Mengungkap Risiko Privasi di Era Revolusi Digital
Teknologi | 2025-12-09 18:56:13
Pernahkah Anda melihat sepatu yang kemarin sempat dibeli melalui e-commerce tiba-tiba terproyeksikan pada iklan-iklan saat kamu menelusuri sosial media? Dibalik layaknya pembaca pikiran itu, ada sistem yang mengumpulkan dan memprediksi setiap langkah digital Anda.
Di era teknologi yang berkembang secara pesat saat ini, aktivitas daring kita menghasilkan jejak data yang masif. Inilah yang kita kenal sebagai Big Data, yaitu gabungan data besar yang memudahkan pengelolaan, penyimpanan, dan analisis dari berbagai sumber. Dengan kemampuan kecerdasan buatan yang kian canggih, data-data tersebut diproses secara otomatis untuk mencerna kebiasaan ataupun preferensi seseorang. Meskipun teknologi ini bermanfaat dalam hal personalisasi dan efisiensi, muncul tantangan yang menyangkut privasi masyarakat. Banyak dari pengguna tidak menyadari bagaimana data mereka dikumpulkan dan digunakan oleh perusahaan atau pihak ketiga, sehingga sering muncul diskursus mengenai transparansi dan perlindungan hak privasi di dunia digital.
Isu privasi ini menjadi semakin kompleks disaat Big Data dan kecerdasan buatan terlibat. Dari kacamata etika, masalah yang muncul adalah persetujuan yang tidak disadari, atau informed consent. Banyak dari pengguna memberi izin tanpa memahami terlebih dahulu bahwa data-data tersebut dapat diproses untuk tujuan selain fungsi utama. Renggangnya keamanan pun tidak hanya berasal dari sisi pengguna, tetapi juga dari konstruksi sistem digital yang rawan dieksploitasi. Selain itu, kesenjangan kekuasaan antara pengguna dan perusahaan semakin meluas, menciptakan sebuah kondisi dimana pengguna tidak memiliki kendali atas informasi pribadinya. Semuanya menunjukkan perlunya sebuah strategi yang melibatkan etika, terutama yang berfokus pada perlindungan hak-hak fundamental pengguna digital.
Masalah ini menimbulkan sebuah dampak sosial dan ekonomi yang skalanya jauh lebih besar dari yang dibayangkan. Dari segi sosial, pudarnya privasi bisa mengurangi rasa aman pengguna dan memicu skeptisisme terhadap bermacam-macam institusi seperti pemerintah, perusahaan teknologi, hingga media sosial. Ketika data digunakan sebagai alat penilaian sumber daya manusia tanpa adanya manajemen yang baik, seseorang dapat mengalami diskriminasi berdasarkan pola perilaku digital mereka. Di sisi ekonomi, data yang mengalami kebocoran dapat berujung pada defisit finansial yang besar, baik untuk pengguna yang menjadi korban akan pencurian identitas maupun bagi institusi yang harus menghadapi segala bentuk hilangnya reputasi. Selain itu, ketika data digunakan untuk menghasut opini politik atau membeli perilaku masyarakat, keseimbangan dan kesehatan demokrasi ikut terancam. Hal tersebut menunjukkan bahwa etika data bukan hanya masalah teknis, tetapi isu yang memengaruhi kesejahteraan publik secara luas.
Mengingat risiko penyalahgunaan ini, perlu dipatenkan bagi setiap pengguna internet untuk memahami beberapa langkah-langkah praktis untuk menjaga privasi. Salah satu cara efektif adalah dengan memperhatikan izin aplikasi. Banyak dari aplikasi meminta akses ke kamera, lokasi, atau kontak, yang sebenarnya tidak terlalu krusial. Menonaktifkan izin yang tidak diperlukan dapat meminimalisir potensi pengumpulan data yang berlebih. Pengguna juga disarankan untuk menggunakan fitur ‘password manager’ agar bisa membuat kata sandi yang kuat serta unik untuk setiap platform tanpa perlu menghafal. Pengguna dihimbau pula agar membiasakan diri untuk membaca secara detail dari kebijakan privasi, seperti apa saja jenis data yang dikumpulkan dan siapa pihak ketiga yang menerimanya. Dengan menerapkan metode-metode tersebut, pengguna bisa meminimalisir risiko penyalahgunaan data di masa depan.
Perkembangan Big Data dan Artificial Intelligence membawa peluang sekaligus tantangan di dunia maya. Meskipun di sisi lain teknologi ini dapat meningkatkan efisiensi, potensi penyalahgunaan data menciptakan sebuah isu yang tidak bisa diabaikan. Privasi disini menyangkut hak dasar seseorang untuk menentukan bagaimana identitas mereka akan digunakan oleh pihak lain. Maka dari itu, penting bagi semua aktor untuk bersama-sama menciptakan ekosistem digital yang etis dan transparan.
Daftar Pustaka
Ferdiansyah, V., & Nasution, M. I. P. (2023). Penerapan teknologi big data dalam pengembangan database pendidikan. Jurnal Riset Manajemen, 1(3), 22–29.
Lesmana, R., & Nasution, M. I. P. (2025). Kebocoran data di media sosial: Analisis pola dan strategi pencegahannya. Socius: Jurnal Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, 2(10), 123–128.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
