Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ryuta Hamada Goh

Kenapa Gen Z Mudah Burnout Padahal Masih Muda?

Gaya Hidup | 2025-12-26 16:48:05
Ilustrasi Gen Z yang Sedang Burnout

Tekanan Gen Z Datang Lebih Awal

Berbeda dengan generasi sebelumnya, Gen Z tumbuh di era serba cepat. Sejak remaja, mereka sudah dihadapkan pada tuntutan produktivitas, pencapaian, dan perbandingan sosial yang masif. Media sosial membuat standar “sukses” terasa dekat, instan, sekaligus menekan. Melihat teman sebaya sudah bekerja, punya bisnis, atau viral di usia muda, tak jarang memicu rasa tertinggal.

Gen Z Hidup di Era Kompetisi Tanpa Jeda

Gen Z hidup dalam sistem yang menuntut multitasking: kuliah sambil kerja, membangun personal branding, aktif di media sosial, hingga dituntut terus berkembang. Istirahat sering dianggap sebagai kemunduran. Akibatnya, banyak yang memaksakan diri untuk terus “on” tanpa memberi ruang bagi kesehatan mental.

Hustle Culture yang Diromantisasi

Narasi hustle culture kerap dipuja: bekerja keras tanpa lelah demi masa depan cerah. Sayangnya, budaya ini sering mengabaikan batas kemampuan manusia. Gen Z yang masih mencari jati diri akhirnya terjebak pada rasa bersalah ketika tidak produktif, padahal tubuh dan pikiran mereka sedang meminta istirahat.

Ketidakpastian Masa Depan

Faktor ekonomi juga berperan besar. Harga kebutuhan hidup meningkat, persaingan kerja ketat, dan masa depan terasa tidak pasti. Banyak Gen Z merasa harus bekerja ekstra keras hanya untuk mencapai standar hidup layak. Tekanan inilah yang perlahan menggerus motivasi dan kesehatan mental.

Terbuka pada Isu Mental, Tapi Minim Dukungan Nyata

Gen Z dikenal lebih terbuka membicarakan kesehatan mental. Namun, keterbukaan ini belum selalu diimbangi dengan sistem pendukung yang memadai, baik di kampus maupun dunia kerja. Akibatnya, kesadaran tidak selalu berujung pada solusi, melainkan sekadar validasi bahwa “semua orang lelah.”

Burnout Bukan Tanda Lemah

Penting dipahami bahwa burnout bukan tanda kelemahan, melainkan sinyal bahwa sistem hidup yang dijalani terlalu berat. Gen Z tidak rapuh—mereka hanya hidup di era yang menuntut lebih banyak dalam waktu yang lebih singkat.Mungkin yang perlu diubah bukan semangat mudanya, melainkan cara kita memandang produktivitas, sukses, dan makna hidup itu sendiri. Sebab, menjadi muda seharusnya bukan tentang siapa yang paling cepat sampai, melainkan siapa yang mampu bertahan tanpa kehilangan diri.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image