap kewajiban pada perjanjian dunia realitas.
Saya berhenti sejenak untuk merenungkan semua yang terjadi. Pada akhirnya, saya berpendapat bahwa keadaan ini tidak seburuk yang saya kira.
Saya berpikir bahwa ketika tidur pun, saya tetap berpikir. Tesis ini didukung oleh sejumlah penelitian yang menunjukkan bahwa tidur yang cukup dan nyenyak dapat menenangkan perasaan serta meningkatkan kemampuan berpikir jernih dan rasional.
Penelitian lain juga menunjukkan bahwa remaja yang tidur lebih lama dan teratur memiliki bobot otak yang lebih besar serta hasil tes kognitif yang lebih tinggi. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa setiap pertambahan durasi tidur selama 15 menit pada anak-anak berpengaruh terhadap peningkatan fungsi kognitif serta volume otak yang lebih baik dan kreatif.
Meskipun tubuh beristirahat saat terlelap dalam malam yang sunyi, otak tetap bekerja menyusun ulang informasi, menghubungkan pengalaman dan emosi, serta mencari sudut pandang baru yang kreatif. Oleh sebab itu, kebanyakan orang mendapat ide atau solusi setelah tidur dan lebih jernih berpikir keesokan hari. Fenomena ini dikenal sebagai "Sleep-Dependent Problem Solving".
~~
Berbicara soal tidur, mari kita menyinggung sedikit soal mimpi. Mimpi—sebuah dunia yang dapat berarti sangat spesial dan sangat buruk tergantung pada konteks dan persepsi. Tapi ada satu hal pasti dalam sebuah mimpi, yaitu kesempurnaan. Kesempurnaan dalam arti disini bukanlah mimpi yang bagus, indah, atau bahkan menyenangkan, tapi tentang kelengkapan, keberlanjutan, dan pemahaman.
Pernah tidak sih kalian bertanya atau berpikir dalam benak kalian, "kenapa mimpi itu ada dan bagaimana bisa itu tercipta dengan sempurna?", "siapa yang menciptakan mimpi?", "siapa yang mengendalikan mimpi?"
Semua pertanyaan tersebut, bahkan lebih, selalu muncul dalam benakku selepas aku memperoleh gambaran dunia yang tidak dapat kesentuh tersebut. Lantas, setiap raga ini terbangunkan oleh dinginnya udara yang menusuk rusuk atau bisingnya dunia yang kita huni, aku berdiam sejenak. Memikirkan jawaban dari semua yang menjadi pertanyaan.
Jawabannya adalah diri kita sendiri, terutama otak dan pemikiran. Mimpi berada di bawah kendali pemikiran yang kaya akan kesempurnaan, dan ini dapat kita lihat dari kaca mata filsafat.
---
Kita buka oleh pemikiran Plato, seorang filsuf Yunani kuno pertama yang selalu membahas tentang sebuah ide—idealisme. Menurutnya, realitas penuh hanya dapat diperoleh dari pemikiran. Dia membagi dunia menjadi dua, yaitu dunia ide dan dunia realitas. Dunia realitas adalah dunia yang dapat kita rasakan oleh panca indera. Sedangkan, dunia ide adalah gambaran dari semua dunia realitas. Segala sesuatu yang berada di dunia realitas adalah sebuah tiruan dari dunia ide yang begitu sempurna.
Paradigma tersebut didukung oleh beberapa filsuf, diantaranya seperti Immanuel Kant, seorang filsuf asal Jerman, yang berpendapat bahwa pikiran manusia memainkan peran penting dalam membentuk dunia yang kita kenal sebagai ruang dan waktu. Menurutnya, ruang dan waktu bukanlah sifat objektif dari dunia fisik, melainkan bentuk-bentuk murni dari intuisi yang mengalir dalam pikiran manusia. Simpelnya, "pikiranlah yang membentuk dunia, yang kita kenal sebagai ruang dan waktu".
Masih banyak lagi, tapi terlalu pelik jika kita membahas semuanya disini. Jadi, kita tutup oleh pemikiran filsuf asal Prancis, René Descartes, ia mengutip sebuah kalimat yang sangat berkesan dan reflektif, "aku berpikir, maka aku ada". Hanya terdiri dari 5 unsur kalimat. Sederhana, simpel, dan bermakna, tapi cukup membuat yang membacanya menyadari akan esensi dari sebuah eksistensi manusia—BERPIKIR.
~~
Kembali ke topik. Menurut saya, tidur dapat membawa kita pada sesuatu yang tidak selalu dapat kita peroleh dalam keadaan sadar—kemerdekaan. Dalam tidur, kita seolah menikmati alam bebas. Ketika mata terpejam dalam keheningan di tengah gelapnya malam, roh dan sukma terlepas dari raga yang letih. Keduanya sama-sama menjelajahi ketenangan yang tak dapat kita dapati sepenuhnya dalam realitas ini.
Roh bergerak dalam alam realitas, namun dalam makna yang bebas—terlepas dari perjanjian batin antara manusia dan dunia yang ditempatinya. Ia hadir sebagai bayangan diri yang terbebaskan dari keterikatan yang menjerat hati dan nurani. Sementara itu, sukma melangkah ke alam yang tak dapat dijelaskan secara eksplisit keberadaannya, karena berada di luar dimensi ruang dan waktu yang sukar dijangkau oleh nalar—ALAM MIMPI.
---
Setelah 16 tahun 2 bulan terlelap dalam keheningan setiap malam, saya menyadari satu hal: tidur merupakan perwujudan kemerdekaan yang alamiah dan hakiki. Kita tidak lagi dijajah oleh kolonial, lebih besar daripada itu, kita dijajah oleh kenyataan dari hidup yg penuh hiruk pikuk dan ketidakpastian. Maka dari itu, tidur merupakan salah satu cara kita untuk terbebaskan dari tekanan realistis yang menghantui pikiran dalam sukma.
———
Teman-teman, mohon diperhatikan bahwa ini merupakan hasil dari pemikiran pribadi. Pemikiran ini saya peroleh ketika terbangun dari tenggelamnya gelap malam, lalu dikembangkan saat saya berada di ruangan kecil penuh keramik, dengan air yang menggenang di salah satu wadah, dan dipenuhi oleh wewangian fresh, entah melati, citrus, ataupun strawberry. Jadi, sudah pasti terdiri dari kekeliruan dan ketidaksempurnaan. Dan satu hal yang harus kalian ketahui, bahwa tidak ada benar atau salah dalam pemikiran, yang ada adalah apakah pemikiran tersebut relate atau sesuai dengan pembaca, sehingga dapat diterima oleh budi yang rasional.
Saya Lucky, terimakasih.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
