Menapak Jejak Batavia: Kisah yang Tersimpan di Museum Sejarah Jakarta
Eduaksi | 2025-12-09 20:30:58
Museum Sejarah Jakarta di kawasan Kota Tua terus menjadi salah satu destinasi favorit bagi masyarakat yang ingin menelusuri kembali akar sejarah ibu kota. Berada di Gedung Fatahillah, bangunan peninggalan abad ke-18, museum ini menyimpan ribuan koleksi yang merekam perjalanan panjang Jakarta, dari Batavia kolonial hingga kota metropolitan masa kini. Bagi sebagian orang, museum ini bukan sekadar ruang pamer, melainkan pintu untuk memahami identitas kota yang terus berubah.
Hamdan Shulthoon Alim (26 Tahun), salah satu pengunjung yang ditemui pada akhir pekan, mengaku mengalami kesan yang sulit dijelaskan saat pertama kali memasuki museum. “Rasanya senang dan cukup sulit dijelaskan,” ujarnya. “Seperti takjub bisa melihat artefak atau penjelasan terkait sejarah Jakarta dan sejarah lain Indonesia yang berkaitan dengan kota ini.” Rasa takjub itu kemudian membawanya berkeliling menelusuri ruang demi ruang yang menyajikan perjalanan panjang kota sejak masa kolonial.
Dari berbagai area yang ia sambangi, lantai dua menjadi tempat yang paling menarik perhatiannya. Menurutnya, koleksi di lantai tersebut menghadirkan suasana Batavia dengan sangat kuat. “Banyak barang-barang antik dari era penjajahan. Benda-benda itu punya sejarah panjang dan menjadi saksi bisu era tersebut,” katanya. Ia juga menyebut bagian senjata api sebagai salah satu favoritnya karena dapat melihat langsung perangkat yang digunakan pada masa itu. Kehadiran benda-benda tersebut membuat cerita sejarah terasa lebih nyata di hadapannya.
Penataan koleksi yang runtut dan informatif menjadi salah satu nilai tambah museum ini. Hamdan menyebut setiap benda dilengkapi informasi yang jelas sehingga mudah dipahami oleh pengunjung. “Di setiap bagian koleksi ada penjelasan terkait koleksi tersebut. Nama, tahun, dan lain-lain dijelaskan dengan padat dan jelas,” ungkapnya. Penyajian tersebut membuat pengunjung seperti dirinya dapat memahami alur cerita sejarah tanpa merasa kewalahan.
Menurut Hamdan, museum ini memiliki keunikan dibanding museum sejarah lainnya yang pernah ia kunjungi. “Karena ini berisikan tentang apa yang ada dan terjadi di tanah Batavia,” jelasnya. Dengan menikmati koleksi dan penjelasan yang tersaji, ia merasa bisa memperoleh gambaran tentang sejarah Jakarta secara lebih menyeluruh. Ia menilai museum ini berhasil menggambarkan Batavia tempo dulu secara utuh melalui lini masa yang ditampilkan serta koleksi yang menunjukkan evolusi kota dari masa ke masa. “Gambarannya cukup jelas, dengan adanya lini masa tahun-tahun bersejarah dan barang-barang yang menggambarkan evolusi dari terbentuknya Batavia hingga menjadi Jakarta,” ujarnya.
Di antara ratusan artefak yang dipamerkan, ada satu benda yang meninggalkan kesan mendalam baginya: sebuah batu dengan ukiran aksara Sanskerta. Baginya, artefak itu memiliki nilai historis yang kuat. “Menurut saya itu benar-benar menjadi sebuah saksi sejarah,” katanya. Kehadiran benda tersebut membuatnya semakin menyadari betapa panjang dan dalamnya perjalanan sejarah Jakarta, jauh sebelum kota ini dikenal sebagai Batavia.
Kunjungannya ke museum ini juga membentuk pandangan baru tentang Jakarta. Ia merasa museum ini membantunya memahami perkembangan kota lebih detail dibanding apa yang sebelumnya ia baca atau dengar. “Sangat membantu, karena semua dijelaskan lebih detail dengan penjelasan yang mudah dipahami,” ungkapnya. Setelah menyusuri seluruh koleksi, ia melihat Jakarta dari sudut pandang yang berbeda. “Jakarta bukan hanya kota metropolitan, bukan hanya ibu kota. Jakarta adalah tanah Batavia yang menyimpan berbagai sejarah, baik yang baik maupun yang kelam. Perjalanannya untuk menjadi Jakarta pun bukan hal yang mudah, kompleks namun luar biasa untuk diketahui,” tutupnya.
Kisah Hamdan menjadi gambaran bagaimana Museum Sejarah Jakarta mampu menghadirkan pengalaman belajar sejarah yang bukan hanya informatif, tetapi juga emosional. Melalui koleksi yang terawat dan narasi yang tersusun rapi, museum ini mengajak setiap pengunjung menapak jejak Batavia dan memahami Jakarta dengan cara yang lebih utuh.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
