Lawang Satus: Ikon Sejarah Tegal yang Semakin Terlupakan?
Sejarah | 2025-12-03 17:01:16Di tengah perkembangan Kota Tegal yang kian pesat, ada sebuah bangunan bersejarah yang berdiri tenang namun perlahan kehilangan perhatian masyarakat: Lawang Satus. Bangunan kolonial yang terletak di kawasan Jalan Kartini ini bukan sekadar struktur tua, tetapi saksi bisu perjalanan panjang Tegal sejak masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Meski bentuk fisiknya masih kokoh, perhatian terhadap keberadaannya tampaknya mulai pudar, seiring dengan beralihnya fokus warga pada pusat hiburan modern dan bangunan komersial baru.
Lawang Satus dikenal sebagai gedung berarsitektur Indische yang unik, dengan deretan pintu yang jumlahnya mencapai sekitar seratus itulah asal nama ikoniknya. Pada masa lampau, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas sekaligus kantor para pegawai perusahaan gula dan perkeretaapian. Letaknya yang strategis membuatnya menjadi salah satu bangunan penting pada zamannya, simbol kekuatan administrasi kolonial yang beroperasi di wilayah Pantura.
Dari segi arsitektur, Lawang Satus menyimpan nilai estetika yang tinggi. Desainnya memadukan gaya kolonial dengan adaptasi tropis, seperti jendela besar, ventilasi yang banyak, dan deretan pintu yang memungkinkan sirkulasi udara tetap lancar. Ciri khas inilah yang membuat bangunan tersebut tidak hanya indah dilihat, tetapi juga memiliki fungsi penting dalam menjaga kenyamanan ruangan di masa ketika teknologi pendingin udara belum tersedia. Jika dirawat dan dipertahankan, bangunan ini sebenarnya memiliki potensi besar sebagai objek wisata sejarah yang menonjolkan keunikan arsitektur kolonial di Tegal.
Namun sayangnya, seiring berjalannya waktu, keberadaan Lawang Satus semakin jarang diperbincangkan. Banyak warga Tegal bahkan hanya mengetahui namanya tanpa benar-benar memahami sejarah di balik bangunan tersebut. Minimnya promosi, kurangnya perhatian pemerintah daerah, dan rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pelestarian budaya membuat Lawang Satus seperti tersembunyi di tengah hiruk-pikuk kota yang sedang berkembang.
Salah satu tantangan besar dalam menjaga keberlangsungan situs sejarah ini adalah kurangnya pemanfaatan ruang. Di banyak kota lain, bangunan bersejarah disulap menjadi museum, galeri seni, atau pusat budaya yang hidup dan interaktif. Hal itu membuat masyarakat merasa terhubung, sehingga nilai sejarahnya tetap dirawat. Sementara itu, Lawang Satus sebagian besar hanya berdiri sebagai bangunan tua yang pasif dikenal, tetapi tidak benar-benar dihidupkan.
Tidak dapat dimungkiri bahwa revitalisasi bangunan heritage membutuhkan biaya dan perencanaan matang. Namun, upaya sederhana seperti pembuatan papan informasi sejarah, kegiatan edukasi sekolah, atau festival budaya yang melibatkan situs tersebut sudah bisa menjadi langkah awal untuk menghidupkannya kembali. Generasi muda juga perlu diperkenalkan pada sejarah lokal, agar mereka merasa memiliki dan peduli terhadap warisan budaya kotanya.
Selain itu, potensi Lawang Satus sebagai daya tarik wisata lokal juga sangat besar. Wisata sejarah kini semakin diminati, terutama oleh wisatawan yang ingin merasakan suasana tempo dulu dan belajar tentang perjalanan suatu kota. Jika dikelola dengan baik, Lawang Satus dapat menjadi destinasi yang menarik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara, sekaligus meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar.
Pada akhirnya, pertanyaan utamanya bukan lagi apakah Lawang Satus itu penting, tetapi apakah kita rela kehilangan jejak sejarah berharga ini? Kota Tegal memang berkembang, tetapi perkembangan tidak seharusnya menghapus identitas lokal. Justru, kota yang maju adalah kota yang mampu menjaga masa lalu sambil menatap masa depan.
Lawang Satus adalah bagian dari kisah Tegal sebuah identitas yang seharusnya dikenang, dirawat, dan dihargai. Jika masyarakat, pemerintah, dan generasi muda mau berkolaborasi, bukan tidak mungkin Lawang Satus dapat kembali berdiri sebagai ikon sejarah yang membanggakan, bukan sekadar bangunan tua yang terlupakan.
Mahasiswa Universitas Airlangga
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
