Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image

Rahasia Pernikahan

Sastra | 2025-10-23 10:33:25

 

Oleh: Ummi Fatih

Acara pernikahan sudah ditetapkan, Samsul dan keluarga besarnya memutuskan untuk menginap dalam sebuah hotel selama kurun waktu 3 hari agar bisa menyaksikan proses pernikahannya dengan sang kekasih yang sudah hampir 7 tahun diikatnya dengan tali pacaran.

Tak jauh dari hotel penginapan mereka, orang tua kekasih Samsul, yakni si Hindun pun sudah meminta izin kepada pak Lurah untuk mendirikan tenda panjang pernikahan di gang rumahnya. Dengan begitu, pada tanggal 29 Oktober 2025 jalanan akan ditutup sementara sejak pagi hingga tengah malam.

Lebih dari itu, para tetangga dekat Hindun telah rela berhimpun seminggu sebelumnya untuk membantu persiapan acara pernikahannya. Tiga jenis makanan dibuat sebagai suguhan utama, mulai dari bakso, gado-gado, hingga rawon. Kue kering dan kue basah pun diolah sebagai pelengkap yang akan membuat lidah makin terasa nikmat.

Jika sebelumnya, Hindun dan Samsul sudah tidak bisa menahan pandangan mata untuk berjumpa langsung dengan agenda berduaan. Pertemuan cinta itu kini terpaksa ditahan dulu dalam dunia nyata selama 3 hari. Namun, Video Call masih bisa mengobati kerinduan mereka dalam dunia maya.

Namun demikian, adik perempuan Hindun yang beberapa kali tak sengaja melihatnya sedang bercanda romantis dengan kekasihnya sangatlah terkejut. Dia berkata, "Astaghfirullah, Mbak! Kok begitu?"

Hindun menoleh dan tersentak kaget, HP miliknya hampir jatuh.

"Kamu yang lagi buka aurat, kok ngobrol asyik gitu sama lelaki yang bukan muhrim?" Lanjut adiknya bertanya heran.

Hindun diam, ia tak bisa menjawab kemaksiatan yang sudah terbukti dilakukannya. Matanya hanya berkedip-kedip. Bibirnya terkuci rapat.

"Kamu udah tahu kan, dia masih calon suamimu, belum sah dan halal buat kamu," lanjut kata adiknya.

Wajah adiknya pun makin kesal, tangisan air matanya mengalir. Ia tak menyangka jika kakaknya itu sudah semakin bermaksiat tinggi. Tak bisa dinasetahi.

Apabila nasihatnya dulu pada kakaknya yang sedang tidak bisa menahan nafsu cinta, hingga menerima tembakkan peluru cinta lelaki idamannya. Meskipun, si kakak itu sudah paham tentang petunjuk pergaulan islam. Pada faktanya, nafsunya makin membara dengan melihat kekasihnya. Ia yang sedang membuka aurat untuk memilih dan bergonta-ganti baju pernikahan justru melakukan VC WA dengan si kekasihnya.

****

Hari-H pernikahan digelar. Semua undangan datang dan duduk melantunkan sholawat bersama seorang kiai. Ayah Hindun duduk juga sebagai wali di samping Pak RT dan Pak RW yang sudah dimintainya menjadi saksi pernikahan. Mereka semua semangat untuk menyaksikan acara ijab qobul antara Hindun dan Samsul.

Di tengah lantunan sholawat merdu, Samsul dan keluarga besarnya pun datang. Hati mereka berdebar bahagia.

Hindun juga bedebar didalam ruang kamar pengantin. Meski, adiknya menahan keinginannya untuk tampil bersolek cantik disamping kekasihnya seperti adegan-adegan sinetron saat acara ijab qobul. Hindun masih bergetar, ingin tampil menemani kekasihnya hingga difoto atau direkam video yang menarik.

Namun begitu, adiknya tak ingin kakaknya makin tertipu godaan nafsu. Ia terpaksa menemani kakaknya dalam kamar dan mengunci pintu.

"Bismillah, kalau sudah sah akan aku buka buat kamu, Mbak," kata adiknya mengingatkan Hindun.

Dari luar, terdengar suara Samsul dalam _mic sound_ yang keras. Awal kalimatnya agak gemetar dan terbata-bata, "qo...qo..qobiltu..."

Sayangnya, di tengah acara itu, terdengar pula sentakan suara keras yang mengejutkan dan menghentikan proses akad nikah, "Astghfirullah! Tunggu!"

Semua mata melotot kaget, menoleh ke kanan kiri. Mencari orang yang bersuara. Namun, tak sulit mereka pun menemukan pemilik suara itu karena ada seorang lelaki yang segera berlari kencang masuk ke dalam ruang tamu pernikahan.

"Maaf, Permisi! Kamu mau nikahkan anakmu, ya?" Tanya lelaki itu pada ayah Hindun.

"Ya," jawab si ayah dengan suara lirih.

"Berarti walinya bukan kamu, kan?"

Semua orang undangan semakin terkejut, saling melihat satu sama lain. Mereka penasaran. Bagaimana mungkin ayah Hindun tidak jadi wali nikahnya? Sang kiai pun akhirnya berkata, "Apa maksud Anda? Pak Abdu ini ayahnya Hindun..."

"Ya, saya tahu karena saya pun kakak kandungnya Abdu ini. Hanya saja, maaf, Abdu dan istrinya ini orang Aceh yang dulu sempat berhubungan hamil di luar nikah. Lalu, mereka lari ke tanah Jawa ini agar tidak kena hukum cambuk."

Semua orang semakin terkejut dan heran. Mereka saling berbisik-bisik sambil mengerutkan dahinya.

"Masak bener, sih? Cuma ya emang pak Abdu ini dulu bilang sendiri kalau dia orang Aceh. Cuma ya, kasus zinanya itu aku nggak tau juga. Soalnya, aturan buat nunjukin KTP sama kartu perkawinan para penghuni rumah baru emang dari dulu nggak pernah diterapkan. Apalagi buat orang ngontrak yang udah puluhan tahun kayak si pak Abdu ini," bisik salah satu tetangga undangan sembari mengangkat-angkat bahunya.

Pak Kiai berusaha mengungkapkan kepastian ucapan orang yang mendadak datang dan tak dikenal itu. "Kalau begitu, Pak Abdu tunjukkan saja buku nikahnya, bagaiamana?" Ujarnya.

Ayah Hindun semakin tampak gemetar ketakutan, ia menunduk dan menggelengkan kepala.

"Lho, berarti _sampean _ memang dulu zina?"

Ayah Hindun pun menunduk pelan.

"Hah?" Teriak Samsul. "Kalau begitu nikahnya bubar aja!"

Hindun dan adiknya yang masih ada dalam kamar pengantin dan mendengar debat itu pun saling berpandangan takut dan terkejut sejak tadi. Mereka tak menyangka bahwa selama ini orang tuanya adalah pezina yang sangat berdosa.

Hindun menangis sedih dan malu. Kekasih yang sudah ia kira setia dan berjanji siap menikahinya ternyata tidak menerimanya dengan penuh suka rela. Padahal, ia sudah mengizinkan Samsul untuk menatap, memeluk dan mencolek tubuhnya selama 7 tahun pacaran. Meski mereka tidaklah berzina, tetapi Hindun masih merasa rugi dan kecewa. Pacar pertamanya yang ia harap bisa jadi suaminya justru gagal. Pacaran ternyata tak berguna untuk mengenal, mencari dan memilih lelaki setia meski labelnya cinta.

Jika begitu, masihkah ada lelaki lain yang mau menikahinya yang ternyata hanyalah anak haram hasil zina. Dan tubuhnya pun sudah pernah dicicipi peluk dan dilihat oleh lelaki lain yang tidak resmi dan sah.

Disamping Hindun, adiknya lebih menangis deras dan kecewa. Orang tua yang selama ini dihormatinya agar tak jadi anak durhaka sehingga ia jadi anak yang bertakwa justru lebih berkhianat jauh sebelumnya. Hubungan darahnya ternyata masih haram untuk disentuh ayah kandungnya sendiri.

Selain itu, doa-doa dan amal sholih yang ingin ia alirkan sebagai tabungan pahala bagi orang tuanya sesuai sabda Rasulullah saw. pun sepertinya segera dipotong pisau dosa zina selama ini. Sebab, mereka bukan orang tua yang murni.

"Astaghfirullah...andaikan seluruh hukum-hukum islam itu dijalankan di semua tempat. Tak hanya di Aceh. Maka, pacaran yang haram tak akan dipandang halal dan biasa seperti sekarang. Sehingga zina pun tidak akan terjadi. Status orang tua bisa dipastikan asli untuk anaknya," keluhnya dalam hati.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image