Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ratih Mulyani

Kurikulum Ekonomi dan Jurang antara Teori dan Realitas

Pendidikan | 2025-12-03 20:06:48

Perubahan ekonomi berlangsung cepat: harga pangan bergerak lincah, UMKM digital merambat sampai pelosok, dan layanan keuangan berbasis ponsel menyentuh kehidupan sehari-hari. Namun kelas ekonomi di sekolah belum bergerak secepat itu. Pelajar masih mempelajari teori elastisitas atau pasar persaingan sempurna, tetapi kesulitan memahami fluktuasi harga di warung dekat rumah atau risiko utang online. Kelas terasa terpisah dari realitas hidup tanda bahwa kurikulum ekonomi belum mampu menjembatani teori dan praktik.

Sumber gambar :https://pin.it/60SvOnWYL

Hasil Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama Badan Pusat Statistik (BPS) lewat Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2025 menunjukkan indeks literasi keuangan nasional naik menjadi 66,46 persen sedikit lebih tinggi dari 65,43 persen pada 2024. Namun survei itu juga menyoroti bahwa kelompok usia remaja 15–17 tahun yang sebagian besar masih pelajar memiliki literasi paling rendah: hanya sekitar 51–52 persen. Artinya, hampir setengah dari pelajar berpotensi tidak memahami dasar keuangan dengan baik, meskipun mereka sudah belajar materi ekonomi di sekolah.

Problem bukan sekadar teori vs praktik di ruang kelas. Literasi keuangan lemah berdampak nyata: banyak remaja dan keluarga muda terjebak dalam utang konsumtif, kesulitan mengatur anggaran, dan gagal memanfaatkan peluang ekonomi terutama di era digital dan fintech. Pendidikan ekonomi idealnya membekali pelajar tidak hanya logika pasar, tetapi juga kemandirian finansial, kemampuan merencanakan masa depan, dan kesadaran risiko. Tanpa latihan nyata, teori ekonomi hanya jadi wacana kosong yang tidak menghasilkan kecakapan hidup.

Kurikulum ekonomi perlu direvisi agar relevan dengan realitas kekinian. Sekolah bisa menerapkan model pembelajaran berbasis proyek: misalnya siswa diminta membuat simulasi anggaran rumah tangga, memantau fluktuasi harga bahan pokok lokal, atau merancang usaha kecil (bisnis warung, kerajinan, dll.). Simulasi dan proyek ini membantu siswa menerjemahkan teori ke kehidupan nyata. Selain itu, integrasi materi literasi keuangan termasuk pemahaman tentang utang, investasi, dan manajemen risiko penting agar siswa lebih siap memasuki dunia ekonomi.

Menjembatani jurang antara teori dan realitas bukan sekadar reformasi teknis kurikulum melainkan investasi masa depan bangsa. Pendidikan ekonomi yang relevan, kontekstual, dan membumi akan melahirkan generasi muda yang cerdas finansial, tangguh, dan sadar sosial. Saat kurikulum berubah, kelas menjadi ruang nyata yang mempersiapkan pelajar menghadapi dinamika ekonomi. Inilah saatnya kita menjadikan sekolah sebagai tempat belajar kehidupan bukan sekadar hafalan teori.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image