Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Fida Hafiyyan Nudiya

Generasi Muda Takut Nikah, Yuk Kembali ke Islam Kaffah!

Agama | 2025-12-11 16:17:39

Lain dulu lain sekarang. Dahulu, lelaki berusia 29 tahun dan belum menikah agaknya sangat jarang. Begitu pula perempuan menjelang 30 tahun masih lajang, bisa-bisa dicap perawan tua. Namun realita hari ini usia pernikahan semakin menua, terutama di kalangan generasi muda. Roda perekonomian yang makin hari makin tak menentu, sulitnya mencari pekerjaan, gaji dibawah UMT atau bahkan kurang, rata-rata menjadi faktor penghalang.

Akhir Oktober 2025 lalu media sosial Threads diramaikan dengan pembahasan terkait anak-anak zaman sekarang lebih takut miskin daripada takut tidak menikah. Unggahannya itu viral hingga disukai lebih dari 12.500 kali dan ditayangkan ulang oleh lebih dari 207.000 pengguna lainnya. Dalam kata lain mereka yang menyukai unggahan tersebut setuju dengan pendapat si pemilik akun (kompas.com/2025/11/22).

Angka pernikahan di Indonesia turun drastis sejak 2023. Pakar Psikologi Pemberdayaan Masyarakat Fakultas Psikologi Unair, Dr Ike Herdiana MPsi Psikolog pada 2024 lalu menuturkan bahwa menurunnya angka pernikahan disebabkan faktor yang pertama yakni meningkatnya pemberdayaan perempuan. Faktor kedua ialah kemiskinan dan finansial.

Menurut penulis, faktor ketiga ialah maraknya berita-berita negatif tentang pernikahan, film-film dan series bertema perselingkuhan, narasi _marriage is scary_ menjadikan generasi muda takut menikah.

Biaya hidup dan ketidakpastian ekonomi jadi alasan utama generasi muda menunda pernikahan, diperlukan solusi konkret dari pemerintah untuk mendorong kesejahteraan.

Ketakutan miskin ini muncul dari sistem Kapitalisme yang membuat biaya hidup tinggi, sulit dapat pekerjaan, dan gaji rendah.

Selain itu, kapitalisme menjadikan gaya hidup materielis, konsumtif dan hedonis tumbuh dari pendidikan sekuler dan terpengaruh media liberal. Negara juga hanya berfungsi sebagai regulator, yang cenderung lepas tangan dalam menjamin kesejahteraan hidup sehingga beban hidup dipikul individu saja. Tidak heran jika akhirnya pernikahan dipandang beban, bukan sebagai ladang kebaikan dan jalan melanjutkan keturunan.

Dalam Islam, para pemuda yang sudah siap menikah didorong untuk bersegera. Negara menjamin kebutuhan dasar rakyat dan membuka lapangan kerja yang luas melalui penerapan sistem ekonomi Islam. Jika seorang pemuda siap menikah tapi belum punya modal, khalifah akan membantunya.

Negara akan mengelola kepemilikan umum, bukan oleh swasta atau asing, sehingga hasilnya kembali untuk kesejahteraan masyarakat dan mampu menekan biaya hidup. Di sisi lain, pendidikan berbasis aqidah akan membentuk generasi berkarakter islami, tidak terjebak hedonisme dan materialisme. Mereka akan menjadi penyelamat umat dengan ilmu-ilmu yang dimiliki.

Negara juga akan melakukan edukasi berupa penguatan terhadap institusi keluarga, dengan mendorong pernikahan sebagai ladang ibadah dan jalan menjaga keturunan. Semua ini akan terwujud jika kita kembali pada Islam secara kaffah.

Fida H. Nudiya, S. Pt

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image