Etika Mengajar: Tanggung Jawab Moral Guru di Era Digital
Eduaksi | 2025-12-25 15:23:59
Pada zaman digital yang sering disebut “era sekarang,” profesi pendidikan dibayangkan pada tantangan baru yang mengganggu dasar-dasar etika mengajar. Kemunculan media sosial, kecerdasan buatan, serta tekanan untuk mencapai prestasi akademik menjadikan batas antara pendidikan dan hiburan semakin tidak jelas. Peran guru kini tidak hanya sebagai pengedar ilmu, tetapi juga sebagai teladan moral yang membentuk karakter anak muda. Argumen tulisan utama ini adalah tanggung jawab moral seorang guru di era sekarang memerlukan integritas pribadi, penyesuaian etika terhadap teknologi, serta dedikasi terhadap keadilan sosial, agar pendidikan tetap berfungsi sebagai sumber kebenaran di tengah banyaknya informasi yang tidak akurat.
Integritas Pribadi sebagai Pondasi Etika
Integritas pribadi merupakan dasar utama tanggung jawab moral seorang guru. Di era sekarang, di mana guru sering menjadi "influencer" di platform seperti TikTok atau Instagram, tindakan mereka dapat dilihat secara langsung. Seorang pendidik yang mengajarkan nilai-nilai seperti kejujuran di ruang kelas namun terlibat dalam tindakan plagiarisme di media sosial, akan kehilangan kepercayaannya. Contoh nyata yang terjadi pada seorang guru di Indonesia yang menjadi viral karena konten yang tidak pantas, menyebabkan hilangnya kepercayaan dari orang tua dan siswa. Oleh karena itu, guru harus konsisten antara ucapan dan perbuatan, karena siswa tidak hanya meniru pembelajaran, tetapi juga perilaku sehari-hari. Integritas ini bukan sekedar norma, namun juga merupakan panggilan moral untuk menjadi teladan yang autentik.
Adaptasi Etis terhadap Teknologi Digital
Teknologi menghadirkan peluang baik maupun tantangan etis bagi pendidik. Pemanfaatan kecerdasan buatan seperti ChatGPT untuk membuat soal ujian atau tugas siswa dapat mempercepat proses, tetapi sering kali bertentangan dengan prinsip keaslian belajar. Di era sekarang, di mana siswa memiliki akses mudah untuk menyontek melalui Google ataupun aplikasi curang, guru bertanggung jawab untuk membedakan antara bantuan teknologi dan tindakan curang. Pendekatan etis melibatkan keterbukaan, seperti membahas batasan penggunaan AI di dalam kelas, serta mengintegrasikan alat digital untuk kolaborasi yang kreatif, bukan sebagai pengganti usaha. Contoh dari sekolah-sekolah di Singapura menampilkan pendekatan keberhasilan ini, di mana guru mengajarkan siswa untuk mengenali deepfake, sehingga teknologi menjadi alat untuk pemberdayaan moral, bukan ancaman bagi integritas.
Komitmen terhadap Keadilan Sosial dan Inklusivitas
Tanggung jawab moral seorang guru juga mencakup keadilan sosial dalam kelas yang beragam. Di Indonesia, dengan perbedaan ekonomi dan budaya yang signifikan, guru di era sekarang harus menangani isu-isu seperti cyberbullying atau diskriminasi berdasarkan agama dan etnis. Tugas guru adalah menciptakan lingkungan yang inklusif, di mana siswa dari latar belakang ekonomi yang kurang beruntung juga memiliki kesempatan yang setara, bukan hanya diukur berdasarkan nilai akademik. Etika ini memerlukan empati aktif, seperti program pendampingan bagi siswa yang mengalami kesulitan akibat pandemi. Tanpa adanya komitmen tersebut, pendidikan malah dapat meningkatkan demokrasi, karena generasi muda tumbuh bersama prasangka. Guru modern harus menjadi penggerak perubahan sosial, memastikan bahwa etika mengajar mencakup lebih dari sekedar kurikulum, namun juga pada nilai-nilai kemanusiaan universal.
Kesimpulannya
Etika mengajar di era sekarang bukanlah beban, melainkan tugas mulia bagi guru untuk menjaga integritas pribadi, beradaptasi secara etis dengan teknologi, dan mendukung keadilan sosial. Dengan cara ini, mereka tidak hanya mendidik pikiran, tetapi juga membimbing hati siswa. Menuju masa depan, lembaga pendidikan harus memberikan pelatihan berkelanjutan dalam etika dan membuat regulasi yang responsif. Hanya guru yang menyadari tanggung jawab moralnya yang mampu melawan tantangan digital dan membentuk generasi yang kuat dan beretika.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
