Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Hasna Hanifa

Palestina dan Suara yang tidak Pernah Padam

Politik | 2025-12-07 09:36:56
Sumber: Dokumen Pribadi

Hasna HanifaMahasiswa Universitas AirlanggaFakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Setiap kali melihat berita tentang Gaza, ada rasa sesak yang muncul begitu saja. Suara ledakan, reruntuhan rumah, kekerasan seksual, dan wajah anak-anak yang kehilangan keluarga hadir hampir setiap hari di layar gawai. Isu Palestina sering dibahas di ruang publik Indonesia, namun bagi saya, ini adalah isu geopolitik dan fakta tentang kemanusiaan yang terus menguji nurani generasi muda. Dunia menghadapi krisis moral yang sulit diabaikan. Situasi ini perlu dibicarakan agar kita memahami alasan mengapa tragedi berkepanjangan itu tetap relevan bagi masyarakat Indonesia.

Konflik Palestina Israel berlangsung lebih dari tujuh dekade dengan dinamika politik internasional yang rumit. Persoalan ini berakar pada pendudukan wilayah, ketimpangan kekuatan, dan kegagalan diplomasi global. Dampaknya tidak berhenti pada aspek politik, tetapi merembes ke pendidikan, kesehatan, dan psikologis masyarakat Palestina. Jutaan warga hidup dalam kondisi blokade. Anak-anak dan perempuan hidup dalam ketakutan. Masyarakat sipil kehilangan ruang aman. Tantangan kemanusiaan yang mereka alami memperlihatkan bagaimana konflik politik dapat menghancurkan struktur sosial.

Pertama kali saya tersentuh isu ini saat duduk di bangku sekolah. Seorang guru pernah memperlihatkan video sekolah di Gaza yang hancur. Saya terpaku karena selama ini saya belajar di ruang kelas yang nyaman, fakta ini sangat menyayat hati saya yang saat itu hanya berusia 8 tahun. Sejak saat itu saya mulai membaca berbagai artikel dan berita tentang Palestina. Banyak diantaranya menjelaskan bagaimana ketidakadilan struktural terjadi secara sistematis. Beberapa kali saya mengikuti aksi kemanusiaan untuk Palestina yang diikuti puluhan hingga ribuan massa, membuktikan bagaimana sejatinya rasa kemanusiaan akan selalu ada di hati kita. Dari perspektif studi politik, konflik ini memperlihatkan hubungan antara kekuasaan, narasi media, dan kebijakan internasional. Ada jarak besar antara prinsip keadilan global dengan kenyataan yang terjadi di lapangan. Refleksi ini membuat saya bertanya pada diri sendiri tentang peran moral generasi muda dalam memahami tragedi kemanusiaan.

Isu Palestina memberi pengaruh besar terhadap cara generasi muda melihat politik dunia. Banyak kalangan muda tumbuh dalam lingkungan yang akrab dengan nilai solidaritas. Memori kolektif tentang pendudukan, pengusiran, hingga kekerasan terhadap warga sipil mempengaruhi diskusi di meja maupun media sosial. Konflik ini juga menunjukkan bagaimana trauma sosial diturunkan antar generasi. Pembahasan mengenai konsep two state solution sering muncul dalam diskusi politik internasional, namun penyelesaiannya tidak pernah mencapai titik nyata. Situasi yang terus berubah memperlihatkan bahwa masa depan politik global menuntut empati, pengetahuan, serta kesadaran terhadap dinamika kekuasaan internasional.

Generasi muda memiliki potensi besar dalam membangun kesadaran publik. Peran tersebut dapat dilakukan melalui cara yang sederhana. Penguatan literasi informasi, keterlibatan dalam diskusi ilmiah, dan dukungan terhadap gerakan kemanusiaan berbasis edukasi menjadi langkah yang dapat ditempuh. Penyebaran informasi yang terverifikasi membantu masyarakat menghindari propaganda. Kesadaran kecil yang dibangun bersama hari ini dapat berkembang menjadi solidaritas yang lebih matang. Pendidikan politik berperan penting untuk menumbuhkan sikap yang manusiawi terhadap penderitaan warga Palestina, terutama di tengah situasi gencatan senjata yang tidak pernah benar-benar menghentikan jatuhnya korban.

Konflik Palestina Israel memberi dua pelajaran utama. Pertama, kekuasaan politik dapat menimbulkan luka panjang ketika tidak diiringi tanggung jawab moral. Kedua, generasi muda memiliki peluang untuk menghadirkan cara pandang yang lebih manusiawi terhadap tragedi kemanusiaan. Penderitaan rakyat Palestina menjadi pengingat bahwa ketidakadilan, di mana pun terjadi, tetap menyentuh nurani masyarakat dunia. Harapan terbesar tertuju pada hadirnya masa depan yang lebih adil bagi rakyat Palestina serta meningkatnya kesadaran tentang pentingnya keadilan dalam hubungan antarbangsa.
Penulis adalah mahasiswa Universitas Airlangga.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image