Indonesia Terlambat Memakai Data? Saatnya Pelajar Jadi Generasi Melek Analisis
Edukasi | 2025-12-07 22:13:26
Bencana, kemacetan, inflasi, sampai isu kesehatan publik semuanya sebenarnya punya pola yang bisa diprediksi. Namun, mengapa Indonesia masih sering “kecolongan”? Mengapa kita baru bertindak setelah masalah terjadi? Pertanyaan ini bukan untuk menyalahkan siapa pun, tetapi untuk mengajak kita melihat kenyataan bahwa negara ini masih kurang memanfaatkan data sebagai dasar pengambilan keputusan.
Mari kita lihat contoh paling sederhana: banjir. Setiap tahun, siklusnya sama. Curah hujan naik, debit sungai meningkat, drainase tidak siap, dan akhirnya ribuan rumah terendam. Padahal data curah hujan, perubahan tutupan lahan, hingga elevasi tanah sudah tersedia di berbagai lembaga. Pertanyaannya: mengapa semua informasi itu tidak digunakan untuk memprediksi risiko lebih awal?
Di sinilah masalah utamanya, kita masih reaktif, bukan prediktif. Kita menunggu bencana datang dulu, baru sibuk membuat laporan. Padahal negara-negara lain sudah mengandalkan model prediksi untuk mencegah kerugian jauh sebelum bencana muncul.
Lalu, kalau pemerintah masih lambat, apakah kita hanya bisa pasrah? Tidak juga.
Justru di era digital ini, generasi muda memiliki peluang besar untuk mengubah pola pikir bangsa lewat literasi data. Pelajar SMA dan mahasiswa sekarang punya akses ke Google Colab, dataset publik, simulasi prediksi, dan berbagai alat analisis gratis. Banyak yang bahkan sudah mampu membuat visualisasi data sederhana atau memahami grafik cuaca harian.
Kemampuan membaca data bukan hanya untuk calon ilmuwan atau mahasiswa teknik. Siapa pun bisa belajar, bahkan dari hal kecil: mulai dari membaca grafik tren, menganalisis perubahan angka, sampai memahami sumber data resmi. Keterampilan dasar ini dapat membuka cara pandang baru terhadap masalah nasional.
Bayangkan jika sebagian besar pelajar di Indonesia terbiasa menganalisis data sebelum menarik kesimpulan. Kita akan punya generasi yang lebih kritis, tidak terburu-buru percaya berita sensasional, dan mampu melihat masalah secara objektif. Dan ketika mereka nanti berkarier di pemerintahan, kesehatan, teknologi, maupun lingkungan, pola pikir berbasis data inilah yang akan membawa Indonesia bergerak lebih cepat.
Pada akhirnya, perubahan besar tidak selalu dimulai dari pejabat tinggi, tetapi dari kebiasaan kecil membaca informasi dengan lebih cerdas. Jika generasi muda mulai melatih diri membaca data sejak sekarang, Indonesia tidak perlu lagi menunggu masalah terjadi untuk bertindak. Kita bisa menjadi bangsa yang bergerak lebih cepat, lebih efektif, dan lebih siap menghadapi masa depan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
