Mengapa Anak Bisa 'Begajulan' Meski Orangtuanya Shaleh?
Agama | 2025-12-26 20:15:28Pernahkah anda melihat orang tua yang shaleh memiliki anak yang "begajulan"? tentu saja pernah. fenomena anak yang berperilaku menyimpang atau “begajulan” meskipun berasal dari keluarga religius kerap menimbulkan pertanyaan sekaligus stigma di tengah masyarakat. Tidak jarang, kesalehan orang tua dijadikan tolok ukur tunggal dalam menilai keberhasilan pendidikan anak, sehingga ketika anak menunjukkan perilaku negatif, orang tua langsung dianggap gagal menjalankan perannya. Padahal, dalam perspektif agama maupun ilmu sosial, perilaku anak merupakan hasil interaksi kompleks antara faktor keluarga, lingkungan, pergaulan, serta dinamika perkembangan psikologis anak itu sendiri.
Dalam Islam, anak dipandang sebagai amanah sekaligus ujian bagi orang tua. Al-Qur’an menegaskan bahwa tidak semua anak akan otomatis mengikuti jalan orang tuanya, sebagaimana kisah Nabi Nuh a.s. yang memiliki putra yang membangkang meskipun beliau adalah seorang nabi dijelaskan dalam QS. Hud: 42–46. Hal ini menunjukkan bahwa keshalehan orang tua tidak selalu berbanding lurus dengan perilaku anak, karena setiap individu memiliki kehendak, pilihan, dan ujian hidupnya masing-masing.
Pola asuh dan kualitas komunikasi dalam keluarga juga memegang peranan penting. Keshalehan orang tua tidak selalu disertai kedekatan emosional dan komunikasi yang terbuka dengan anak. Pola asuh yang terlalu otoriter, minim dialog, atau menuntut kesempurnaan dapat membuat anak merasa tertekan dan tidak dipahami. Akibatnya, anak mencari kenyamanan dan pengakuan di luar rumah, yang berpotensi menjerumuskannya ke dalam pergaulan yang keliru.
Dari sudut pandang psikologi perkembangan, perilaku anak tidak hanya dibentuk oleh pola asuh keluarga, tetapi juga oleh lingkungan sosial yang lebih luas. Teori ekologi perkembangan Bronfenbrenner menjelaskan bahwa anak dipengaruhi oleh berbagai sistem, mulai dari keluarga, teman sebaya, sekolah, hingga budaya dan media sosial. Dalam konteks masyarakat modern, pengaruh pergaulan, arus informasi digital, dan tekanan sosial sering kali lebih dominan dibandingkan nasihat atau keteladanan orang tua di rumah.
Selain itu, pendidikan agama yang hanya menekankan aspek spiritual tanpa memberikan pemahaman dan keteladanan emosional berpotensi merusak internalisasi nilai anak. Anak-anak mungkin terbiasa melakukan ibadah, tetapi mereka mungkin belum sepenuhnya memahami maknanya dan bagaimana ia berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai menjadi lemah dan mudah tergeser oleh lingkungan ketika anak berada di luar pengawasan orang tua.
Dalam perspektif keimanan, memiliki anak yang “begajulan” bukanlah tanda kegagalan iman orang tua, melainkan bagian dari ujian hidup. Keshalehan seseorang tidak diukur dari mudah atau beratnya ujian yang diterima, tetapi dari cara ia menyikapinya. Orang tua dituntut untuk tetap bersabar, berikhtiar, dan tidak pernah berhenti mendoakan anaknya, sebagaimana para nabi dan orang saleh menghadapi ujian dalam keluarganya.
Dengan demikian, fenomena anak yang “begajulan” meskipun memiliki orang tua yang saleh perlu dipahami secara lebih objektif dan menyeluruh. Menyalahkan orang tua secara sepihak bukanlah solusi, karena hal tersebut hanya menambah beban dan menutup ruang perbaikan. Sebaliknya, diperlukan pendekatan yang empatik, komunikasi yang hangat dalam keluarga, serta dukungan lingkungan yang sehat. Dengan ikhtiar yang berkelanjutan dan doa yang tidak putus, anak yang sempat tersesat tetap memiliki peluang besar untuk kembali menemukan jalan yang benar.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
